MASALAH narkoba menjadi perhatian sejumlah anggota DPR saat turun ke daerah, Senin (7/8).



Di Banda Aceh, anggota Komisi III Nasir Djamil mengulik soal Abdullah bin Zakaria, 39, pemilik 78,1 kg sabu.



"Saya heran karena dia dipindahkan dari Rumah Tahanan Banda Aceh ke Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kota Langsa. Gembong narkoba seharusnya tidak dipindahkan dari penjara besar ke penjara kecil," ungkapnya.



Langsa, lanjut dia, berada tidak jauh dari Peureulak, Aceh Timur, kampung halaman Abdullah.



Seharusnya dia berada di penjara besar, karena diduga terus melakukan aktivitas sebagai bandar, dengan melibatkan jaringan di Aceh Timur.



"Kami menduga dia memiliki cukup banyak jaringan dan bisa mengendalikannya dari balik penjara," tandas Nasir.



Abdullah sempat divonis mati, turun menjadi seumur hidup, dan terakhir dihukum 20 tahun penjara.



Anehnya, empat anak buahnya tetap divonis mati.



Anggota Komisi III lainnya, yakni Ahmad HM Ali mengunjungi Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.



Ia mengaku prihatin dengan maraknya peredaran narkoba di daerah ini.



"Narkoba sudah masuk ke desa-desa. Masyarakat sudah resah karena narkoba sudah merasuki pemuda dan anak-anak," tutur Ali.



Ia meminta polisi tegas menindak para bandar dan pengedar.



"Termasuk anggota Polri yang terlibat, seharusnya mereka ditembak di tempat."



Di Bali, Gubernur Made Mangku Pastika mengakui penyalahgunaan dan peredaran narkoba di wilayahnya terus meningkat.



"Bali sudah darurat narkoba. Sudah gawat, karena narkoba sudah masuk ke desa-desa."



Ia menyebutkan selama 2015, sekitar 20,01% dari total warga atau sebanyak 61.353 orang sudah terdampak narkoba.



Setahun kemudian, jumlahnya bertambah menjadi 62.457 orang.



"Fakta di lapangan, jumlahnya bisa lebih besar dari itu," kata Pastika. (MR/TB/OL/RF/BB/N-2)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...oba/2017-08-08

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Rusia Buka Peluang Ekspor Makanan Halal

- Belanja Pemerintah Hambat Pertumbuhan

- KPAI Punya Pengurus Baru