Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wijayantisahidAvatar border
TS
wijayantisahid
Kutunggu Kau dalam Sepertiga Malamku
Aku masih disini, masih berdiri ditempat yang sama dan masih merasakan udara yang sama. Namun, yang kurasakan tak lagi sama. Kesunyian yang bernama tanpamu. Tidak dapat dipungkiri dan aku tidak dapat menyangkal diri bahwa selama rentan waktu tanpamu aku  merasakan ada sesuatu yang hilang dan aku tidak sempat menyadarinya. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lugumu dan semua hal yang membuat hatiku hangat karenamu.

            Seketika tempat itu memaksaku membantai kenangan yang telah lama kusimpan rapat dalam bilik bilik hati yang tak seorangpun kubiarkan untuk mengetahuinya. Namun lama kelamaan kenangan itu seakan meronta mendesak meminta dikeluarkan lewat ledakan kecil oleh cerita ringan. Ah rasanyapun kutak sanggup untuk membaginya pada orang lain. Sedikit naif tapi benar adanya.

                        Kunikmati setiap detik yang berlalu bersama indahnya irama detak jantung dan langkah kaki ringan yang membawaku menyusuri setiap sudut lapangan ini. Kurasakan awan telah melewati matahari tepat diatasku. Disini, tepat diarena ini dulu kau ayunkan setiap pijak telapak kakimu hampir setiap hari beranjak sore. Diselatan sana, masih berdiri kokoh sepasang tiang baja yang dulu kerap kau gunakan mengangkat tubuhmu. Dan tepat disamping kananku, diselasar ini dulu kau letakkan kaki tanganmu dan kau dapati gerakan push up itu sebanyak limapuluh kali dalam singkat waktu enampuluh detik saja. Kulihat peluh itu menetes lantas ku ulurkan sekotak penuh tissu dan sebotol air minum.  Hatiku selalu hangat dan otomatis senyumku mengembang bila mengingat hari itu, hari dimana aku menemani rutinitas soremu.

            Buliran bening ini terus memaksa keluar dari kedua buah kelopak mataku. Jatuh, membasahi pipi yang dulu kerap kali kau usap mendekati hari itu. Hari dimana segalanya akan dipertaruhkan, termasuk usaha mu. Aku suka caramu meyakinkan aku. Sayup sayup aku coba mengingatnya. Mengingat setiap untaian kata yang keluar dari mulutmu.

“  Abang harap kamu menghargai keputusan abang untuk mendharma bhaktikan diri menjadi seorang abdi negara. Ini saatnya abang menjemput kenyataan dan kamu harus memahaminya, Sayang ”

Aku hanya bisa menahan tangis dan terus mencoba mengembangkan senyum lebar seakan aku mengikhalaskannya untuk pergi ditempa dalam kurun waktu empat tahun lamanya. Tak banyak pesan yang aku haturkan

 

“ Saya harap abang tidak mengecewakan siapapun. Bila sudah menjadi keinginan abang saya ikhlas bang. Jaga diri abang baik baik. Ingat kewajiban lima waktunya bang jangan sampai ditinggalkan ya. Saya akan selalu menunggu abang. ”

            “ Pasti. Abang tidak akan mengecewakan siapapun. Jangan lelah menunggu abang. Abang akan segera kembali. Bila jauhpun akan selalu terasa dekat. Kita akan selalu berpeluk dalam doa. Abang akan menjemput dalam sepertiga malammu sayang, semoga Allah meridhoi. ”

            Kembali tersadar dan kususuri setapak kecil menuju suatu mushala yang terletak tak jauh dari lapangan. Dulu kamu mengimamiku sholat ashar disini. Rindu rasanya ingin selalu aku menjadi makmummu. Tapi apalah daya bila harus terpisahkan oleh tembok lemdik dan waktu yang tidak dapat dikatakan singkat. Memoriku kembali mengurai tiap tiap babak perjuanganmu dan kau sisihkan ratusan bahkan ribuan lelaki muda gagah perkasa sampai pada akhirnya kau dinyatakan lolos dan siap menjalani tempaan empat tahun lamanya.

            Masih kuingat begitu keruh dan sulit untuk mencari titik dimana aku harus memulai menceritakan ini. Haru rasanya melihatmu berhasil lolos dan sebentar lagi kau akan mempersiapkan diri menjadi apa yang sudahkau impikan sebagai seorang abdi negara. Kau pantas meraihnya, meraih chevron dan seragambiru serta kelak kedudukan sebagai seorang pemimpin yang menjanjikan. Seketika itu juga kurasakan sesak dalam dada dan akupun menyadarinya bahwa sesegera mungkin kita akan dipisahkan oleh pagar yang menancap jauh kedalam bumi dan menjulang tinggi.

            Aku telah hilang rasa. Kini tiba waktunya kuhantarkanmu bersama dua malaikatmu tepat menuju gerbang sapta marga. Mereka, malaikatmu tersenyum bangga melihat apa yang berhasil kau raih semata mereka telah berhasil merawat apa yang dititipkan oleh Yang Maha Kuasa. Perih bagiku, namun semua ini sudah menjadi impianmu sejak dulu dan aku hanya dapat mendukung, mendoakan sembari menunggu dan terus menunggu atas kepulanganmu. Dan perjuangan yang sebenarnya baru saja akan dimulai.

            Gerbang kokoh dibawah sejuknya Gunung Tidar itu menyambut lalu merengkuhmu, membawamu menyatu bersamanya. Kau akan ditempa dalam kurun waktu yang lama dan dapat dipastikan duniamu akan berubah derastis serta otakmu pastilah akan dicuci bersih menanggalkan status warga sipil. Tak ada kekhawatiran  atas susah payahku selama ini akan sia sia sebab suatu hasil tidak akan pernah mengkhianati prosesnya. Toh selama ini aku selalu bersedia menjadi penyemangat lain setelah kedua malaikatmu dan akupun telah bersedia menunggumu.

 

 

 

 

                        Aku akan selalu berusaha bangun dalam sepertiga malamku untuk menemuimu dan melepas segala kerinduan sembari memelukmu dalam setiap bait doaku serta berharap sesegeranya atas kepulanganmu. Kubasuh setiap bagian tubuh dan kugelar sajadah kukenakan mukenah, aku bersujud bersimpuh mengagungkan asma Allah. Kuteruskan bershalawat dan berdzikir serta tak lupa aku mendoakan kelancaran pendidikanmu. Semoga kelak engkau dijadikannya seorang pemimpin yang amanah, soleh, serta bijaksana.

Mau tak mau siang berganti malam dan aku beranjak meninggalkan lapangan ini menuju kota kecilku yang berjarak kurang lebih duaratus kilo meter dari sini. Aku tau aku harus segera pulang untuk mempersiapkan kelanjutan studiku esok hari. Sembari menunggu kepulanganmu, dapat dipastikan aku akan sangat sibuk dengan ilmu kandungan dan belajar menjadi seorang bidan yang mampu mendharma bhaktikan diriku kepada masyarakat luas

 

 

Penulis : Sri Wijayanti Sahid
kulon progo, jogjakarta, indonesia
0
3.2K
0
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Yogyakarta
YogyakartaKASKUS Official
3.5KThread1.9KAnggota
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.