bekasipomadeAvatar border
TS
bekasipomade
Puncak Salak 2 via Pura, pendakian yang amat sangat biasa-biasa saja
Start Menuju Basecamp

Tanggal 3 Januari malam hari, saya mengendarai motor dari rumah menuju Bogor dengan restu orangtua, tepat jam 12 malam saya sampai di Botani Square tempat bertemu teman pendakian lainnya. Lalu perjalanan dilanjutkan langsung menuju rumah Pak Surya, rencananya kami akan bermalam disana. Rumah Pak Surya juga dijadikan tempat perizinan pendakian Gunung Salak puncak 2 jalur Pura. (basecamp)

Kami bersembilan akhirnya sampai di rumah Pak Surya sekitar jam 1 pagi, dari Botani Square/Stasiun Bogor perjalanan sekitar 30 menit menuju rumah Pak Surya, kalau naik GrabCar (Taxi online) biayanya sekitar 35rb rupiah. Kira-kira saja seberapa dekat dari stasiun Bogor.

Persiapan

Tanggal 4 Januari kami bersembilan berangkat sekitar jam 10.30 pagi, diantara peserta ada terdapat 2 wanita, Ayu dan Keke. Keduanya telah berpengalaman mendaki gunung 7 summit Indonesia. Perjalanan kami ke gerbang pendakian memotong melalui perkebunan warga, sekitar 1 jam berjalan kami baru sampai di pos jaga.(bangunan terakhir).

Spoiler for jalurpotong:

Spoiler for raincover deuter 2017:


Dinamakan jalur Pura, karena terdapat Pura yang besar sewaktu kami menuju ke pos pendakian. Saran saya, yang membawa kendaraan sendiri, dari rumah Pak Surya parkir saja di daerah lokasi Pura, dari Pura ke rumah Pak Surya sekitar 50 menit berjalan. Lumayan menyiksa kaki sewaktu pulangnya dan juga lumayan menghabiskan tenaga sewaktu berangkat.

Setelah melewati pos jaga, kami dihadapkan jalan yang menanjak berupa batu-batuan yang tersusun. Hujan yang lumayan deras membasahi kami tidak menghentikan langkah kami untuk tetap semangat 45 keatas.

Spoiler for PENDEKAR:


Sekitar 30 menit berjalan kami menemukan sebuah petilasan, didalamnya terdapat sebuah kuburan yang sudah dikeramik layaknya bangunan permanen dan juga terdapat selembar karpet. Tepat didepan petilasan ada sumber air yang mengalir, saya sempatkan untuk mencoba airnya. Sangat segar sekali. Ini mata air terakhir jalur Pura.
Dari petilasan baru kami mulai masuk hutan, hujan yang tadinya deras juga sudah reda. Tidak banyak yang bisa dilihat di hutan salak, selain tumbuhan berduri, pohon yang rubuh, ranting-ranting dan tanah yang becek. Hutan yang rapat dan jarang dilalui orang ini bagi saya ini suasanya yang indah. Kesunyian hutan membuat kami asyik dengan pikiran masing-masing.

Spoiler for petilasan:

Spoiler for setelah petillasan:


===

2 jam pertama kami melewati hutan. Kami bersembilan diserang oleh pacet. Pacet ini kecil mungkin seperti lintah, pacet ini dapat melompat dari tanah sampai ke kaki ataupun ke betis orang dewasa. Rombongan depan ataupun rombongan belakang gak luput dari korban sasaran sang pacet. Trek yang kami lalui sudah lumayan keatas, jalurnya lumayan jelas tapi sedikit tertutup. Rombongan kami tetap bersatu tidak terpecah terbagi menjadi beberapa kelompok, karena ritme pendakian kami termasuk pendakian santai. Saya dan Stev memimpin pendakian didepan, pendaki yang di depan bertugas untuk mebuka jalan dan melihat tanda pita merah-putih yang di pasang oleh pendaki sebelumnya untuk petunjuk jalur pendakian. Pukul 13.00 kami berhenti untuk makan siang, membuka bekal nasi uduk dan gorengan yang kami beli di warung dekat rumah Pak Surya. 30 menit istirahat. Pukul 13.30 kami semua melanjutkan pendakian.

