Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lalalailyAvatar border
TS
lalalaily
curahan hati mahasiswa rantau
Entah sejak kapan, duniaku yang dulu terasa luas sekarang menyempit, menjadi sebuah ruangan di dalam kota dengan gemerlap yang menurut beberapa orang indah.
Menjadi mahasiswa, mencari pengalaman dan bertumbuh dengan mandiri, begitu katanya. Namun yang aku rasakan hanyalah bosan dan muak, banyak saat dimana aku merasa sendirian di saat teman-temanku pulang menemui peraduannya. Dan dia-yang-mengatakan-aku-miliknya selalu sibuk dengan dunia yang seolah memiliki garis tegas, bahwa aku tidak akan mampu memasukinya.
Menjadi aktivis, menjadi orang yang berusaha menyuarakan hak-hak orang lain. Cih! Entah mengapa aku merasa hal itu tidak ada gunanya, mereka yang tiap harinya duduk menggunakan jas bagus dan kendaraan mahal mana mau mendengarkan? Susah payah ku gerakkan massa, peluh keringat yang dikeluarkan bersama, ditutup dengan janji-janji yang, tsh. Aku berharap Tuhan tidak pernah tidur.
Kau tahu, aku pernah mencoba untuk memasuki dunia penuh gemuruh dan gemerlap yang menyilaukan mata, hanya agar aku tidak merasa kesepian. Namun aku tidak mampu bertahan lebih dari 30 menit disana. Biarlah aku dibilang kuno, anak mama. Aku takut dengan mereka, aku takut dengan aroma alkohol yang memabukkan.
MENYEBALKAN. Teman-temanku dengan mudahnya bertemu dan berkumpul keluarganya setiap akhir pekan. Cih, aku pulang dalam setahun pun bisa dihitung dengan jari. Ibuku tidak ingin aku tahu apa yang terjadi pada keluargaku, dan aku bertemu dengan ayahku setahunpun hanya sekali. Mungkin sesuatu yang pelik sedang terjadi, kiriman yang selalu terlambat contohnya. Namun tiap kali bertanya apakah aku boleh bekerja, selalu saja dimarahi. Kuliah sana yang benar!
Hidup rasanya membosankan, kemana harapan dan semangatku yang dulu? Segalanya lenyap ditelan batarakala yang menyebut dirinya “Mahasiswa”. Hidupku hanya terpaku pada kuliah, makan, tidur, dan terkadang beribadah.
Banyak kenalan yang menyebut dirinya teman, namun mereka tidak seperti yang aku harapkan. Apakah akunya saja yang telalu kuno? Mengharapkan standar pertemanan seperti orang jawa, sedangkan di kota besar ini siapa yang peduli kalau kamu jawa tulen?
Aku tidak bisa menemukan ketenangan batin, tiap aku baca kitab agamaku, rasanya hati masih gelisah. Hidup tidak menentu arah. Akupun ingin melakukan sesuatu yang aku sukai, seperti berlari dan merajuk jika masuk ke dalam tempat wahana. Namun di usia yang seperti ini bukankah memalukan? Menikah tak mau, berpacaran pun terasa menakutkan.
Kemana cita-citaku yang dulu? Angan-angan yang membuatku bersemangat tiap Senin pagi. Yang ada sekarang hanya gerutu, mengapa harus ada hari Senin dalam hidupku. Macet, udara yang panas, tugas yang menggunung walau telah aku selesaikan tepat waktu.
Mungkin ini yang dinamakan titik jenuh. Menjadi mahasiswa tak mau, menjadi pengangguran tak sudi. Aku iri dengan jurusan kuliah teman-temanku yang sebegitu mudahnya mendapatkan ipk sempurna. Sedangkan aku, untuk mencapai angka 3.5 aku harus berlutut, berguling, bahkan rela berkurang jam tidurku selama berminggu-minggu. Dan mereka dengan enaknya bicara jurusanku mudah, dengan tidurpun katanya bisa lulus. Ugh, haruskah aku mengeluh kepadanya?
Apakah mereka tidak sadar bahwa ucapannya melukaiku? Atau aku hanya terlalu sensitif jadi dihina sedikit saja aku sebegitu terlukanya. Menurutku bukan sahabat jika mereka selalu mencaci apa yang aku lakukan, seolah dirinya benar saja. Menurutku bukan sahabat jika mereka selalu menyembunyikan pertemuan mereka dengan mengatasnamakan “rumahmu jauh”. Menyembunyikan problem mereka seolah aku tidak berhak untuk tahu. Lalu mengapa tiap kau unggah fotomu selalu bertuliskan “qtime with bestfriends” padahal aku tak pernah dianggapnya ada.
Dibilang pendiam, dingin, cuek, easy going. Ah, mereka hanya tidak tahu saja betapa repotnya aku berdandan walau tampak natural. Yah, memang aku tidak terlalu tertarik jika membahas perasaan hatimu pada gebetan yang tidak pernah kau dekati itu. Ayolah, kalau kau suka katakan saja. Laki-laki mana peduli kalau kau menyukainya secara diam-diam begitu?
Oke, aku pernah terlalu berani mengatakan perasaanku pada seorang laki-laki. Walau berakhir diselingkuhi dan galau selama setahun, namun aku mendapat hikmah. Jangan terlalu peduli pada perasaan suka sesaatmu, apalagi tanpa stalking dengan benar. Katanya cinta tidak perlu latar belakang. Ah, kau akan tahu jika cintamu sudah sepenuh hati namun ternyata kamu hanya batu loncatan sesaatnya. Kau akan mengerti seperti apa sakitnya melihat mereka bahagia dan mentertawakan penderitaanmu, perasaanmu.




maaf gan, masih noobemoticon-Big Grin

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.6K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.