otak.userAvatar border
TS
otak.user
Polemik Tabungan Siswa MTsN 1 Tumpang
Malang, Memo X – Mediasi antara orang tua dan pihak lembaga dalam kasus dugaan penggelapan uang siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Tumpang yang dilakukan oknum guru berakhir deadlock, karena kedua kubu tidak menemukan titik temu.

Persoalan dugaan penggelapan uang tabungan murid ini, mencuat berawal saat seorang siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Tumpang Kabupaten Malang, nyaris mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Ini dipicu karena uang tabungan sekolah yang dipegang wali kelas 9.C tidak diberikan, dengan dalih tidak ada bukti nabung.

Akibatnya siswi ini shock dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit Modern Wates Poncokusumo Kabupaten Malang. RA (15) siswa kelas IX C MTS Negeri Tumpang mengaku putus asa hingga nekat ingin mengakhiri hidupnya. Lantaran dia takut kepada orang tua setiap ditanya perihal uang tabungan yang telah dikumpulkan selama setahun di kelas XI tersebut hilang .

RA menjelaskan, telah menabung uang kurang lebih sebesar Rp 42 juta, selama dia kelas 9. Namun ketika kelulusan tiba dan Rosita menagih uangnya, Wali Kelas 9.C bernama Widyawati tidak mengakui uang tabungan tersebut. “Bu guru gak mau mengembalikan uang saya, dan ibu nanya uangnya terus. Saya bingung, jadi saya beli Sprite dan Paramex 4 pil, Mbak,” terang gadis tersebut.

RA mengaku sudah beberapa kali menagih uang tabungan, tapi awalnya guru selalu berdalih sibuk. ”Setiap saya tagih selalu bilang sibuk. Dulu juga pernah bilang kalau uang tabungan saya sudah banyak, tapi sekarang tiap saya tagih bilangnya gak ada gak ada,” lanjut RA.

RA mengaku yang di buku tabungan itu, tabungan uang saku sedangkan tabungan wajib biasanya di buku besar. Wijiyati, ibu RA menambahkan selama ini tidak pernah diberikan buku tabungan, Setiap ditagih buku tabungan jawabnya pasti sudah ditulis dibukunya. Selama ini, sebagai orang tua, percaya terhadap gurunya dan tidak merasa curiga .

”Karena saat kelas 1 dan 2, juga nabung gak dikasih buku tabungan. Tapi uangnya mesti dikasih. Kok pas kelas 3 ini diruwet,” tandas Wijiyati saat ditemui di rumahnya di Desa Ngingit Kecamatan Tumpang. Wiji ibu korban mengaku sangat kecewa dengan sikap sekolah yang terkesan malah memojokannya sebagai orang kecil. Pihaknya tidak mungkin menagih apabila tidak ada bukti. Selama ini sudah mencatat berapa yang ditabung anaknya di buku kecil dengan tanggalnya.

Tanggal 24 September 2017, RA menabung sebesar Rp 20.000.000 dan berikutnya senilai Rp 42.700.000. Anehnya, anaknya tidak pernah membayar SPP dan uang buku, karena walikelasnya, selalu menawarkan untuk memotong tabungan yang senilai Rp 42.700.000.

“Kalau kita gak ada tabungan yang seperti dikatakan gurunya, gak mungkin bisa potong-potong untuk bayar SPP dan buku mbak,” jelasnya. Suryono juga mengatakan, sudah meminta tindakan tegas dari pihak sekolah. Namun sampai saat ini pihak sekolah hanya diam saja dan disuruh menunggu hingga ada bukti yang jelas. Namun hingga sekarang tidak ada tindakan untuk mengusut kasus ini, “Pihak sekolah diam saja, gak ada ngomomg apa-apa. Malah kalau saya kesekolahnya sering dibilang gak ada yang bersangkutan.”

