Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Ekonomi Bergerak Kencang di Akhir Tahun


PERGERAKAN ekonomi akan lebih kencang menjelang tutup tahun.



Hal itu dapat terlihat dari kenaikan impor untuk bahan baku dan barang konsumsi.



Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor bahan baku atau penolong naik 12,13% menjadi US$10,77 miliar pada Oktober 2017 dari bulan sebelumnya.



Impor barang konsumsi pada Oktober 2017 tercatat US$1,25 miliar, atau naik 11,68%, dan impor barang modal naik 5,6% menjadi US$2,16 miliar.



"Porsi terbesar impor bahan baku masih ditempati mesin dan pesawat mekanik, plastik dan barang dari plastik, serta besi dan baja. Kalau yang naiknya lumayan besar ada raw sugar," ucap Suhariyanto.



Menurut Kepala BPS Suhariyanto, kenaikan impor bahan baku tersebut diperuntukkan kebutuhan industri dalam negeri.



Menjelang Natal dan Tahun Baru biasanya catatan impor cenderung naik.



"Biasanya industri sudah mengantisipasi kenaikan permintaan makanan. Otomatis kalau begitu, yang akan naik bahan baku untuk kebutuhan konsumsi di Desember. Jadi, tidak harus impor konsumsinya yang akan naik," ujarnya.



Adanya kebutuhan untuk akhir tahun juga yang membuat naiknya impor barang konsumsi.



Misalnya, impor jeruk mandarin dari Tiongkok tercatat naik drastis hingga 147,5% pada Oktober 2017 dari bulan sebelumnya, menjadi US$9,9 juta.



Secara keseluruhan, nilai impor Indonesia pada Oktober 2017 mengalami kenaikan sebesar 11,04% menjadi US$14,19 miliar dari bulan sebelumnya yang sebesar US$12,78 miliar.



Bila dibandingkan dengan Oktober tahun lalu, nilai impor tersebut naik 23,33%.



Pada Oktober 2017 kinerja ekspor mencapai US$15,09 miliar dan impor US$14,19 miliar.



Karena itu, BPS mencatat neraca perdagangan Oktober surplus US$900 juta.



"Neraca nonmigas masih lebih besar daripada defisit migas, pada Oktober 2017 surplus sebesar US$900 juta," ujar Suhariyanto.



Jaga iklim bisnis



Pemerintah berkomitmen akan terus menjaga iklim bisnis dan investasi di Indonesia terus kondusif sehingga menarik bagi para investor dan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi domestik.



Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan itu dalam menanggapi prediksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,3% pada 2018.



"Pokoknya kita lihat dulu faktor apa yang menyebabkan prediksi mengenai 5,2%, apa faktor konsumsi. Menurut saya, IMF asumsi konsumsi 5%. Tantangan besar ialah menjaga momentum investasi maupun ekspor sehingga sekuat Q3 ini. Kita akan upayakan itu terjaga sesuai dengan instruksi Presiden untuk jaga iklim bisnis dan investasi," kata Sri Mulyani saat ditemui di Gedung Kemenkeu, kemarin.



Sebelumnya, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3% pada 2018 karena disumbang meningkatnya kontribusi ekspor dan investasi.



Pemimpin Misi IMF untuk Indonesia Luis E Breur mengatakan permintaan domestik juga akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan.



Namun, meningkatnya permintaan domestik itu masih dalam laju moderat.



"Perekonomian Indonesia terus berjalan dengan baik, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang hati-hati, peningkatan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas, dan upaya berkelanjutan untuk memperkuat daya saing," Breur menegaskan. (Ant/E-1)


Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...hun/2017-11-16

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Menghilang, Novanto tak Beri Teladan sebagai Pemimpin

- Ide Anies Miskin Dukungan

- KPK Tentukan Status Penahanan Jika Novanto Ditangkap

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
297
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Media Indonesia
Media IndonesiaKASKUS Official
30.5KThread1.3KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.