Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sandzarjakAvatar border
TS
sandzarjak
Lagu "Akad-Payung Teduh" dan Kisah Romansa Jaman Past (Kisah Bahagia & Sedih)

Saya menyerah. Setelah beberapa kali mengabaikan salah satu konten video di linimasa Youtube ini, tak mampu saya menahan rasa penasaran yang hebat setelah kembali terpapar klip musik berjudul “Akad”.

Telinga saya mengenal setiap lagu Payung Teduh dengan irama yang khas. Melodinya romantis disertai dengan varian not yang anti-mainstream. Bergerak melipir di not-not rendah lalu meloncat tinggi satu oktaf; itulah ciri khas Payung Teduh. Namun lagu berjudul “Akad” agak berbeda. Jika saya sering mendengar unsur keroncong di lagu-lagu sebelumnya, kali ini Payung Teduh terdengar begitu nge-jazz.

“Akad” bisa jadi hadir dengan kontroversi karena muatan liriknya. Katanya lirik "Akad" mengalami penurunan kualitas, nafsu mau nikah, dsb.

Tapi bagi saya, lirik lagu ini justru membangkitkan kisah romansa kedua orang tua saya yang sering mereka sampaikan jika ada waktu berkumpul bersama keluarga. Kisah mereka tersimpan baik di memori pikiran anaknya ini dan menguar seketika saat lirik terbaru band Payung Teduh mengalun dengan dinamika lembut.

Meski sering berbantah-bantahan saat bercerita, satu yang pasti : Nyonya Djamil ini tidak pernah sekalipun bertemu suaminya kala ia masih muda. Ketemunya, ya pada saat di pelaminan. Ibu saya terkenal manis; maka dari itu ia dijuluki Te'ne yang berarti "gadis manis" dalam bahasa Luwu. Saat hendak merantau ke ibukota, ia pernah berpesan kepada pria yang pernah menjadi pujaan hatinya untuk segera melamar jika memang sekiranya serius. Tujuannya datang ke Jakarta memang untuk mengadu nasib. Namun justru nasib lain tak dapat dihindari : ibu saya bertemu jodoh yang sesungguhnya.

♫ "Namun bila kau ingin sendiri, cepat-cepatlah sampaikan kepadaku. Agar ku tak berharap, dan buat kau bersedih."

---------------------------------------------------------------------------

Ayah saya adalah seorang pelaut dan sempat mengalami masa-masa sulit paska ditinggal cerai oleh istri pertamanya. Rasa cinta kepada mantan istrinya yang cantik itu serasa tak berujung dan tak kesudahan. Hingga saatnya ayah saya datang berkunjung ke rumah salah satu kenalannya dari desa sebelah, dan melewati ruang dapur yang tengah penuh itu. Meski disesaki orang, matanya mampu menangkap wajah manis seorang gadis dari desa Bajo, Luwu, Sulawesi Selatan. Sungguh keterlaluan kiranya jika saya mengatakan ia tidak terpesona; karena seketika itu juga ia berkata kepada iparnya sendiri berniat menikahi sang gadis.

Di hari itu juga, keluarga ayah saya heboh. Setelah mengalami patah hati yang cukup parah, akhirnya ia membuka hati kepada seorang gadis yang belum pernah eksis selama ini. Tim mak comblang yang dipimpin adiknya datang ke rumah yang menjadi kenalan sang kakak. Diketahui bahwa rumah tersebut adalah rumah bibi dari sang gadis. Dipantau gerak-gerik sang gadis - didekati - lalu diajak bicara barang sebentar - disetujui - lalu dibicarakan secara kekeluargaan dengan keluarga bibinya. Cepat bukan? Ibu saya saja tidak tau konspirasi tersebut.

"Ada pemuda kenalan saya ini yang mau melamar anak kamu. Terima segera! Dia pemuda baik-baik." Begitu isi surat yang dibaca ayah sang gadis. Namun beberapa hari kemudian, surat lain datang dari pujaan hati si Te'ne. Isinya tentang niatan melamar gadis yang sekarang menjadi ibu saya.

Kakek saya itu punya standar etika. Secara umum, pinangan pertama yang datang adalah pinangan yang lebih dulu diproses. First come, first serve. Kala itu, kakek saya tidak langsung menyetujui pinangan ayah saya karena belum pernah bertemu sebelumnya. Kemudian datang ayah saya bersilahturahim dan dengan tegas mengajukan lamaran resmi. Gentlemen banget lah, pokoknya.

♫"Bila nanti saatnya t'lah tiba, ku ingin kau menjadi istriku. Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan; berlarian kesana-kemari dan tertawa."
---------------------------------------------------------------------------

Apakah ibu saya tidak bahagia karena dinikahi bukan oleh pujaan hatinya?

Ibu saya telah mendampingi suaminya selama 40 tahun serta memiliki enam orang anak, dan tiga orang cucu. Jika dinilai secara kuantitatif tentu bahagia. Jika dinilai secara kualitatif, ibu saya tidak pernah sekalipun kabur ke pria lain atau memaksa minta dicerai seperti prilaku istri pertama ayah saya.

Hingga suatu ketika, di akhir tahun 2013, ponsel saya berdering dan memberitakan kematian kepala keluarga kami. Sidang skripsi saya pun musti ditunda demi kondisi yang saya alami. Pagi berikutnya setelah dikebumikannya ayah saya, ibu bercerita mengenai detik-detik terakhir meninggalnya pria itu. Ayah saya meminta disuapi barang beberapa sendok nasi oleh istrinya. Ibupun menyanggupi. Dimintanya untuk ditemani istirahat siang bersama; Ibu juga menyanggupi. Di atas alas tidur yang telah dirapihkan, ayah saya tidur dalam dekapan wanita yang telah menjaganya puluhan tahun. Dalam pelukannya pula, ayah saya menghembuskan nafas terakhir.

♬ "Namun bila saat berpisah t'lah tiba, ijinkan ku menjaga dirimu. Berdua menikmati pelukan di ujung waktu. Sudikah kau temani diriku?"
---------------------------------------------------------------------------


Official Music Video "Akad" by Payung Teduh :

0
1K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Musician Corner
Musician CornerKASKUS Official
3.5KThread1.6KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.