Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yudhamaAvatar border
TS
yudhama
TERLALU BANYAK MAKE UP
TERLALU BANYAK MAKE UP


Riva Aida Sumardi.

Minggu Pertama.

Seperti malam biasanya, kamar dengan wallpaper krem yang diisi oleh kasur queen size dan diselimuti spring bed berwarna merah jambu ini aku tiduri. Yah, semenjak kepindahanku dari kota Dabo menuju kota Batam memang aku belum memiliki kamar sendiri. Aku menumpang di kamar Ema adikku, dan ia tidur bersama ibuku.

Tiga hari ini aku masih sibuk menyusun barang pindahanku. Mulai dari menyusun pakaian, perkakas, dan buku kuliah, aku bawa dari Dabo. Lelah namun energiku tak kunjung habis, wajar lah, energi berlebih saat exciting dinas di tempat yang baru. Sejenak kulihat iatas meja rias adikku, aku teringat satu hal yang sedari kemarin aku beli saat pertama kali aku pijakkan kaki di Batam, Kartu Seluler Paket Data.

Sudah menjadi kebiasaanku ketika aku di Batam aku selalu membeli paket data. Namun kali ini berbeda, mungkin kedepannya aku akan lebih sering membeli paket data. Aku lupa mengaktifkannya. Segera saja aku sisihkan barang yang akan selesai jika aku selesaikan dalam waktu 3 jam saja.

Kubuka, kuaktifkan. Tidak ada yang menarik memang. Namun kembali ke niat awalku, aku akan berubah dan mencari apa yang sangat aku inginkan ketika kembali berdinas di kota Batam. Baju baru, jam tangan baru, sepatu baru, tempat kursus baru, tempat kuliah baru, dan mencari pacar baru.

Aku benci ketika membuka hal berbau meia sosial, aku lebih menekankan bahwa aku salah satu pria korban patah hati yang pada akhirnya dengan mudah menghapus semua akun meia sosial. Ya, aku tau hal itu sangat terlalu kRivanak-kanak. Jika cinta saja bisa membuatmu mengalihkan logika dari pada perasaan, maka hal itu pun berlaku juga dengan orang patah hati yang lainnya. Nanti pun ada saatnya kau akan memahai dan memaklumi alasanku.



Kuketuk opsi “add as friend?”
Yap, mudah saja menggunakan apliaksi ini, dan aku rasa kalian semua sudah tau fitur find people by nearby nya Line. Nama nya Riva. Cantik. Itu saja penilaian ku. Karena kami belum ketemu.


TERLALU BANYAK MAKE UP



Minggu Kedua.

Tak butuh banyak anekdot dan banyak jenis obrolan. Ia sangat ramah dan mudah berbaur akan semua jenis topik. Riva, pekerja keras yang masih bermimpi mengejar mimpinya. Hal yang ia sukai itu menari dan merias wajah, ia bercerita betapa bahagianya ketika ada kesempatan bertemu dengan salah satu idolanya saat bertemu pada acara “meet and greet, and clinic session” di salah satu Ballroom Hotel, aku tak begitu hafal dengan nama yang disebutkannya, yang aku tau mimik wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat bersemangat ketika membicarakan hal itu.

“Kamu tau yud, ini kedua kalinya ia ke Batam, dan aku ga bisa datang ke kelas meriasnya tahun lalu karena tabungan ku ga cukup, ternyata tahun ini dia datang lagi, yah kamu tau gajiku sekarang lumayan” aku menyauti semua perkataanya dengan disambil menyesap black shot di salah satu Café MMBC. Kami sengaja bertemu disana karena kantornya berdekatan dengan tempat itu.

Riva memang masih belum total akan merengkuh mimpinya, saat ini ia masih bekerja di salah satu Vendor telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia, dan kantornya sangat bersebelahan dengan MMBC, sebagai lulusan SMA kalian pasti tau posisi yang ia dapatkan.

