Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sumarsoniAvatar border
TS
sumarsoni
Cerita Penculik AH Nasution Salah Alamat
JAKARTA – Dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965, ternyata ada sebuah peristiwa yang tidak terungkap secara gamblang. Sebuah peristiwa, dimana salah satu grup penculik ternyata salah alamat, saat hendak menculik Jenderal AH Nasution.

Diduga, salah alamat itulah menjadi penyebab mengapa Jenderal AH Nasution bisa lolos, melarikan diri saat rombongan tentara dalam Gerakan G30 September mendatangi rumahnya. Padahal, 6 jenderal lainnya berhasil dibawa dalam kondisi meninggal atau masih hidup.

Cerita itu diungkapkan salah satu prajurit Cakrabirawa yang berhasil dibujuk Letkol Untung dan Lettu Doel Arif, bernama Sulemi. Dia pun menceritakan kronologis tersebut.

Sulemi memulai cerita dari sebuah apel mendadak di Istana Merdeka Jakarta, pukul 17.00 WIB, Kamis 30 September 1965. Sulemi kala itu tergabung dalam Batalyon I Kawal Kehormatan Cakrabirawa, pasukan di bawah kepemimpinan Letkol Untung Samsuri.



Sore itu, ada perintah turun dari Komandan Batalyon, Letkol Untung Samsuri agar seluruh kompi konsinyir (waspada) berat. Dalam apel tersebut dijelaskan bahwa ada ancaman kudeta terhadap Bung Karno, yang akan dilakukan Dewan Jenderal menjelang HUT TNI pada 5 Oktober mendatang.

Pria kelahiran Purwokerto 6 Januari 1940 itu langsung membayangkan keselamatan Presiden Bung Karno. Tanpa ragu atau bertanya, dia pun mantap untuk menjaga keselamatan Presiden, yang juga tugas utama seorang Cakrabirawa.

BACA JUGA: SEJARAH RESIMEN CAKRABIRAWA, DITUDING DALANG G30S/PKI

“Sekarang logikanya, jika seorang prajurit mendengar itu (soal kudeta terhadap presiden) apalagi dengan doktrin Cakrabirawa, yang harus menjaga keselamatan presiden, beserta keluarganya, langsung mantap. Kalau Bung Karno kenapa-kenapa? (menjaga presiden) itu sudah jiwa dari pasukan Cakrabirawa,” terangnya.

Kemudian, Apel tersebut juga menurunkan perintah untuk menjemput beberapa jenderal yang dituduh bagian Dewan Jenderal. Pasukan yang sudah dikumpulkan ini, diperintahkan Letkol Untung untuk menjemput jenderal tersebut untuk menghadap pimpinan besar revolusi. Kemudian ditentukan jam penjemputannya pukul 03.00 WIB pagi. Kemudian, sekaligus dibagikan tugas regu mana saja yang menjemput masing-masing jenderal.



Pasukan yang dikumpulkan, kata Sulemi, 10 orang pasukan Cakrabirawa mengisi tiap-tiap masukan. Sisanya, ditambah pasukan dari Brigif I Kodam V Jaya, yang merupakan anak buah Kolonel Latif. Tiap rombongan total memiliki 36 personel.

Selanjutnya, pasukan yang sudah dibentuk ke dalam tujuh regu tersebut berangkat ke Lubang Buaya. Sebagai salah satu yang mengembang tugas menjemput Panglima Angkatan Darat Jenderal Abdul Haris Nasution, Sulemi tidak dapat tidur. “Saya tidak bisa tidur, karena mendapat perintah sampai jam 03.00 WIB pagi,”ujarnya.

Kemudian, pukul 03.00 WIB, regu yang diikutinya menuju sasaran yang hendak dituju. Begitu juga enam grup lainnya, menuju target penjemputan yang berbeda. Timnya hanya membutuhkan setengah jam untuk sampai ke lokasi sasaran. Tapi, dalam perjalanannya, pasukan Sulemi tersebut sempat salah alamat, nyasar ke rumahnya Wakil Perdana Menteri II Leimena. “Penunjuknya Pak Idris, waktu itu salah,” katanya.

Setibanya di rumah Leimena, pasukan pun langsung menyergap sejumlah penjara, sempat terjadi sedikit keributan. Melihat keributan, Aipda Karel Salsuit Tubun sempat mengeluarkan tembakan, tapi karena kalah jumlah akhirnya dia tewas dalam baku tembak.

BACA JUGA: AIDIT MINTA ROKOK SEBELUM DIEKSEKUSI

Kemudian, pasukan tersebut sadar salah alamat karena tidak ada pos militer di rumah tersebut. Barulah mereka beralih ke sebuah rumah yang terletak 100 meter dari lokasi tersebut, yang terdapat pos militernya.

Mereka pun langsung datang menyergap penjaga keamanan rumah Jenderal AH Nasution yang berjumlah 10 orang. Tidak terjadi perlawanan dari penjaga. Pasukan yang dipimpin pembantu letnan Djahurup memiliki strategi, “Ketika sampai di sana, kami bilang kepada penjaga agar diam. Kemudian, ada anggota yang mengambil senjata,” ungkapnya.

[/URL]

Kemudian, para penjaga digiring masuk ke sebuah ruangan dan dikunci dari luar. Awalnya, pasukan penjemput sudah menyampaikan ingin menjemput untuk menghadap Istana. Tapi, pasukan penjaga ngotot dan sempat adu mulut, tapi akhirnya mereka mengalah.

Kemudian, Sulemi bersama dua teman lainnya, Haryono dan Suparjo beranjak masuk melalui pintu utama rumah yang tidak terkunci. Mereka kemudian, bergegas masuk dan mencari Jenderal Nasution.

“Setiba di depan pintu kamarnya, kami mengetuk pintu untuk memohon izin bertemu. Pintu sempat terbuka dan kemudian ditutup lagi dan dikunci. Mungkin tahu, kalau yang datang adalah pasukan Cakrabirawa,” ucapnya.

Saat itu, aku Sulemi, dibutuhkan sebuah keputusan berat untuk mengemban tugas membawa Jenderal Nasution menghadap Bung Karno. Pintu sempat didobrak, tapi tidak bisa terbuka. “Akhirnya, gagang pintu yang terkunci ditembak hingga terbuka. Yang menembak kami bertiga,” katanya.

Akhirnya, pintu pun terbuka. Tapi, mereka dikagetkan dengan sosok perempuan yang membaya seorang anak yang terakhir diketahuinya bahwa itu anak bungsu Jenderal Nasution yang tertembak peluru mereka.

“Kita (saat itu) belum tahu ada siapa saja di dalam kamar itu...

BACA KELANJUTANNYA DI SINI
Diubah oleh sumarsoni 03-10-2017 08:41
1
9.5K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.