Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

menthol.holicAvatar border
TS
menthol.holic
Energi Terbarukan untuk Indonesia: Bagaimana kita menerapkannya ?
Klik gambar dibawah untuk membaca tulisan tulisan lain di laman pribadi saya emoticon-Smilie


Energi Terbarukan untuk Indonesia: Bagaimana kita menerapkannya ?



Penerapan teknologi energi baru dan terbarukan sebagai solusi permasalahan ketahanan energi di Indonesia merupakan usaha kolektif dari berbagai pihak. Selain harus mendapatkan dukungan pemerintah dan masyarakat baik dalam bentuk regulasi atau pendanaan, pengembangan dan penelitian penerapan teknologi tersebut di institusi dan industri pun harus terus digalakan. Pasalnya, teknologi yang digunakan sebagai solusi harus sesuai dengan permasalahan yang akan dihadapi, sedangkan permasalahan untuk tiap daerah belum tentu sama satu dengan yang lainnya. Hal penting lain yang perlu diperhatikan juga adalah ketersedian sumber daya manusia yang mengerti akan seluk beluk teknologi energi baru dan terbarukan dan bisa menerapkan teknologi tersebut secara efektif dan efisien untuk memberikan manfaat bagi masyarakat luas. 

Spoiler for :



Di Indonesia sendiri, teknologi untuk menerapkan energi baru dan terbarukan sudah cukup banyak dikembangkan oleh institusi dan perguruan tinggi. Sayangnya, hanya sedikit dari teknologi tersebut yang diadopsi oleh industri dalam negeri. Hal tersebut terjadi karena mahalnya biaya investasi awal yang dibutuhkan oleh industri untuk mengembangkan teknologi besutan institusi dari yang masih berbentuk purwarupa sampai menjadi produk komersial. Selain itu, waktu yang digunakan untuk pengembangan produknya sampai bisa teruji fungsi dan keandalannya pun tidak sebentar. Setidaknya, dibutuhkan beberapa kali iterasi desain yang bisa memakan waktu beberapa tahun. Oleh karena itu, banyak pengusaha di Indonesia yang memilih menggunakan teknologi komersial dari industri luar negeri yang sudah terbukti keandalannya sebagai bagian dari solusi permasalahan energi di seluruh pelosok negeri.

Dengan semakin banyaknya penerapan teknologi energi baru dan terbarukan di Indonesia saat ini yang didominasi oleh produk luar negeri, maka urgensi Indonesia untuk segera memulai untuk mengembangkan produk produk buatan sendiri menjadi semakin besar. Menurut Outlook Energy Indonesia 2016 oleh BPPT, kurangnya produk domestik pada penerapan energi baru dan terbarukan menyebabkan biaya produksi dari listrik yang dihasilkan menjadi sulit bersaing dengan biaya produksi listrik pembangkit energi bahan bakar fosil. Hal itu dikarenakan mahalnya harga dan biaya perawatan dari produk luar negeri yang digunakan, sehingga biaya pokok produksi listriknya pun menjadi tinggi. Selain itu, walaupun penggunaan produk luar negeri bisa mempercepat penerapan solusi suatu masalah, penggunaannya akan menyebabkan adanya ketergantungan dengan produsen produk tersebut dalam penyediaan suku cadang ataupun pelayanan purnajual lainnya. Secara tidak langsung, keberlanjutan dari solusi energi baru dan terbarukan yang diberikan pun akan terancam apabila produsen produk enerti  tersebut sudah tidak lagi dapat menyediakan pelayanan perbaikan dari produk yang digunakan.

Spoiler for :


Sampai saat ini, satu satunya perusahaan yang berani untuk melakukan investasi pada penelitian dan pengembangan produk energi baru dan terbarukan dalam skala besar di Indonesia hanyalah PT Len Industri. Hal ini sangat disayangkan karena kebutuhan akan teknologi penunjang energi baru dan terbarukan untuk saat ini dan kedepannya akan terus tinggi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hambatan terbesar dari berkembangnya industri di bidang energi baru dan terbarukan adalah mahalnya alat ukur dan fasilitas penunjang yang harus tersedia untuk pengujian dan pengembangan produk yang dibuat. Sebagai gambaran, Precision Power Analyzer, alat ukur output energi dan karakteristik yang dikeluarkan oleh sebuah produk tenaga listrik , memiliki harga ratusan juta rupiah. Alat tersebut hanyalah salah satu dari alat ukur yang dibutuhkan. Apabila semua kebutuhan lain ikut dihitung, maka total investasi hanya untuk fasilitas yang dibutuhkan saja minimal dua miliyar rupiah.

Angka tersebut tentu bukanlah angka yang bisa didapatkan dengan mudah oleh industri dengan skala kecil atau menengah, ditambah dengan besarnya resiko kegagalan dan persaingan yang akan dihadapi dari produk yang mereka kembangkan. Ricky Elson dengan Lentera Bumi Nusantarayang dia dirikan pun memperluas ranah produk yang mereka kembangkan agar bisa membantu membiayai kebutuhan pengembangan produk energi baru dan terbarukan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu ada campur tangan pemerintah, salah satunya melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dalam memberikan kesempatan bagi industri industri baru untuk bisa memulai pengembangan produk energi baru dan terbarukan secara lokal. Kesempatan tersebut bisa berbentuk regulasi dan pendanaan yang mendukung keberlanjutan industri lokal tersebut dalam mengembangkan produk mereka atau dengan membangun sebuah laboratorium tenaga listrik yang bisa dipakai bersama sebagai wadah inkubasi industri industri kecil dan menengah yang bergerak di bidang tersebut. Harapannya, akan muncul produk produk baru yang tidak kalah bersaing dengan produk teknologi energi baru dan terbarukan yang ditawarkan oleh industri luar negeri.

Penggunaan teknologi dari luar negeri sebagai solusi meningkatkan keamanan energi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia tidaklah salah, tetapi perkembangan teknologi lokal tidak boleh dilupakan dan dibiarkan begitu saja. Berkembangnya produk teknologi energi baru dan terbarukan lokal bisa menjadi kunci dari mensukseskan pemerataan pembangunan yang berkelanjutan. Tentunya, pemilihan produk teknologi yang digunakan hanyalah satu dari sekian banyak aspek yang menjadi bahan pertimbangan dalam penerapan energi baru dan terbarukan di Indonesia. Permasalahan edukasi dan pengembangan masyarakat untuk mempersiapkan penerapan teknologi tersebut pun bisa menjadi salah satu peluang bagi sumber daya manusia yang ada di Indonesia untuk berkarya. Salah satu contohnya adalah seperti yang dilakukan oleh tim dari SE-Movement dengan gerakan pertama mereka di Pesantren Al Umanaa. Sayangnya, sampai saat ini jumlah dari sumber daya manusia yang dibutuhkan masih belum mencukupi baik sebagai tenaga praktisi maupun tenaga peneliti. Oleh karena itu, Institusi pendidikan dituntut untuk mencetak tenaga tenaga ahli baru yang mau berkarya demi keamanan energi Indonesia terutama di daerah terdepan tertinggal dan terluar. 

Sumber :

Outlook Energy Indonesia 2016 oleh BPPT


#15HariCeritaEnergi


0
860
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sains & Teknologi
Sains & TeknologiKASKUS Official
15.5KThread11.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.