Spoiler for pacet:

Spoiler for tempat makan siang:

Spoiler for flora:

Spoiler for flora1:


Jam 15.30 kami berhenti lagi untuk sholat dan minum teh, hawa sehabis hujan cocok untuk meluluhkan hati kami untuk merasa hangatnya teh. kami duduk di tanah yang sedikit datar, menurut perkiraan saya ini kemungkinan pos 1. Hanya cukup mendirikan untuk 1 tenda saja. Bang Riki kebetulan membawa teh wangi dari Malang, selesainya kami ngeteh dean sholat baru kami lanjut mendaki menuju keatas.

Spoiler for pos1:

Spoiler for kuy:


Pendakian dari pos 1 semakin berat, hujan gak segan-segan mebasahi kami lagi, suhu udara juga semakin dingin jika kami tidak terus bergerak. Di sini kami harus melewati beberapa bukit dan melewati beberapa pinggiran jurang dan tanah longsor. Kadang otot paha saya agak terasa sedikit sakit, ketika sehabis istirahat dipastikan ngilu langsung terasa. Tapi rasa sakit hanya barang sebentar, langsung pulih lagi.

Spoiler for jungle:

Spoiler for jungle1:


Setelah kami melewati punggungan gunung dan langsung diterpa angin yang sangat kencang saat dipinggiran gunung,tiba-tiba trek langsung menurun kebawah, gak berapa jauh kami menemukan sebuah goa kecil, mungkin goa kecil ini saya perkiraan hanya muat untuk 1-2 orang saja. Kontur tanah di depan goa juga tidak rata, tidak cocok untuk mendirikan tenda. dikarenakan waktu sudah mau gelap kami langsung melanjutkan pendakian.

Spoiler for goa:


Pukul 16.30 kami bertemu dengan jalur terjal pertama, terdiri dari batu-batuan dan webbing yang terikat di pohon. Mungkin perkiraan saya jalurnya mempunyai kemiringan 70 derajat. Jalur terjalnya masih terdapat bekas-bekas tumpuan untuk pijakan kaki. Untuk para pria mungkin tidak masalah untuk melewati jalur ini, tapi para wanita naik dengan separuh digeret oleh Ricky dan Aldo menggunakan webbing yang kami bawa dari bawah.

“Gunung ini lumayan berat jalurnya” begitu komentar Pak Surya sebelum kita mendaki. Ya saya juga sudah paham sekali karakteristik gunung salak. Sudah sangat sering saya mendaki puncak salak 1 melalui jalur cidahu,cimelati,pasir reungit. Terhitung sudah x kali saya mendaki salak puncak 1. Jalur Pura salak 2 saya rasa sangat amat mirip dengan jalur cidahu, dari melewati punggungan, karakteristik hutannya, karakteristik jalurnya dan panjang jalurnya. Mungkin kalau pasangan pendaki gunung sejatipun tidak akan memilih honeymoon ke gunung ini.

Makin naik keatas,jalur terjal terus kami temui. Kira-kira ada 4 jalur terjal dengan kemiringan 70-85 derajat. Alhamdulillah jalur terjal tersebut masing-masing sudah terpasang webbing. 4 jalur terjal sudah berhasil kami lewati sebelum gelap tiba. Makin gelap tiba,saya ingat rombongan terpecah dua. Saya, Iyan dan Stev berada di depan. Karena saya yang mebawa tenda kapasitas 4 orang, sebisa mungkin saya akan sampai ke tempat datar duluan untuk mendirikan tenda.

Spoiler for terjal:


Hari gelap akhirnya tiba, matapun menjadi tidak awas kalau tidak memakai pencahayaan. Saya bertiga dibarisan terdepan, tidak ada satupun yang membawa senter maupun headlamp karena miskomunikasi. Baru saya sarankan Stev untuk menghidupkan senter di handphonenya untuk menerangi jalur gelap yang akan kami lalui. Posisi saya paling depan, Stev kedua dan Iyan di belakang. Hari makin dingin, gigi bergetar dan beradu ditambah kaos dan celana basah yang saya kenakan beratbarakan dengan angin malam yang sangat dingin. Perut kami pun daritadi yang sudah keroncongan semakin keroncongan saja.”gue laper banget nih bang” kata Stev sambil meringis. “bukan lo aja yang laper, gue lebih laper dari lo Step!” sambut saya. “gue ada puding nih bang,kita makan aja yuk” kata Stev. sambil ngeluarin puding ukuran ½ liter dari daypack 30 liternya yang super kecil. Iya! Si Stev bawa daypack doangan!!. Akhirnya saya mengeluarkan gelas dan sendok dari carrier, akhirnya kami bertiga menghabiskan semua puding. lumayan untuk mengganjal perut kami yang sudah keroncongan.

Perjalanan malam hari sedikit sulit walaupun tidak ada jalur terjal. Perjalanan mulai sedikit lebih berat karena harus melewati pohon-pohon tumbang. Lebih-lebih untuk saya yang membawa carrier yang agak besar. Sering tersangkut-sangkut. Kalau ada pohon tumbang bercelah saya sampai merangkak-rangkak di lumpur, agar carrier bisa masuk di sela pohon. Akhirnya pukul 19.00 kami bertiga sampai duluan di puncak bayangan, berupa tanah datar yang hanya cukup untuk membangun 2 tenda saja. Beruntung hanya rombongan kami yang muncak saat itu.

Setelah tenda yang saya bawa sudah berdiri barulah anggota rombongan lain datang. Karena lahan untuk mendirikan tenda kurang akhirnya kami putuskan untuk mendirikan 1 tenda lagi. Tenda yang Apuy bawa tidak jadi di buka, jadi tenda saya dan Ayu saja yang dibuka karena sempitnya lahan camp. Tenda saya dipadatkan menjadi isi 5 orang (Saya,Apuy,Riki,Stev,Iyan) dan tenda Ayu dipadatkan menjadi isi 3 orang (Aldo,Keke,Ayu). Setelah tenda Ayu terpasang dan flysheet tambahan juga sudah terpasang barulah edisi masak-memasak makan malam dimulai. Kami memasak Nasi liwet, tempe goreng, sayur bayam dan bombay tepung. Setelah makan malam selesai barulah kami tidur.

Perjalanan menuju puncak salak 2

Pukul jam 08.00 pagi hari minggu, kami semua sudah bangun. Waktu leyeh-leyeh sekitar 30 menit sembari memasak teh malang. Kemudian perjalanan kepuncak dimulai tanpa sarapan pagi. Tenda, carrier dan peralatan lainnya kami tinggalkan di puncak bayangan. Diluar dugaan ternyata dalam waktu 12 menit rombongan depan sudah teriak-teriak. “woi, puncak woi” saya lupa siapa yang berteriak waktu itu. Karena saya waktu itu berada di posisi paling belakang sambil memegang botol air penuh 1.5L.
Alhamdulillah akhirnya kami semua sampai di puncak salak tanpa kurang satu anggotapun, kondisi puncak sangat amat biasa. Tanah datar yang amat becek, perkiraan saya tidak lebih dari 3 tenda yang bisa dibuka disini. Terlihat plang tua lumayan besar tergantung di pohon bertuliskan “PUNCAK SALAK 2, 2180 MDPL #penikmatHutanRimbaGunungSalak”. Bagi saya tidak ada yang istimewa dengan puncaknya, hanya tanah datar dan rimbunan semak dan pohon-pohon. Bagi saya tujuan naik gunung itu bukan puncak,tujuan sebenarnya itu adalah perjalanan dan prosesnya. Saya lebih menghargai proses untuk menuju kesuatu puncak. Ada quote “kadang lebih seru mempersiapkan suatu acara,daripada acara intinya sendiri”. kalau saya naik gunung saat sampai rumah yang saya ingat itu lebih banyak ke jalur trek, teman pendakian, cerita pendakian,proses pendakian, saat tidur di tenda, kehangatan di tenda. Setelah kami semua selesai foto-foto kami kembali turun ke puncak bayangan untuk mempersiapkan perjalanan turun.

Spoiler for puncak:

Spoiler for plang:

Spoiler for pos bayangan:


Sekitar pukul 10.00 pagi kami sudah kembali lagi ke pos bayangan tempat kami camp, saya sengaja menghitung waktu turun yang dihabiskan dari puncak ke pos bayangan sekitar 6 menit. Alhamdulillah sinar matahari menyinari dengan hangat, kesempatan itu tidak kami sia-siakan untuk menjemur peralatan kami yang basah di pendakian kemarin. Mulai dari carrier, sepatu, kaos, celana, hingga kancut tak luput dari jemur menjemur. Sembari saya menjemur, Riki, Apuy dan Ayu menjalankan tugasnya sebagai koki yang ditunjuk ketua kelompok yaitu Iyan, melakukan tugasnya untuk memasak. Siang ini yang kami masak tetap nasi liwet royko, cumi cabe asin royko, telor dadar royko pegunungan, sambel ulek botol royko dan sayur kuahan mecin royko. Disaat koki mengerjakan tugasnya saya, stevanus dan Hari bertugas menjaga jemuran agak tidak hilang diluar tenda. Tugas saya memang berat.

Spoiler for jagain jemuran:

Spoiler for menu makan:


Dari bawah kami masing-masing membawa 2 botol air besar 1,5L. Total kami bersembilan, jadi air yang kami bawa sekitar 18 botol. Saat kami turun sekitar 4 botol masih penuh. Jadi hitungan kasarnya perorang membawa 3 liter air mungkin lebih dari cukup.

Perjalanan Turun

Setelah kami beres makan dan selesai packing, kami mulai melakukan perjalanan turun tepat pukul 12.40 siang. Suasana pendakian sangat ideal. Kenyang, segar dan ceria. Rombongan tidak kami pecah, 2 wanita kami letakkan ditengah, diperjalanan turun saya sengaja berada di rombongan belakang bersama Hari dan Apuy.

Perjalanan turun cukup baik, sampai kami menemukan jalur terjal yang 70-85 derajat. Ternyata bagi wanita menuruni jalur terjal lebih sulit daripada saat mendakinya. Waktu yang kami habiskan untuk mengantri menuruni jalur terjal sangat lama, bayangkan satu orang pria bisa menghabiskan waktu sekitar 2-3 menit untuk 1 jalur, dan wanita sekitar 5-7 menit. Rombongan depan baru jalan setelah orang terakhir berhasil melewati jalur terjal. Kurang efektif untuk memanajemen waktunya. Ada insiden Riki jatuh dari ketinggian kira-kira 2 meter di jalur terjal karena sok-sokan menunjukkan kehebatannya dalam mendaki kepada Keke. Kasihan Keke saat itu sempat menangis ketakutan saat menuruni jalur terjal.

Spoiler for mohon bersabar:

Spoiler for ini ujian:

Spoiler for iniperjuangan:


Alhamdulillah kami sampai Pura bawah sekitar jam 18.20, untuk melanjutkan kerumah pak Surya untuk berjalan kaki bisa menghabiskan waktu sekitar 40 menit. Karena tenaga kami sudah terlanjur terkuras,ditambah kaki kuku saya ada yang pecah menyebabkan saya sampai pura paling akhir. Kami berdiskusi untuk mencarter angkot untuk ke rumah pak Surya. Setelah sampai dirumah Pak Surya tiba saatnya saya berpisah dengan teman-teman perjalanan. Saya,Stev,Hari,Iyan turun di rumah Pak Surya dan sisanya yang lain langsung melanjutkan ke stasiun menggunakan angkot carteran untuk mengejar kereta ke Jakarta.



“tidak ada alasan untuk mempunyai plan B, karena bisa merusak plan A” – unknown

Pengeluaran saya (pribadi)
1. Bensin motor pp (bekasi-bogor) 25k
2. Patungan logistik, gas, dll 25k
3. Uang masuk ke Pak Surya 10k
4. Nasi uduk (sarapan) + bekal makan 10k
5. Beli aqua 1.5L x 2 10k
6. Makan nasi padang sebelum pulang 15k
Total = 95k
Diubah oleh bekasipomade 09-02-2017 17:57
1
15.4K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANCKASKUS Official
1.9KThread1.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.