Kisah ini adalah pengalaman nyata saat diriku masih duduk di bangku sekolah dasar di Bandung. Kejadian ini aku alami saat tahun 2004, tepat saat aku duduk di bangku kelas 4. Sebagai gambaran, sekolahku ini hanya sekolah biasa dengan 10 ruang kelas, sebuah perpustakaan, sebuah ruang guru dan ruang kepala sekolah, serta mushola yang baru dibangun tepat di atas perpustakaan.

Saat itu jam pelajaran tengah berlangsung, karena aku sedikit suntuk, aku dan seorang temanku berinisiatif untuk pergi salat ashar. Dengan sarung yang kami berdua bawa, kami meminta izin kepada guru untuk pergi salat. Izin salat adalah izin yang tidak mungkin ditolak, kecuali jika sedang ujian.

Setelah mengambil wudhu, kami menuju mushola itu. Kami menaiki tangga dan suasana mushola sangat hening, kebetulan juga tidak ada guru di perpustakaan.

Mushola ini berukuran sekitar 6 x 3 meter. Aku tidak tahu pasti, namun mushola ini memiliki 4 shaf dan sebuah lemari ukuran dua pintu di sudut belakang. Bisa dibilang cukup untuk menampung sekitar 40 sampai 50 murid.

Kami pun salat seperti biasa, temanku sebagai imam. Kebetulan saat itu kami salat di shaf paling depan dan dekat dengan jendela. Tidak ada yang aneh mulai dari kami datang ke mushola ini sampai kami salat. Tapi, saat kami rukuk, aku ... aku melihat ... sebuah sosok seperti pocong, tapi tanpa ikatan dan sisa kain di atas kepalanya. Sosok itu lebih seperti wanita yang menggunakan mukena ... iya, mukena berwarna putih bersih.

Aku cukup kaget dan takut saat itu, tapi karena aku salat bersama seorang teman, jadinya aku berusaha untuk memberanikan diri. Sosok itu tetap muncul di rukuk rakaat kedua, ketiga dan keempat. Dan rasa takutku memuncak saat kami akan mengakhiri salat kami dengan salam. Tentu aku mesti menengok ke arah kanan di mana sosok itu tengah berdiri.

Pikiranku sudah kacau saat itu. Bisa saja sosok itu sudah berada 2 meter, 1 meter, setengah meter atau hanya satu jengkal saat aku menengok ke arah kanan. Dan saat aku menengok ... Syukurlah sosok itu sudah menghilang.

Aku pun bertanya pada temanku apa dia melihatnya juga, dan ternyata dia pun melihat. Terlebih lagi dia melihat kain putih yang melintas di sela-sela kakinya saat dia rukuk. Kami pun bergegas meninggalkan mushola itu.

Perasaan lega pun akhirnya aku rasakan saat kami kembali ke dalam kelas. Riuh murid seperti menghilangkan ketakutan kami. Dan tak berapa lama, aku dipanggil ke ruang guru dan aku disuruh untuk membawa tasku juga. Aku tidak tahu apa yang terjadi saat itu.

Saat aku sampai diruang guru, ternyata sudah ada kakekku yang sepertinya akan menjemputku. Dan saat aku tahu alasan kakek menjemputku, aku sedikit kaget dan benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi. Iya, saat itu kakek menjemputku karena saudaraku, tepatnya kakak perempuanku mengalami kecelakaan tidak jauh dari sekolahku ini.

Aku sempat berfikir apakah saat aku salat tadi adalah dirinya yang mungkin pamit kepadaku, dan sampai saat ini aku tidak tahu sosok itu mengapa muncul di hari saudaraku mengalami kecelakaan.