jamokAvatar border
TS
jamok
Tolong Beri Ide Judul
AWAL MULA

Hoaaahmm… Suara Ibu melengking di depan pintu kamarku bak sirine peringatan tsunami. Aku terbangun dengan jantung berdegup kencang. Ada apa dengan hari ini? Kenapa pagi ini berbeda? Aku terduduk lemas, mencoba untuk menormalkan kembali detak jantung yang masih kencang.

Ibu mengingatkanku bahwa hari ini adalah hari ujian masuk SMA. Ya, aku mulai ingat! Ujian masuk SMA. Setelah sekian lama libur, setelah sekian lama terbiasa dengan pagi yang malas, setelah terbiasa dengan pagi yang penuh dengan mimpi-mimpi, hari ini aku kembali kehilangan ketenangan pagi.

Yup! Ini dia masalah besar yang akan aku hadapi setiap hari. Ya, sekolah ini akan menjadi musuh besarku di hari-hari esok. Bayangkan! Shalat Shubuh yang diwajibkan oleh agamaku saja gak bikin ibu sebegitu antusiasnya membangunkanku, tapi ujian masuk SMA ini telah membuat pagiku kuawali dengan kepanikan seperti ini.

Suara Ibu masih kudengar sayup-sayup. Beliau terus berbicara kepadaku yang terduduk lemas di depan TV tabung produksi Tahun 1988 yang dibeli Almarhum Ayahku dulu. Mataku masih berkunang-kunang, otakku masih padam layaknya layar TV ini. Kesadaranku belum sepenuhnya pulih dari keterkejutanku pagi ini.

Ibu masih saja berteriak di dapur, berpacu dengan suara wajan di atas kompor. Nasi goreng sedang diolah ibu, sementara Beliau masih saja terus menjerit kepadaku untuk segera mandi dan bersiap-siap menuju ujian masuk SMA ini. Oke, aku mencoba untuk berbakti kepada orang tua, kuambil handukku dan lenyap ke dalam kamar mandi.

Adegan di kamar mandi tidak bisa kuceritakan dalam tulisan ini karena mengandung pornografi, aku takut nanti terjerat Undang-Undang Pornografi.

Kita skip aja.

Kini aku telah berpakaian rapi sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh SMA tempat aku mendaftar, dan yang paling penting sesuai dengan standar yang dipersyaratkan Ibu. Nasi goreng telah terhidang di meja. Sarapan hari ini kulewatkan dengan ditemani wejangan-wejangan dari Ibu. “Nanti sebelum menjawab soal jangan lupa berdoa, soalnya dibaca yang jelas supaya gak salah paham, dan seterusnya…”. Kenikmatan nasi goreng ini membuatku tak fokus dengan ucapan-ucapan Ibuku.

Oke, aku telah siap untuk berangkat. Dengan berjalan kaki, aku menuju halte di pinggir jalan besar sambil mengingat kembali wejangan-wejangan dari Ibu tadi di rumah. Lama aku mengingatnya, tapi yang kuingat hanya kalimat “mau jawab apa kamu nanti? Kemarin-kemarin gak pernah belajar. Nanti kalau kamu gak lulus di sekolah itu gimana?” Terus, apa lagi ya? Ah… Aku tak ingat!

Oh iya! Tadi Ibu juga nyuruh supaya gak lupa berdoa sebelum menjawab soal. Berdoa? Malu ah, Shubuh yang jadi kewajiban aja tadi gak kulaksanakan, sekarang disuruh berdoa, mau ditaruh dimana mukaku di depan Tuhan?

Yup! Halte, angkot udah stand by seolah-olah memang menunggu kehadiranku, baru saja kudaratkan pantatku di bangku angkot yang kulitnya telah robek ini, sang angkot langsung melaju dengan pasti. Penghuni angkot ini didominasi oleh remaja-remaja seusiaku yang memiliki tujuan sama denganku. Ya, SMA Negeri 1, SMA favorit di daerahku. Untuk mendaftar ikut ujiannya aja punya standar nilai UN SMP. Jadi yang ikut ujian seleksi masuk SMA ini memang anak-anak yang memiliki nilai UN tinggi, termasuk aku. Aku selalu bersyukur kepada Tuhan karena telah dikaruniai mata yang sehat, sehingga sewaktu UN lalu, samar-samar aku bisa melihat jawaban Rina yang duduk di sebelahku walaupun jaraknya lumayan jauh. Alhasil, nilai UN ku tinggi.

Di tengah perjalanan,aku baru ingat kalau aku tidak memiliki uang sepeserpun di dalam kantung. Aku teringat nasehat Ibu agar tetap berpikir tenang dalam menghadapi soal. Yup, Ibu memang selalu hebat dalam menasehati. Aku mencoba untuk berpikir tenang. Bagaimana cara aku membayar ongkos angkot ini?

Angkot telah berhenti. Kernet telah mengambil kuda-kuda di depan pintu, mengutip ongkos dari siswa-siswa yang turun. Aku duduk paling ujung, maka aku keluar paling akhir. Tenang!

Aku keluar dengan tenang, “Makasih Bang Ya?” Ucapku.

“Iya, sama-sama… Enak aja makasih-makasih doing! Ongkosnya mana!” Teriak si Kernet.

“Lho? Pake ongkos Bang?” jawabku

“Ya iyalah! Kamu kira Kami pekerja Sosial! Mana! Ongkos!” Bentaknya sambil mengelus-elus jempol dengan telunjuknya.

“Yaa… bang, kalo tau bayar saya gak naek angkot Abang tadi. Tadi saya memang mau jalan kaki rencananya kemari. Tapi Abang tadi manggil saya, “ayo dek, 1 orang lagi, masuk”, gitu kan tadi kata Abang, Saya kira angkot ini memang udah dicharter sama sekolah ini buat ngantar anak-anak yang mau ujian di sini. Saya gak ada duit Bang. Abang periksa aja ni kantong saya kalo gak percaya.” Jawabku sambil mengeluarkan kain dalam kantong celanaku.

“Oi, Jon! Ayo! Jalan!” Teriak Supir Angkot ke kernetnya.

“Bentar Bos!” Jawabnya.

Abang kernet merogoh kantongku bagian belakang, dia gak menemukan duit sepeserpun.

“Ya udah! Pergi sana Lu!” Bentaknya sambil nampar pipiku.

Ctas! Uh! Sialan! Dikiranya gak pedis apa ditampar gitu! Dasar orang gak berpendidikan, seenaknya aja nampar anak sekolah kayak aku ini. Memang pipi ini gak seberapa sakit, tapi hati ini yang sakit. Hati ini pedih menahan malu karena ditampar di tempat umum seperti ini, dilihatin orang banyak. Kuingat-ingat lagi nasehat Ibuku supaya percaya diri dalam menghadapi soal. Oke, persetan dengan malu, yang penting ongkosku gratis. PD aja lagi, kayak kata Ibu.

Ini dia, sekolah ini, sekolah impian remaja di daerahku. Aku berdiri mematung menyaksikan kemegahan gedung sekolah ini dari depan gerbangnya. Yang Aku heran, kenapa anak-anak ini berebut masuk sekolah? Sekolah ini penjara. Kalo saja bukan karena perintah Ibu, aku gak bakal daftar di sekolah sehebat ini, prediksiku makin hebat sekolahnya maka maka ketat juga penjara ini bagiku. Tapi sudahlah, jalanin aja dulu, toh otakku pun gak pinter-pinter amat, palingan juga gak lulus, trus aku masuk ke SMA biasa yang gak pake tes-tes segala.

BERSAMBUNG...
Diubah oleh jamok 13-03-2017 19:07
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
827
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.