Beragam taktik dan cara ditempuh oleh para politikus demi memperoleh puncak kekuasaan. Salah satu caranya adalah menciptakan propaganda, dimana pesan-pesan bersifat politis disampaikan ke masyarakat dengan format yang menghibur. Propaganda akan lebih mudah untuk dicerna jika dibuat melalui gambar atau film ketimbang membuat sebuah tulisan. Pada era serba terbuka saat ini, informasi memang lebih mudah didapatkan dan disebarkan. Maka dari itu, kerap terjadi infiltrasi ideologi di dalam informasi-infomasi tersebut. Lalu apa korelasi antara propaganda dengan infiltrasi ideologi?

Pesan terselubung dalam film

Film merupakan alat propaganda paling efektif karena bisa dengan cepat mengubah cara pandang masyarakat. Hilter pernah menggunakan film sebagai alat propaganda dimana ia bersama menterinya, Joseph Goebbels mengambil alih industri film Jerman. Tidak lupa keduanya menyebarkan pesan anti komunisme dan Yahudi. Goebbels mendirikan Reichsfilmkammer (Kamar Film Reich) sebagai lembaga yang melakukan pembersihan film yang "tidak diinginkan" dan membimbing produksi film yang dinilai "berguna".

Hal serupa juga terjadi di Italia yang dilakukan oleh rezim fasis pimpinan Benito Musolini. Pada sebuah reli partai Fasis Italia tahun 1936, Mussolini berdiri di depan sebuah spanduk besar yang melahirkan pernyataan terkenal: "Sinema adalah senjata terkuat".

Di Indonesia sendiri propaganda politis juga pernah menggunakan film sebagai alat brainstorm. Film G30S/PKI yang sempat menghiasi layar televisi sejak 1984 hingga 1998 dianggap oleh beberapa pihak sebagai alat propaganda rezim orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto. Kedudukan Soeharto yang ditampilkan sebaga seorang protagonis dianggap sebagai pembenaran sekaligus pencitraan dari rezimnya.

Memang tidak mudah mengkaji sebuah film dengan pesan-pesan yang berada didalamnya. Namun jika diamati dengan seksama propaganda di dunia film bisa dibilang lebih berhasil. Kritikan mahasiswa di era 70an kepada Soeharto mungkin menjadi landasan kuat mengapa Soeharto harus memperkuat posisinya sebagai leader di negeri ini. Sampai saat ini pun meme dan stiker bergambarkan wajah Soeharto yang menunjukan bahwa rezim kepemimpinannya adalah yang terbaik masih kerap bertebaran. Bukankah ini termasuk bentuk dari propaganda juga?

Era digital membantu penyebarluasan propaganda dan ideologi


Memasuki era modern, dunia digital semakin merajalela dan ada di setiap aspek kehidupan manusia. Contohnya adalah media sosial yang tidak hanya berfungsi sebagai alat oencari teman, tapi juga penyebar informasi, iklan dan masih banyak lagi. Dari sinilah infiltrasi ideologi datang danmembuat siapapun bisa menjadi agen propaganda.

Jika bicara mengenai propaganda di era digital, tak sulit rasanya bagi setiap pengguna internet untuk menemukan beragam konten yang ingin mereka cari. Saat ini film yang berbau propaganda pun dengan mudah ditemukan di dunia maya jika memang kita ingin menyaksikannya kembali. Film ini bahkan dapat disebarluaskan kembali dan diproses dengan bentuk yang dikehendaki.

Pro kontra mengenai propadganda memang tidak ada habisnya karena pergerakannya yang halus. Caranya adalah dengan menggunakan pendekatan terkini serta didukung dengan isu-isu yang dilempar ke publik melalui media yang tersedia. Pada akhirnya masyarakat pun termakan oleh propaganda tersebut dan berpikir seperti yang dikehendaki.

Tugas kita sebagai masyarakat adalah harus pintar memilah, bukan hanya menerima saja. Jika agan adalah tipe orang yang menerima informasi secara mentah-mentah, itu artinya agan adalah korban dari propaganda.

Menurut agan sendiri bagaimana dengan isu propaganda ini?

Sumber: Caping App