wahyuningdiahAvatar border
TS
wahyuningdiah
Puncak Hati Paling Tinggi
Malam adalah penghidupan bagi bintang, tempatnya bersusah payah bersinar. Malam datang tanpa memaki, tanpa menghina, tanpa bahasa penyangkalan. Bintang, terlahir karena sebuah kesalahan yang tak diketahuinya. Kesalahan yang selalu ditumpahkan padanya. Dengan tabah, Bintang meluruskan bahwa kelahirannya bukan sebuah kesalahan.

Pagi, waktu yang tak pernah terlewati oleh Bintang. Bocah kecil berusia 8 tahun yang berparas anggun. Menyenangkan sekali menatap wajah polos miliknya.

Suara itu, sepagi ini tak pernah punya sungkan pada tetangga kanan-kiri. Membentak-bentang Bintang, Tanpa banyak berkata Bintang tau apa yang harus Ia lakukan. Sibuk membereskan rumah yang selalu di berantakan Yopi adiknya dan Nana sepupunya. Sibuk Mencuci baju, piring, mengangkat ke sana kemari barang yang akan di bawa ke pasar. setelah itu pekerjaan lainnya menunggu. Sama sibuknya dengan angin yang tak bosan menghempaskan diri, meski lenyap tiada berarti. Sama sibuknya dengan udara yang menyulam bibir-bibir daun dengan embun, meski runtuh tiada terkira. Dan wanita itu, Dia sudah pergi setelah berteriak-teriak bagai di pinggiran hutan.

Entah ada apa, tapi Bintang selalu merasa waktu ingin lari darinya, berlalu begitu cepat. begitu tega. Pagi yang mulai padang, Bintang harus membuatkan sarapan untuk adik kecilnya itu, Yopi. Jangan tanya rasa masakan bocah 8 tahun itu. Meski sedikit kerepotan, masakan sederhana itu terasa nikmat. boleh jadi saking seringnya Bintang melakukannya. Setelah rampung, Bintang bergegas mandi untuk segera bersekolah.

Air pagi rasanya tak dingin lagi, saking berkeringat dan gemetar tubuh Bintang. Rena, wanita muda yang bertubuh bengkak. suaranya Cumiik, sama saja dengan wanita tua itu. Berteriak-teriak, memaki Bintang lantaran membiarkan Yopi adik laki-lakinya yang masih berusia 3 Tahun ngompol di kasur. Rotan itu, yang biasanya digunakan untuk memukuli kasur yang dijemur. Kini gangggangnya berkali-kali mendarat ditubuh wanita mungil itu, Bintang.

Menggigit gemas bibir bawah, menahan rasa sakit yang terus di timpakan padanya. Pantang untuknya menitihkan air mata. semakin Bintang menangis semakin kencang ganggang rotan itu menghampirinya.

Sekolah, Tempat kedua setelah malam yang tak pernah berkhianat. Tak memaki, tak menghina, tak memiliki bahasa penyangkalan. Disini Bintang bisa tertawa, satu-satunya tempat tertawa bagi Bintang. Terlebih ada Mr. Son yang selalu baik padanya. Teman-temannya juga selalu asyik bermain dengan Bintang. Malam dan sekolah, adalah tempat pelarian, perenungan dan tertawa untuk Bintang. selain dua tempat itu, suram sudah.

-----


Diubah oleh wahyuningdiah 22-07-2017 03:09
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.4K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.