Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fadw.crtvAvatar border
TS
fadw.crtv
[Cinta Indonesiaku] Penyemangat Tua Itu Adalah Kakekku
Setiap anak di muka bumi ini pasti akan lebih dekat dengan Ayah atau Ibunya yang sejak kecil mengurus dirinya. Namun, berbeda dengan diriku yang diasuh oleh Kakek –Ayah dari Ibuku– karena kedua orang tuaku bekerja. Kedekatan inilah yang membuat sosok pembangkit semangatku adalah Kakek.

Lahir tahun 1924, di sebuah kota di Jawa Tengah dan beranjak dewasa pula disana. Tidak banyak cerita yang aku dengar tentang masa kecil beliau, hanya segelentir pengalaman berdagangnya saat kecil dimana beliau harus belajar bahasa Belanda agar bisa berinteraksi dengan para penjajah dulu. Cerita-ceritanya memang selalu membuat aku duduk manis dan antusias untuk mendengarkan, karena tak jarang aku dapat pelajaran dari cerita-cerita itu.

Segelintir semangat dari cerita-cerita beliau itu membuat aku bisa bersemangat untuk tumbuh dan selalu bisa mendapat tempat sepuluh besar selama aku bersekolah. Ada yang bilang ‘bahwa anak kecil itu pecontoh yang baik’ dan itu terbukti, aku yang selalu diasuh oleh Kakekku memang sedikit banyak mengikuti sifat-sifatnya. Beliau sangat jarang sekali marah dan aku pun bisa mengikuti hal sepertinya, beliau juga sederhana dan aku pun mengikuti kesederhanaannya.

Beliau pernah bilang, “Tidak usah banyak gaya, yang penting pintar dan banyak uang.” Kalimatnya itu terkadang membuat aku tertawa kecil, tapi pada kenyataannya memang petuah itu benar-benar bermanfaat dalam hidupku ini. Ada masanya sebuah gaya atau styleitu terang atau meredup, tetapi tidak bermanfaat dan hanya membuang-buang waktu serta uang. Namun jika kita pintar, kita bisa bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain.

Kakek adalah seorang pesiunan dari ‘Pabrik Senjata dan Mesiu’ di Bandung, aku tidak tahu kapan dirinya mulai merantau dari Jawa Tengah menuju Bandung tetapi dia pesiun tahun 1979, saat aku belum lahir. Dan setelah hampir delapan belas tahun aku selalu di dekatnya, berbincang tentang sekolah, politik bahkan sepak bola Indonesia yang selalu bergulir setiap pukul tiga sore saat itu. Aku pun merantau, meninggalkan beliau serta keluarga. Sedih? Sudah pasti. Berat? Tak perlu ditanya, berat sekali pasti. Tapi motivasinyalah yang membuat langkahku tidak goyah, dan dengan mantapnya saat itu aku pergi meninggalkan mereka ke sebuah negara yang dulu pernah menjajah.

Saat jauh, saat rindu dengan keluarga dan sosok Kakekku yang bisa menjadi tempat tersalurnya ucapan dan perasaan hati, aku selalu menanamkan dalam pikiranku bahwa kelak bila aku sudah kembali berkumpul, aku ingin kembali bercengkerama dengannya berdua sambil meminum ocha –Teh Jepang– yang aku rasa pahit, tetapi semua akan terasa manis karena aku sudah menyiapkan pengalaman-pengalaman manisku yang bisa aku bagi saat itu.

Aku ingin bercanda dengannya bahwa kita pernah menjadi romusha, kita pernah bekerja untuk Jepang, tetapi pasti kita berbeda zaman. Aku ingin berbagi pengalamanku dengannya selama aku bekerja di sana, barangkali beliau mau berbagi kembali pengalamannya yang mungkin sedikit terlupa karena usianya. Ya, motivasiku yang begitu sangat sederhana sehingga bisa membuat aku bertahan walau pun saat aku rindu, saat aku dimarahi atasan atau pun saat aku bosan, tetapi aku bisa menyelesaikan tugasku.

Februari 2016 adalah bulan dimana motivasiku itu harusnya terwujud, tetapi kehendak Tuhan berkata lain. September 2015, lima bulan sebelum kepulanganku, sesuatu hal membuat aku sangat terpukul dan ingin rasanya menumpahkan air mata ini. Beliau telah berpulang kepada Tuhan. Iya, pukulan telak di batinku, ketika motivasiku sudah hancur, keinginan untuk kembali tertawa bersamanya, kembali menikmati sajian di atas meja makan, atau pun kembali menyaksikan ‘Final Piala Eropa’ seperti tahun 2008 silam.

Hari-hari kelabu, sedikit batinku tidak kuasa tetapi aku berusaha untuk bisa tegar dan tetap menjalani sisa-sisa waktu aku bekerja. Raganya mungkin sudah tidak bisa aku temui, tetapi semangat, petuah dan nasihat-nasihatnya yang selalu bisa mengisi kekosongan hatiku saat itu.

Beliau pernah berkata bahwa beliau ingin agar aku bisa menjadi seorang insinyur, dan sekarang aku sedang berusaha untuk bisa mewujudkannya walau memang nanti saat aku wisuda, aku tidak bisa memeluknya lagi seperti saat kami terakhir bertemu, Februari 2013.

Quote:

0
1.3K
5
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Cinta Indonesiaku
Cinta IndonesiakuKASKUS Official
5.3KThread2.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.