Pembunuhan Berantai Hwaseong (dikenal di Korea sebagai hwaseong yeonswae sarin sageon) merupakan kasus pembunuhan berantai yang belum terpecahkan hingga sekarang. Pembunuhan Berantai Hwaseong ini terjadi di kota Hwaseong, provinsi Gyeonggi, Korea Selatan pada 15 September 1986 hingga 3 April 1991.

Selama periode waktu tersebut ditemukan 10 korban yang semuanya adalah wanita. Setiap korban wanita ditemukan terbunuh dan terikat, tercekik dan disumpal mulutnya. Korban yang ditemukan umurnya mulai dari empat belas tahun hingga tujuh puluh satu tahun.

Berdasarkan bukti dan analisis, ditemukan bahwa pelaku yang hingga sekarang belum ditemukan, adalah seorang laki-laki remaja (pada saat itu), dengan berat sekitar 75 – 78 kg, dan memiliki tipe darah B.

Di Korea, undang-undang pembatasan kasus untuk pembunuhan berlaku hingga lima belas tahun. Sehingga pada tanggal 2 April 2006 kasus pembunuhan Berantai Hwaseong ini telah kedaluwarsa.

Terdapat dua drama Korea yang berdasarkan kasus Pembunuhan Berantai Hwaseong, yaitu adalah Gap-Dong dan Signal.

Kengerian di Sekolah Inhwa dimulai pada tahun 2000, dan pada bulan Juni 2005 hal ini terungkap setelah salah satu anggota fakultas merasa muak harus berhubungan dengan pusat konseling untuk kekerasan seksual terhadap para penyandang cacat di Gwangju. Salah satu anggota fakultas ini kemudian melaporkan kepada polisi, Polisi dan Jaksa lalu melakukan penyelidikan.

Melalui penyelidikan yang dilakukan, administrasi kepala sekolah, yang bernama Kim, 62, dituduh pada bulan November 2005 merudapaksa atau melecehkan secara seksual enam siswa tuna rungu berusia antara 7 dan 20 tahun.

Seorang guru bermarga Lee, 40, ditangkap pada waktu yang sama dengan tuduhan serupa. Kim akhirnya dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman satu tahun penjara. Sedangkan Lee mendapat hukuman penjara dua tahun.

Pada bulan Juni 2008, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korea menyebut empat staf lebih ke polisi atas tuduhan serupa, termasuk kepala sekolah, yang juga bernama Kim, dan seorang guru bermarga Park, 63. Pada sidang pertama, