menthol.holicAvatar border
TS
menthol.holic
Energi Terbarukan untuk Indonesia: Kapan terasa manfaatnya?
Klik gambar dibawah untuk membaca tulisan tulisan lain di laman pribadi saya emoticon-Smilie



Energi Terbarukan untuk Indonesia: Kapan terasa manfaatnya?


Teknologi energi baru dan terbarukan sudah banyak dipakai untuk menjadi solusi ketahanan energi di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Teknologi tersebut memungkinkan daerah yang terlalu jauh letaknya dari infrastruktur kelistrikan dan kesulitan mendapatkan bahan bakar fosil untuk tetap bisa mendapatkan akses listrik. Harapannya, pemberian akses listik pada daerah tersebut akan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Listrik tersebut nantinya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas fasilitas publik seperti fasilitas kesehatan, penyediaan air bersih untuk MCK ( mandi cuci kakus ), ataupun untuk menggerakkan perekonomian masyarakatnya.

Data dari Statistik Ketenagalistrikan 2016 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineralmenunjukkan bahwa dari 82190 desa yang ada di indonesia, 79671 desa tersebut sudah teraliri dengan listrik. Tentunya itu adalah prestasi yang luar biasa, tetapi harus diingat bahwa masih ada 2519 desa pada kategori desa tertinggal, terdepan dan terluar lagi yang masih menanti hak mereka dipenuhi. Kebanyakan dari desa tersebut tidak mendapatkan akses listrik karena faktor geografis yang menghalangi tersalurkannya bantuan baik dari pemerintah maupun dari lembaga sosial lainnya. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat harus bekerja lebih keras untuk bisa memberikan akses listrik kepada mereka. Apalagi, Indonesia hanya memiliki waktu 1 tahun lagi untuk mencapai target rasio elektrifikasi 100% pada tahun 2019. Namun, setelah sudah seluruh masyarakat indonesia sudah mendapatkan akses listrik, apa justifikasi untuk tetap melanjutkan pengembangan penggunaan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan yang jauh lebih mahal dari pembangkit listrik konvensional ?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, harus dimengerti terlebih dahulu alasan dari penggunaan solusi energi baru dan terbarukan di Indonesia. Berdasarkan RUPTL PLN 2017-2026, selain untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia, penggunaan energi baru dan terbarukan juga dilakukan untuk menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca. Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi peningkatan kadar gas rumah kaca di dunia sehingga menyebabkan kenaikan suhu dan mencairnya es di kutub utara dan selatan. Salah satu penyumbang terbesar gas tersebut adalah pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya. Berdasarkan data dari Outlook Energi Indonesia 2016 oleh BPPT, pada tahun 2050 nanti kebutuhan energi Indonesia diproyeksikan akan naik 7 kali lipat sehingga setara dengan energi dari 7 miliar barel minyak per tahun. Apabila bauran energi baru dan terbarukan tidak ditingkatkan, maka polusi yang dihasilkan akan menyebabkan perubahan iklim sampai pada titik yang tidak dapat diperbaiki lagi.

Keseriusan Indonesia dalam menanggulangi isu lingkungan tertuang pada berbagai macam hal, mulai dari penelitian yang dilakukan oleh institusi, pengembangan produk ramah lingkungan oleh industri, dan perumusan kebijakan yang mendukung dikembangkannya penerapan gaya hidup berkelanjutan. Tentunya termasuk juga penelitian, produk, dan kebijakan untuk menerapkannya energi baru dan terbarukan. Kolaborasi ini juga dibuat untuk memenuhi komitmen Indonesia di United Nations Climate Change Conference di Paris tahun 2016 lalu untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sampai 29% di tahun 2030. Oleh karena itu, Indonesia memiliki target untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan pada neraca energinya hingga mencapai 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Target tersebut tentunya hanya bisa tercapai apabila teknologi energi baru dan terbarukan tidak hanya diterapkan pada daerah pedesaan, tetapi juga untuk daerah perkotaan.

Penerapan energi baru dan terbarukan, bersamaan dengan upaya upaya lain seperti pengalihan bahan bakar minyak menjadi gas pada pembangkit listrik tenaga gas, penggunaan campuran biofuel pada pembangkit listrik tenaga diesel, dan penggunaan teknologi rendah karbon dan efisien, akan mengurangi polusi yang dihasilkan dari proses pembangkitan listrik. Dengan begitu, laju perubahan iklim yang sudah terjadi saat ini dapat dikurangi. Tentunya manfaat jangka panjang tersebut tidak bisa dinikmati langsung oleh generasi yang menerapkannya, tetapi akan dirasakan oleh generasi generasi selanjutnya yang akan merawat bumi di masa yang akan datang. Dalam jangka pendek, manfaat dari penggunaan energi baru dan terbarukan hanya bisa dirasakan oleh mereka yang sebelumnya tidak pernah mendapatkan akses listrik. Mereka yang sebelumnya terhambat produktifitasnya pada malam hari bisa semakin produktif dan mereka yang tidak mendapatkan akses fasilitas kesehatan bisa berobat dengan mudah. Berbeda dengan penerapannya pada daerah yang dari awalnya sudah mendapatkan akses listrik dan masyarkatnya sudah terbiasa menikmati fasilitas tersebut dalam kehidupan mereka sehari hari. Namun, ada kasus khusus seperti untuk meningkatkan keandalan suatu jaringan listrik menggunakan microgrid dimana manfaat penerapan gabungan pembangkit pembangkit energi baru dan terbarukan dapat dirasakan secara langsung.

Di era berkembangnya penerapan energi baru dan terbarukan, masyarakat memiliki kebebasan untuk mengambil peran baik dalam institusi, industri, pemerintahan, atau tidak dalam ketiganya. Perlu disadari bahwa kontribusi nyata tidak hanya bisa dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam penerapannya seperti para peneliti, insinyur, atau pembuat kebijakan. Masyarakat memiliki banyak cara lain untuk berkontribusi dalam usaha meningkatkan rasio elektrifikasi dan mengurangi laju perubahan iklim. Salah satunya cara yang paling mudah adalah dengan mengadopsi dan mengedukasi orang orang terdekat mengenai gaya hidup hemat energi. Dalam kasus penggunaan listrik, apabila minimal tiap masyarakat dapat mengurangi 10% dari konsumsi listrik harian mereka, maka listrik yang mereka hemat sebanding dengan dibangunnya 5 buah pembangkit listrik baru berkapasitas satu Gigawatt. Selain biaya pembuatan pembangkit tersebut dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur lain seperti peningkatan kualitas transmisi dan distribusi, polusi udara yang di cegah pun bisa membantu mengurangi dampak negatif perubahan iklim. 

Sumber :

Statistik Ketenagalistrikan 2016 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
https://climate.nasa.gov/evidence/ ( Diakses pada tanggal 29 Agustus 2017 pukul 11.00 )
RUPTL PLN 2017-2026 oleh PLN
Outlook Energi Indonesia 2016 oleh BPPT

#15HariCeritaEnergi
Diubah oleh menthol.holic 29-08-2017 13:06
0
972
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sains & Teknologi
Sains & TeknologiKASKUS Official
15.5KThread11KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.