Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Cerita di Belakang Saracen: Dari Portal Berita Jadi Penyebar Ujaran Kebencian

capingappAvatar border
TS
capingapp
Cerita di Belakang Saracen: Dari Portal Berita Jadi Penyebar Ujaran Kebencian
Kepolisian Indonesia berhasil menangkap dan mengungkap sindikat Saracen yaitu grup yang bertanggung jawab dalam penyebaran ujaran kebencian terhadap suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Kekacauan yang ditimbulkan oleh Saracen ini ditujukan untuk satu hal, yaitu untuk mendulang keuntungan dari kebencian.

Tidak perlu mempertanyakan akibat dan dampak dari aksi yang dilakukan oleh kelompok Saracen. Melalui ujaran kebencian dan meme, Saracen menebar isu hoax di internet dan media sosial. Bayangkan saja, salah satu anggota Saracen yang telah ditangkap mengaku memiliki ribuan akun. Dari sini saja terlihat bagaimana cepatnya Saracen bisa cepat menyebarkan hoax dan fakta yang sudah dipelintir. Tidak heran jika organisasi ini dituduh ikut terlibat dalam kontroversi Pilkada Jakarta kemarin. Bahkan Presiden Jokowi saja meminta polisi untuk menyelidiki Saracen secara tuntas, termasuk mengungkap siapa saja pelanggan serta penyumbang dananya.

Melihat sepak terjang Saracen, apa yang sebenarnya menjadi pemicu dari munculnya kelompok ini dan apa tujuannya?
Quote:


Saracen terungkap setelah Polisi pada tanggal 23 Agustus lalu mengumukan mengumumkan organisasi tersebut kepada publik. Disebut oleh polisi jika Saracen menerima order untuk menebar ujaran kebencian di internet dan media sosial dengan jumlah bayaran tertentu. Polisi juga mengungkap tiga anggota vital dari Saracen yang berhasil ditangkap. Salah satunya adalah sang ketua kelompok, Jasriadi. Dari pengakuan Jasriadilah asal usul dari dibentuknya Saracen terungkap.

Dalam wawancaranya dengan Tempo, Jasriadi menuturkan jika organisasi ini sendiri sebenarnya sudah ada semenjak tahun 2014. Pada saat itu sedang marak pemilu 2014 dimana Jokowi dan Prabowo saling bersaing. Jasriadi mengaku jika ia kesal dengan kelompok dan grup yang menyerang Prabowo dan Islam. Bersama dengan rekan-rekannya, Jasriadi akhirnya membajak grup-grup yang isinya menghujat Islam.
Quote:


Meskipun mendukung Prabowo, Jasriadi menolak jika dirinya berhubungan dengan Ketua Umum Gerindra itu. "Bukan. Saya hanya simpatisan. Boleh kan kalau mendukung? Itu hak saya mendukung siapa," katanya.

Saracen sendiri baru terbentuk pada 2015 di salah satu masjid di Jakarta Utara. Pada saat itu ada diskusi untuk mencari pemimpin. "Ketika itu ada kawan yang minta agar Saracennews menjadi media Saracen untuk kampanye" katanya.

Namun cita-cita Jasriadi untuk membentuk Saracennews justru terpelintir. Pada tahun 2015 dan 2016, Saracen masih menjalani fungsinya sebagai portal berita. Sebagai jurnalis otodidak, Jasriadi belajar untuk membuat tulisan dan mengutip tulisan dari media seperti Liputan 6 dan Kompas. Rencananya Saracennews juga berniat untuk merekrut wartawan tapi belum kesampaian. Pada akhirnya, Saracen justru berubah haluan menjadi penyebar konten hoax di media sosial.

Saat Saracen akhirnya fokus kepada penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian, kekuatan kelompok tersebut pun bertambah. Saracen disebut memiliki 800.000 ribu akun yang siap menyebarkan berbagai macam isu. Tentunya semua disesuaikan dengan perjanjian antara Saracen dengan klien mereka. Tarif yang diminta kelompok ini melakukan aksi jahatnya itu juga tidak main-main. Dalam proposal yang dijadikan sebagai barang bukti oleh polisi, terungkap jumlah biaya luar biasa yang ditarik oleh Saracen. Untuk website, mereka meminta Rp15 juta, untuk jasa buzzer adalah Rp45 juta untuk sebulan. Belum lagi uang untuk sang ketua sendiri sebesar Rp10 juta.
Quote:


Dengan jumlah uang operasional yang sangat besar, kemungkinan anggota Saracen lebih dari ketiga orang tersebut. Beberapa anggota Saracen bahkan berasal dari tipe orang yang tidak disangka-sangka. Misalnya Sri Rahayu, seorang ibu rumah tangga yang ternyata adalah kordinator Saracen untuk wilayah Jawa Barat. Jika polisi terus mengusut jaringan Saracen, pasti akan terungkap siap-siapa lagi yang menjadi anggotanya, termasuk pihak yang menyewa jasanya.

Keberadaan Saracen merupakan bukti bahwa ancaman berita hoax dan ujaran kebencian masih menjadi masalah di Indonesia. Sudah sepatutnya masalah ini diusut sampai selesai mengingat pada tahun 2019 nanti akan diselenggarakan pemilu. Jangan sampai tragedi Ahok kembali terulang di pemilu 2019!

Sumber: Caping App
0
3.5K
9
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.