Dari kejadian ini, pihak keluarga mengaku bukan hanya rugi materi tapi juga waktu dan psikis anaknya. Apalagi tindakan RA yang selalu menagih dan mencari saksi ke teman-temannya membuat dirinya dijauhi dan merasa diacuhkan oleh sekolah. “Dulu ada banyak temen yang mau bela jadi saksi. Tapi setelah dipanggil sama bu guru ke rumahnya, besoknya mereka sudah gak mau ngomong sama saya lagi mbak,” keluhnya.

Seperti diketahui, RA menabungkan uang yang diberikan ibunya setiap hari ke wali kelasnya. Harapannya uang tersebut bisa terkumpul banyak dan diambil saat kelulusan untuk mendaftar di SMA pilihannya. Namun naas, wali kelas RA tidak mengakui uang yang dia kumpulkan sehingga dia mengalami depresi dan mencoba bunuh diri.

Sementara itu, Pono, Kepala SekolahMadrasah Tsanawiyah Negeri 1 Tumpang membantah, jika dikatakan persoalan mengalami deadlock alias tak ada keputusan. ”Kami akan melakukan pelaksanaan dengan keinginan Pak Suliono yang akan melakukan sumpah pocong,” ujar Pono.

Tetapi pihaknya lebih dulu akan berkoordinasi dengan perangkat desa dan tidak akan mengambil langkah-langkah sepihak. ”Saya menganggap peristiwa ini tidak biasa. Tidak biasanya, ada data-data tidak otentik,” ujarnya. Pono juga mengaku, bahwa tabungan wali kelas bukan atas instruksi darinya. Tetapi inisiatif wali kelas siswa .

Alasan buku tabungan tidak diberikan, karena pihak lembaga khawatir kepada anak-anak yang tidak membawa buku tabungan akan membeli berulangkali di koperasi. Sejak peristiwa ini mencuat, sebagai kepala sekolah yang baru menjabat 6 bulan ini, akan menyetop semua aktivitas menabung di sekolah dan akan menjalin kerjasama dengan perbankan.

Rencana pihak sekolah yang akan membawa kasus ini ke ranah hukum, tampaknya batal. Karena Kepala MTSN 1 Tumpang masih menunggu perkembangan sampai fakta- fakta yang menguntungkan dan merugikan bisa ditemukan.

Sementara itu, Widyawati, wali kelas 9.C MTsN Tumpang membantah, tudingan ada tabungan yang tidak diberikan ke muridnya. Karena setelah nabung, buku tabungan langsung diberikan ke masing-masing siswa. Wali kelas 9.C ini, menambahkan jika semua siswanya yang menabung dibawa buku tabungannya.

”Teknisnya, saya berikan langsung. Bahkan apabila akan menabung, saya informasikan ke semua siswa. Ya ada siswa-siswinya yang menabung Rp 3000 dan Rp 2000 sesuai kemampuan yang terbanyak,” ungkapnya.

”Uang Rosita sudah saya berikan saat rekreasi ke Jogja senilai Rp 135.000. Sebagai wali kelas yang mengajar seminggu sekali ini, tidak pernah ditarik apapun,” ujar Widyawati.

Sementara itu, Khorij, Komite Sekolah mengaku selama ini Rosita ada tunggakan SPP Rp 650.000 untuk jariyah mushola. “Dulu saya tagih, malah marah-marah,” ujarnya. Tahun ini, juga masih mempunyai tunggakan sebesar Rp 760.000 untuk pembayaran sekolah.


Saat mediasi, dihadiri Babinsa Desa Pandanajeng Koptu Erliyanto, Babinkamtibmas Aiptu Sahari, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Tumpang Pono dan penyidik Polsek Tumpang. Acara mediasi diharapkan berakhir, setelah Wijiati orangtua siswa, menolak ajakan sumpah pocong. Karena menurutnya, percuma uangnya tidak akan kembali. (ega/cw1/yan)

https://malang.memo-x.com/29858/polemik-tabungan-siswa-mtsn-1-tumpang-2.html/amp

Nabung level sekolah kok sampai 42juta, ini bank apa sekolah, mau percaya apa ga ya silahkan emoticon-Leh Uga
Mau sumpah pocong dijabanin ehhh akhirnya ga mau emoticon-Malu (S)
0
7.5K
28
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.