Fenomena bendera Indonesia yang terbalik di perhelatan SEA Games 2017 Malaysia baru-baru ini bisa diibaratkan seperti borok. Karena tidak diobat secara serius, borok tersebut justru menjalar kemana-mana. Bagian yang awalnya tidak sakit akhirnya menjadi sakit karena terinfeksi oleh borok tersebut. Berawal dari kontroversi bendera Indonesa terbalik, terungkap pula kejadian-kejadian tidak mengenakkan lainnya yang juga dirasakan oleh negara peserta SEA Games yang lain.



Baru dua hari berjalan, terjadi kecelakaan bus yang kebetulan berisi atlet dari Filipina, Myanmar dan Thailand. Untungnya tidak ada korban jiwa dari kecelakaan tersebut. Para atlet hanya menderita luka ringan. Namun, tetap saja kecelakaan ini menyebabkan penundaan yang akhirnya merugikan para atlet sendiri.

Selain itu, adalagi masalah bendera yang tertukar antara Indonesia dan Thailand. Pada lembar buku panduan yang memberikan data negara-negara yang menjadi juara umum SEA Games, terlihat bendera Indonesia dipasangkan dengan Thailand dan begitupun sebaliknya.

Ada juga masalah penjualan tiket yang dirasakan oleh suporter negara Myanmar. Pihak panitia penyelenggara sepertinya tidak siap dalam mengantisipasi jumlah penonton. Akhirnya ada suporter Myanmar yang tidak kebagian tiket dan tidak dapat mendukung negaranya sendiri. Bukannya memfasilitasi para suporter tersebut, pihak penyelenggara justru terlihat acuh dengan masalah yang terjadi. Misalnya dengan tidak mennyiapkan layar untuk menonton di luar stadion.

Belum selesai ketidakramahan tuan rumah kepada Myanmar, ada lagi kejadian lain yang tidak kalah menyedihkan. Para atlet wanita asal Myanmar tidak dapat kembali ke hotel karena mobil yang digunakan untuk mengantar tidak tersedia. Padahal mereka baru saja mengalahkan atlit tuan rumah. Apakah ini bentuk dari rasa sentimen?



Bendera terbalik yang dialami Indonesia pun juga dirasakan oleh negara Brunei. Dalam papan skor di perlombaan cabang olahraga renang indah, bendera yang ditampilkan pada papan skor bukanlah bendera milik Brunei. Akibatnya masyarakat Brunei beramai-ramai mencibir pihak penyelenggara SEA Games media sosial.

Peristiwa-peristiwa ganjil di SEA Games 2017 ini justru menimbulkan pemikiran bahwa sang tuan rumah, yaitu Malaysia sengaja berbuat curang demi kemenangan. Padahal mungkin dari pihak Malaysia sama sekali tidak ada keinginan untuk berbuat curang. Hal-hal ini terjadi murni karena kesalahan teknis. Namun, kesan negatif ini sudah lebih dulu meresap kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Bukan tidak mungkin jika situasi ini bisa membuat SEA Games 2017 yang diselenggarakan oleh Malaysia dicap sebagai event terburuk sepanjang sejarah.

Hal ini sangat disayangkan karena imej jelek ini juga akan melekat kepada negara Malaysia sendiri. Padahal penyelenggaraan acara sekelas SEA Games juga akan memberikan manfaat besar bagi negara Malaysia. Apakah manfaatnya? Sebagai sumber devisa karena acara seperti SEA Games sudah pasti menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Seharusnya momen ini bisa digunakan untuk membangun imej positif negara Malaysia sehingga layak untuk menjadi destinasi wisata.

Meskipun sudah tercoreng, pihak penyelenggara masih memiliki waktu untuk memperbaikinya. Lima kata yang menjadi maskot SEA Games, yaitu RIMAU (Respect, Attitude, Integrity, Unity dan Move) harus diimplementasi kembali.

Kalau menurut Capingers sendiri bagaimana? Apakah kamu setuju jika SEA Games tahun ini layak mendapat gelar SEA Games terburuk sepanjang sejarah?

Sumber: Caping App