Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ridhoaltAvatar border
TS
ridhoalt
Wanita Hebat Dari Maccopa 2


Namanya Tarappe, gadis pesantren yang manis nan lugu dari pedalaman Bone Selatan, nama dari Bahasa Bugis itu pemberian orang tuanya yang berarti tersangkut, nama unik diberikan bukan tanpa alasan. Tiga kakaknya sebelum ia dilahirkan meninggal dunia saat masih bayi dan ada juga saat dilahirkan, dan ketika ia lahir ayahnya pun memberi nama Tarappe agar ia bisa bertahan hidup tak seperti kakak-kakaknya sebelumnya.

Kusebut ia Wanita hebat dari Maccopa, kali ini saya ingin menceritakan kisahnya ketika menemu jodoh kala mondok di Pesantren Darul Istiqamah maccopa, lebih dikenal dengan sebutan Pesantren Maccopa.

Banyak cerita inspiratif darinya, tapi saya sedang tertarik dengan cerita perjodohannya yang diatur pimpinan pesantren yakni Ustaz Arif Marzuki dan istrinya Ustazah Andi Murni Badiu.

Tahun 1989, Dua tahun hidup sebagai santri, kondisi pesantren yang belum genap Satu Dekade dimana beberapa bangunan masih berupa rumah kayu berbentuk panggung, beberapa layaknya dikatakan gubuk.

***Tarappe Bertemu Cinta Pertama dan hijrah

Rumah kayu yang bisa dikatakan gubuk, salah satu tempat yang jadi asrama santri Maccopa termasuk Tarappe, pagi yang masih dingin setelah mandi di sumur, beruntung saat itu bukan musim kemarau sehingga tak perlu ke persawahan belakang di luar pagar pesantren untuk mandi di sumur.

Tarappe tengah bersiap berangkat, Ia tampak manis dengan kulit sedikit gelap tanpa make up, hanya berpakaian biasa dengan jilbab segitiga menutup kepalanya khas anak pesantren, ustazah memanggilnya untuk ikut serta ke Pangkep, ada acara kondangan salah satu keluarga pengurus Pesantren Maccopa.

Beberapa santri lain juga ikut, tapi di antara mereka Tarappe paling senior, karena memang kebanyakan santri masih sekolah setingkat MTs (Madrasah Tsanawiyah) ataupun MA (Madrasah Aliyah), sedang Ia masuk pesantren setelah tamat dari PGA (Pendidikan Guru Agama) setingkat SMA/MA di kampungnya Bone Selatan. Ia masuk pesantren setelah diajak salah seorang senior yang masih keluarga dan sudah jadi pengajar di pesantren yang belum genap Satu dekade berdiri.

Itu pertamakalinya ia meninggalkan pesantren ke luar kabupaten Maros, biasanya hanya di sekitar pesantren. Pangkep adalah kabupaten bertetangga dengan Maros, 30 menit perjalanan lebih kurang ditempuh tiba di kota Pangkajene ibukota Pangkep, di acara kondangan tak lama, sang ustazah diajak oleh salah satu pengurus Muhammadiyah berkunjung ke panti asuhan milik Muhammadiyah di bilangan Mattoanging Pangkajene, ia sekaligus pimpinan panti asuhan tersebut.

Mobil mereka pun menuju panti asuhan, sesampainya dan setelah memarkir kendaraan di luar pagar panti, mereka kemudian masuk lokasi panti asuhan dan disambut seorang pemuda pengurus panti yang sedang duduk bersantai di teras salah satu bangunan, Tarappe dan dua santri lain diarahkan ustazahnya ke bangunan lain yang bersebelahan, hanya ustazah dan pimpinan panti yang menemui pemuda itu, tampak akrab dan entah apa yang mereka perbincangkan, mungkin terkait dengan pesantren ataupun panti asuhan. Setelah selesai mereka berbincang kemudian pamit dan kembali ke Maccopa.

Beberapa pekan setelah acara kondangan yang sempat dihadirinya, tersiar kabar di antara para santri, bahwa salah satu penghuni pesantren asal Bone akan dinikahkan oleh pimpinan pondok pesantren. Tarappe menanggapi santai walaupun beberapa kawan santri yang lain menduga dirinya yang akan dinikahkan, tapi menurutnya tak mungkin walaupun bisa saj terjadi karena hanya berdua santri asal Bone kala itu, sebab ia mengannggap ada yang lebih pantas dinikahkan pimpinan pondok karena lebih senior, dialah yang mengajaknya masuk pesantren 2 Tahun sebelumnya.

Hari yang menentukan tiba, ia dipanggil ustazahnya menghadap langsung ke rumah pimpinan pondok yakni Ustaz Arif Marzuki, sebuah rumah panggung lumayan besar dan memang paling besar dalam lingkungan pesantren, disampaikan padanya kabar yang tak pernah diduga dan terpikirkan olehnya, Aliah akan dinikahkan dengan seorang pemuda asal Pangkep.

Sang Ustaz pun meyakinkan Tarappe, bahwa ia tak boleh menolak keputusannya, sudah banyak pemuda yang menemuinya untuk melamar santri-santrinya tapi pimpinan pondok tak sembarang menerima, ia mesti yakin laki-laki yang berniat menikahi santri di Maccopa adalah orang baik atau saleh.

Ia baru sadar, ternyata waktu ke Pangkep sengaja diajak ke panti asuhan Muhammadiyah, pemuda itu sudah berpesan untuk dicarikan calon istri di Pesantren Maccopa, maka dengan cara itulah ustazahnya menunjukkan Tarappe sebagai pilihan terbaik untuk sang pemuda.

Tarappe dikenal di lingkungan pesantren sebagai santri paling sabar, tak pernah marah apalagi cekcok hingga bertengkar dengan santri lain, tutur katanya juga lemah lembut, maka ia dianggap perempuan yang sudah layak dipersunting pemuda baik.

Tarappe sebenarnya masih bingung kala itu, bagaimana bisa seorang pemuda yang baru sekali pandang padanya langsung jatuh cinta, bahkan tak percaya kalau gadis bertkulit gelap sepertinya bisa dipilih untuk seorang pemuda yang bisa dikatakan tampan, dengan kulit putih bersih dan rambut sedikit berombak, itu sepintas ingatan tentang pemuda yang pernah dilihatnya di panti asuhan beberapa waktu sebelumnya.

Kakak senior yang sama asal Bone dan masih keluarganya pun mendukung. Tak mengapa dirinya didahului menemu jodoh, takdir jodoh masing-masing sudah ditentukan Allah, pada siapa hati berlabuh dan kapan waktunya terjadi.

Salah seorang santri laki-laki pun diutus ke Bone bertemu keluarganya, melewati beberapa kabupaten karena jalur Camba yang berbatasan Maros dengan Bone belum bisa ditembus kendaraan, maka harus menempuh 7 kabupaten ke arah Selatan. Keluarganya pun menyambutnya dengan gembira, tak mengapa mereka belum mengenal calon suami Tarappe yang jelas keputusan pimpinan tempatnya mondok adalah keputusan terbaik.

Ibu dan adik lelakinya beserta beberapa keluarganya pun datang saat akad nikah berlangsung di pesantren, adik lelakinya menjadi saksi nikah untuknya. Sebelum akad nikah, Pimpinan pesantren memberinya nama hijrah yang tertulis nantinya di buku nikah "Nurwaliah", saat Tarappe bertanya arti namanya, sang Ustaz menjawab artinya adalah cahaya orang saleh.

Sesuai nama hijrahnya yang berarti cahaya orang saleh, ia ternyata menemu cinta pada suami bernama Muhammad Saleh berarti orang saleh yang terpuji, itulah mungkin takdir cinta dari Langit untuknya melalui pimpinan pesantren.

Setelah pernikahan mereka, pun kemudian hijrah ke Pangkep mengikuti suaminya, di sana ia tinggal di panti asuhan, pimpinan panti asuhan memberikan salah satu kamar untuk mereka tinggali sementara.

Awal pernikahan bukan hal mudah membangun cintanya pada suami yang baru dikenal, ada air mata yang kadang tak tertahan, maklum tak ada kesempatan sebelumnya saling mengenal tabiat, dan selama tinggal di panti asuhan mulai banyak datang silih berganti menguji hati, apakah bertahan dalam kesabaran.
*bersambung
#sinyaldarilangit
#perempuanmaccopa
Diubah oleh ridhoalt 21-11-2017 03:57
0
1.2K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.