“Setidaknya ini menjadi langkah awal yang bagus, aku rasa rencanamu luar biasa” aku menyampaikan ini bukan karena ingin mencoba mencari perhatian darinya. Tak berlebihan apabila aku sangat senang dengan mimpi besarnya. Usaha dari nol, dan akhirnya mimpi awal dalam menapaki langkah menuju impiannya terlaksana sudah. Aku suka perempuan seperti itu.

Kami tak sering bertemu karena alasan pekerjaan, namun sebelum kami beranjak tidur kami sempatkan untuk mendengar suara kami masing-masing dalam balutan suara ataupun video call.

TERLALU BANYAK MAKE UP



Minggu Ketiga.

“Kamu tau, aku suka kamu dan aku sayang kamu, Riva, aku mau kamu jadi pacar aku”

Tak ada gugup, dan mengalur begitu saja dari bibirku. Ketika hampir satu bulan kami menjalin komunikasi aku rasa ini waktu yang sangat tepat, tak telalu lama, dan tak terlalu cepat, tepat di tengah-tengah.

“Kamu serius, yud?”

“Iya, aku seius, Va”

“Kamu tau, aku tak begitu tertarik dengan status pacaran”

“Ya aku tau”

“Dan kamu tau yang aku mau segera menikah”

“Ya aku juga tau”

“Aku seneng kamu bilang ini, namun aku tak mau status menghambat kita untuk berbagi kasih, padahal ketulusan menyertai keduanya, ya kan?”

“Iya, aku paham”

“Kamu tau yang aku mau”

“Jadi, aku ditolak artinya?

“Sayangnya, maaf yud”

“Hah, baru kali ini aku ditolak perempuan”

“Sebanyak itukah pacarmu dulu?”

“Hmm”

“Berapa mantanmu?”

“Dua”

“Ihh…”

Dan ia pamit turun dari mobil, segera masuk ke dalam rumahnya. Hah, kecewa.

TERLALU BANYAK MAKE UP



Minggu Keempat.

Menjadi seorang pegawai baru namun stok lama aku rasa memang butuh sebuah pengakuan. Pengakuan akan kemampuan dan kapabilitas diriku dalam mengaplikasikan sebuah instruksi pekerjaan. Sering aku melemburkan diri untuk menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, atau hanya sekedar meluangkan waktu lebih banyak untuk mengobrol dengan rekan kerja yang baru. Biar terlihat lebih akrab, katanya.

Sudah hampir satu bulan, job description ku sudah terlihat lebih jelas. Aku mulai paham harus seperti apa dan bagaimana ketika menerima surat dari pimpinan. Tipe pegawai penjilat, dan mengandalkan jabatan seseorang untuk mendapatkan posisi yang lebih santai namun banyak keuntungan bukan sifat diriku. Aku bukanlah siapa-siapa yang dibandingkan mereka yang mencoba terlihat akrab pada HRD.

Seperti serba salah, ketika memiliki posisi yang bagus dengan rentang waktu yang relatif singkat, akan ada suara cibiran dari orang-orang disekitar kantor, namun apabila sudah bekerja dalam jangka waktu yang panjang namun hanya menduduki jabatan yang itu-itu saja pun tetap dibicarakan juga.

Antara cinta dan pekerjaan.
Penatku sesekali terobati saat berbicara padamu. Walau kau sekedar menanyakan apa kabarku, letih seketika ku lupakan. Setiba dirumah jam 9 malam karena lembur, seretonin dalam tubuh seakan menurun drastis, seakan hormon dopamin dalam tubuhku meningkat berpuluh-puluh kali, selalu menyenangkan berbicara padamu, walau yang kau bahas seputar antusiasmu terhadap kegiatan dalam clinic make up artist. segera ku Line Riva.

“Aku juga baru pulang kok”

“Semalam ini?”

“Kelasnya hanya beberapa minggu, dan aku mau ikut step by step walau menguras banyak waktu kerjaan”

“Besok pulang larut juga?”

“Kemungkinan ya”

“Aku jemput”

“Kalau kerjaanmu masih banyak, ga apa kok, aku bisa pulang sendiri, kamu tenang aja ya”

Kalau bukan karena penyakit masuk anginnya yang sangat akut yang ia idap, mungkin aku tak sekhawatir ini. Sesekali memang ia pulang sendiri, dan sesekali pula ia pulang dengan teman kelas nya. Sekali lagi, antara cinta dan pekerjaan. Memberikan pengertian dan perhatian lebih ketika ia sibuk bukan hal yang buruk kok, toh aku juga bahagia melakukannya.

TERLALU BANYAK MAKE UP



Minggu Kelima.

Intensitas sentuhan pada Riva akhir-akhir ini tak seperti minggu sebelumnya. Walau kami dalam satu Kota, bisa-bisanya untuk bertemu satu miinggu dalam sekali malahan sulit. Sampai-sampai aku rindu mencium aroma tubuhnya.

“Hari ini ada kelas lagi?”

“Iya, kamu dimana yud?”

“Malam ini aku jemput ya” Tak kuhiraukan pertanyaannya.

“Ga apa kok, aku bisa pulang sendiri, udah pulang kantor?”

“Belum, rencananya abis ini aku kesana, aku mau ketemu”

“Yaudah, 15 menit lagi aku selesai”



Tak banyak obrolan yang dibicarakan malam itu. Larutnya malam mungkin membawa suasana lelah. Semakin aku percaya, seberapa intens kami bertemu mempengaruhi renggang eratnya komunikasi.

Ia bilang, mulai menjalani praktek teknik smoky eyes.

Ia bilang, kerjaannya mulai terbengkalai karena beauty class ini.

Sebelum pulang, ia juga bilang, terima kasih udah mengantar pulang, jangan terlalu memaksakan diri untuk mengkhawatirkannya. Besok mungkin pulang larut lagi, dan kalau memang berhalangan karena urusan kerja, ada Tanta yang anter.

Ya, Tanta.
“Aku duluan ya, hati-hati dijalan kamu, yud”

TERLALU BANYAK MAKE UP



Sudah beberapa hari ini kedalaman pekerjaanku sudah mulai tak seperti pertama aku datang. Surat menumpuk kini sudah mulai seper empat dari biasanya. Rekan kerja pun gantian menanyakan dan menawarkan bantua. Pimpinan juga sesekali mengajak untuk mengikuti dinas luar kota. Nyaman. Itu yang aku rasakan saat ini. Sudah bisa mengikuti alur pimpinan dan kapasitasnya.

Namun hal ini tak sejalan dengan alur komunikasi dengan Riva.

“Aku takut untuk bilang ini, yud”

“Tak apa, pahit pun aku terima”

“Tapi ini lain”

“Iya… aku tau, so?, Singapore?”

“Yud, aku belum bicara kearah sana”

“Cepat atau lambat kan juga kamu akan kasi tau aku”

“Kamu orang baik, ini bukan tentang dia dan kamu, tapi aku rasa hubungan ini ga berjalan semestinya”

“Iya, aku rasa wajar, ia selalu ada buat kamu”

“Yud…”

“Drilling engineer? Semua mimpimu akan mudah ia wujudkan”

“Yudha………”

“Kimarie.inc kan? Disana aku rasa semua potensimu akan lebih banyak dikembangkan, bukannya kantornya dan sekolahmu satu Negara?”

“……………………….”

“Seperti drama, terlalu banyak make up pun akan buruk untuk skenario………”

“Maaf……”



Walau bumi lebih bahagia bersanding matahari dari pada dengan awan, tak sekalipun awan tak ikhlas menurunkan hujannya.

Sekalipun bumi lebih menyenangi awan dari pada dengan matahari, tak sekalipun juga matahari berhenti tuk memberi kehangatan seisi bumi.

Sekalipun kau tak menajdi milikku atau menjadi milikku, kebahagiaanmu kelak akan ku perjuangkan.

Dalamnya palung tak pernah menjelaskan bahwa begitu dinginnya dalamnya lautan.

Betapa besar sayangku padamu pun tak perlu aku jelaskan rasaku padamu.


ᴥᴥᴥ

TERLALU BANYAK MAKE UP
Diubah oleh yudhama 07-09-2017 11:54
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.3K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.