- Beranda
- The Lounge
Bijak Mengkritik, Hargai Pengkritik
...
TS
fadw.crtv
Bijak Mengkritik, Hargai Pengkritik
Manusia memang diciptakan tidak sempurna oleh Tuhan. Bukan karena Tuhan tidak bisa membuat manusia sempurna, tetapi agar manusia bisa menyempurnakan dirinya masing-masing dan sesamanya. Salah satu kekurangan manusia yang Tuhan benamkan adalah naluri tidak bisa melihat kekurangan dalam dirinya sendiri. Walau dengan cermin di balik serutan pensil sampai cermin yang besarnya segede gabanpun belum tentu manusia bisa melihat kekurangannya.
Tapi dibalik kekurangan itu Tuhan benamkan juga naluri manusia untuk melihat kekurangan orang lain yang sangat-sangat-sangat peka sampai mengalahkan pekanya pacar kamu (buat yang punya pacar aja ). Dari sanalah tercipta sebuah istilah yang disebut “kritik”.
Kritik itu sebuah mukjizat dari Tuhan bagi manusia biasa untuk bisa memperbaiki dirinya sendiri dari kekurangannya yang terkecil sekecil biji durian.
Tapi sayang seribu pacar, seiring perkembangan zaman kritik berubah menjadi ajang menghujat, menjatuhkan, dan membeberkan kekurangan orang lain di media umum “tanpa memberikan solusi”. Terkadang kritik dibumbui diksi-diksi indah yang mengiris hati dan menyayat kalbu.
Sebaiknya kita bijak saat akan mengkritik sesuatu atau seseorang. Yang paling penting dan terpenting adalah gunakan bahasa yang halus sehalus sutra (baca: jenis kain) dan tidak menyinggung perasaan orang itu.Dengan bahasa yang halus sehalus sutra, orang yang dikritik akan nyaman dan sampai tuntas pula dia membaca/mendengar kritikan yang ditujukan padanya, terlebih lagi dengan pikiran yang tenang dia pun akan lebih menerima segala kritikan.
Yang terpenting kedua adalah kritikan yang kita buat tidak dalam bentuk yang menyerang a̶p̶a̶l̶a̶g̶i̶ ̶b̶e̶r̶t̶a̶h̶a̶n̶,̶ ̶l̶e̶b̶i̶h̶ ̶b̶a̶i̶k̶ ̶s̶e̶r̶a̶n̶g̶a̶n̶ ̶b̶a̶l̶i̶k̶. Kita sebaiknya membuat bentuk kritik dalam bentuk ajakan, karena mengajak lebih indah daripada menginjak.
Yang ketiga kita sebaiknya berbicara langsung dengan yang akan kita kritik. Beberapa waktu yang lalu ada kabar bahwa sebuah Rumah Sakit menuntut seorang ibu yang menulis kritikannya di sebuah media sosial dan yang terbaru adalah seorang komika yang dituntut oleh sebuah pengembang apartemen.
Dari kasus ini kita seharusnya belajar, internet itu bebas tapi kita harus sadar bahwa kita memijak tanah di sebuah negara, yang artinya ada sebuah hukum yang mengikat. Ada hukum, undang-undang dan kode b̶u̶n̶t̶u̶t̶ etik.
Jikalau mereka berunding disebuah meja dan ditemani secangkir kopi, pastilah birokrasi akan lunak dan kritik serta tuntutan pun didengar oleh mereka. Walau pun menemui jalan buntu, ada sebuah lembaga yang melindungi hak konsumen dan bisa digunakan sebagai mediator sehingga setidaknya kita tidak akan dituntut balik karena menuntut hak.
Bagaimana kalau tidak bisa bertatap muka? Ya, pakai surat atau e-mail. Zaman dulu ada yang namanya kotak saran dan kritik, tapi sekarang kayanya sudah tergerus ego karena tidak ada yang mau dikritik.
Yang keempat adalah sebaiknya kita memberikan solusinya juga.Kritik membangun adalah sebuah kritik yang memiliki solusi didalamnya. Solusi yang diberikan agar berguna bagi berbagai pihak.
Nah, sebagai yang dikritik pun sebaiknya kita menghargainya. Dalam artian ada yang masih peduli dengan kita dan ada yang masih peduli dengan sesamanya. Ego kita memang tidak suka dikritik, bukan? Terkadang kalau ada yang mengkritik kita marahi yang mengkritik dengan berbagai dalih: emang gampang, ngomong doang ma gampang, j̶u̶r̶a̶g̶a̶n̶ ̶e̶m̶p̶a̶n̶g̶.
Padahal kita seharusnya berterima kasih ada yang peduli agar kita tidak terjerumus dalam sebuah lubang atau mengingatkan kita untuk memberikan hak-hak orang lain yang mungkin kita lalai.
Yuk, Gan/wati kita jadi pengkritik yang bijak dan menghargai yang mengkritik kita. Damai itu indah.
Sumber gambar: klik gambar masing-masing.
Sumber tulisan: Pikiran TS.
0
3.5K
20
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya