Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MarketeersAvatar border
TS
MOD
Marketeers
Sejauh Mana Merek Anda Direkomendasikan Pelanggan?
Sejauh Mana Merek Anda Direkomendasikan Pelanggan?

Anda pasti senang jika produk atau merek Anda dikenal oleh banyak orang. Lebih senang lagi kalau produk Anda dibeli oleh banyak orang alias laku di pasaran. Namun, berapa orang yang mengenal maupun membeli produk Anda akhirnya merekomendasikan (advokasi) kepada orang lain? Kalau banyak rekomendasi, Anda pantas lebih berbahagia karena produk Anda tergolong produk yang WOW! Dengan rekomendasi tersebut, potensi penjualan akan jauh lebih besar lagi.

Dalam tulisan sebelumnya, dibahas tentang perubahan customer path di era sekarang, yaitu 5A, Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate. Dan tujuan utama dari pendekatan Marketing 4.0 adalah memenangkan advokasi pelanggan Anda.

Lalu, bagaimana mengukur tingkat advokasi dari merek Anda? Mengacu pada buku Marketing 4.0: Moving from Traditional to Digital, diperkenalkan matrik pengukuran, yaitu PAR dan BAR. PAR merupakan singkatan dari Purchase Action Ratio, BAR merupakan singkatan dari Brand Advocacy Ratio.

PAR digunakan untuk mengukur seberapa mampu perusahaan mengubah brand awareness menjadi brand purchase. Dengan kata lain, berapa banyak orang yang tahu tentang sebuah produk atau merek akhirnya membeli produk tersebut. Semakin tinggi PAR yang didapat, semakin mudah pemasar menjual produknya.

BAR digunakan untuk mengukur seberapa mampu perusahaan mengubah brand awareness menjadi brand advocacy. Dengan kata lain, berapa banyak orang yang tahu tentang sebuah produk atau merek pada akhirnya merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain. Semakin tinggi BAR, sembakin bagus reputasi produk atau merek kita.

Sejauh Mana Merek Anda Direkomendasikan Pelanggan?

Contohnya, di sebuah komunitas, ada 100 orang. Dari 100 orang tersebut, sebanyak 90 orang mengenal produk kita. Dari total orang yang mengenal produk kita, 20 orang membeli produk kita dan 10 orang secara suka rela merekomendasikannya pada orang lain. Dari angka tersebut, PAR produk kita sebesar 20/90 atau 0,2 dan BAR-nya sebesar 10/90 atau 0,1.

Dari contoh itu, dapat kita lihat bahwa merek yang penjualannya tinggi belum tentu tinggi juga tingkat advokasinya. Di balik angka PAR dan BAR ini, para pemasar harus memahami alasannya agar bisa menentukan strategi pemasaran yang jitu. Secara umum, PAR bisa dilihat pada jumlah sales, sedangkan BAR bisa dilihat pada tingkat pertumbuhan sales (sales growth). Sementara bila PAR dan BAR-nya tinggi, produk tersebut merupakan produk “jagoan” di pasar.

Bagaimana mengukur tingkat awareness orang pada merek kita sampai akhirnya mengadvokasi? Bagaimana juga langkah-langkah yang patut diambil oleh pemasar untuk mendongkrak awareness sekaligus advokasi? Keep reading gaan...

Bila Anda memiliki pengalaman mengesankan pada sebuah merek atau produk, kemungkinan Anda ingin menceritakan dan merekomendasikan merek atau produk itu pada orang lain. Saat Anda merekomendasikan merek atau produk, pada saat itulah merek atau produk tersebut mendapatkan advokasi.

Tapi, tidaklah gampang sebuah merek atau produk direkomendasikan oleh banyak konsumen. Meski proses keputusan pelanggan dalam customer path yang baru adalah 5A (Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate). Namun nyatanya, “perjalanan pelanggan” sangat beragam. Ada yang sangat mengenal mereknya, lantaran oleh sebuah sebab, dia tidak membeli dan tidak merekomendasikannya. Ada yang kenal, tidak membeli, tapi merekomendasikannya. Ada juga yang kenal, membeli, tapi tidak merekomendasikannya. Ada juga yang kenal, tidak membeli, tapi merekomendasikannya ke orang lain.

Bagaimana itu terjadi? Upaya apa yang bisa diambil untuk memperbaiki strategi agar orang yang kenal merek, kemudian mau membeli, dan pada akhirnya sukarela merekomendasikannya pada orang lain? Nah, mengacu pada buku pendekatan Marketing 4.0, sebenarnya proses BAR tadi bisa dilihat versi panjangnya sebagai berikut:

Sejauh Mana Merek Anda Direkomendasikan Pelanggan?

Customer path yang baru tadi diturunkan lagi menjadi customer path of WOW Brand, yakni Attraction, Curiosity, Commitment, dan Affinity (ACCA). Intinya, untuk menjadi brand yang WOW, merek harus memiliki daya tarik, menimbulkan keingintahuan, menumbuhkan komitmen pembelian, dan akhirnya membangun afinitas. Semakin tinggi nilainya, semakin bagus untuk merek. Tahapannya bisa Anda lihat di grafik di bawah ini:

Sejauh Mana Merek Anda Direkomendasikan Pelanggan?

#1 Mendongkrak Daya tarik

Pada tingkat attraction, semakin tinggi nilainya, semakin bagus. Jika merek kita tidak atau kurang dikenal berarti merek kita kurang menarik. Ini bisa dikarenakan oleh beberapa hal. Pertama, bisa jadi karena produk atau merek kita kurang memiliki positioning yang jelas. Misalnya, produk kita adalah sabun. Produk kita tak jelas posisinya, apakah sabun kesehatan atau kecantikan. Kedua, bisa jadi karena konsumen tak menemukan diferensiasi kuat dari produk kita dibanding produk pesaing. Kalau diferensiasinya tak ada, konsumen tak punya alasan untuk membeli dan memakai produk kita. Ketiga, dikarenakan kita tidak memiliki komunikasi pemasaran yang baik, tepat, dan relevan. Bagaimana mungkin konsumen kenal dan tertarik pada produk kita kalau kita sendiri tidak mempromosikannya?

#2 Mengoptimalisasi Keingintahuan

Biasanya, produk yang menarik akan memunculkan keingintahuan konsumen (curiousity). Pada fase ini, peranan content marketing dalam menumbuhkan curiosity cukup besar. Content Marketing ini mengacu pada produksi dan pendistribusian konten yang relevan dengan kehidupan konsumen atau bahkan konten yang terasosiasi secara kuat dengan merek tertentu. Content marketing ini bisa didongkrak melalui komunitas maupun optimalisasi media sosial untuk pemasaran. Dalam Marketing 4.0, content marketing berperan besar dalam meningkatkan curiosity dari tahap Appeal ke Ask.

#3 Memperkuat Komitmen

Menarik dan meyakinkan pelanggan merupakan tahap penting dalam membangun loyalitas mereka terhadap merek. Artinya, ketertarikan dan keingintahuan mereka pada sebuah merek berlanjut pada komitmen pembelian produk terkait. Pada fase ini, konsumen merasa yakin pada pilihan produk atau merek sehingga mereka memutuskan untuk membeli.

Di sini, keputusan pembelian itu harus didukung dengan keterjangkauan produk tersebut. Akan bermasalah jika konsumen sudah yakin pada sebuah produk yang ia beli, begitu ia akan membelinya ternyata produknya tidak ada, habis, maupun tak terjangkau. Sebab itu, di sini pula, pengelolaan kanal penjualan dan kekuatan tenaga penjualan menjadi penting.

Integrasi kanal online dan offline menjadi fundamental. Pelanggan bisa jadi mencari produk melalui ponsel pintar mereka dan kemudian mengecek keberadaannya di toko terdekat. Pelanggan juga diberi pilihan untuk membeli mereka secara online melalui e-commerce atau di toko fisik. Kanal-kanal ini berpotensi mendongrak komitmen pelanggan untuk pembelian. Bayangkan saja, bila konsumen sudah menggebu mau membeli produk kita, tetapi di online kita tidak memiliki kanal transaksi atau kanalnya tak berfungsi semestinya.

#4 Mendongkrak Afinitas

Ini merupakan tahapan paling kritis karena di tahap ini, pelanggan bisa terdorong melakukan advokasi pada merek maupun produk kita. Biasanya, hal ini terkait dengan pengalaman pelanggan paska pembelian. Ini terkait dengan customer service maupun layanan purna jual yang disediakan oleh perusahaan.

Merek perlu membangun customer engagement dengan baik. Relasi dengan pelanggan benar-benar dijaga. Di sini, perusahaan harus memperlakukan pelanggan sebagai manusia seutuhnya yang memiliki hati, perasaan, dan pikiran. Relasi merek dan pelanggan yang dibangun haruslah sejajar sebagai sahabat – bukan lagi di bawah sebagai objek atau di atas sebagai raja yang cenderung “dijilat.” Relasi harus dilandasi kejujuran, keadilan, dan nilai-nilai baik lainnya.

Di era Marketing 4.0, pemasar perlu menyeimbangkan antara high-tech dengan high-touch. Apa artinya? Pemanfaatan teknologi (machine-to-machine) itu penting untuk membangun customer engagement lebih erat, namun harus diimbangi juga dengan sentuhan manusia (human-to-human) di semua touch point. Jadi, kalau mau membangun relasi dengan pelanggan di media sosial, jangan biarkan pelanggan merasa dilayani oleh robot. Bangunlah relasi personal percakapan dengan pelanggan. Customer engagement ini juga bisa dibangun melalui gamifikasi yang membuat pelanggan merasa dilibatkan sekaligus terhibur.

Pada intinya, matriks PAR dan BAR tadi membantu pemasar untuk mengukur produktivitas dari aktivitas pemasaran mereka. Bagaimana dengan merek Anda?
Diubah oleh Marketeers 12-04-2017 11:10
0
3.5K
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Ilmu Marketing & Research
Ilmu Marketing & ResearchKASKUS Official
6.2KThread2KAnggota
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.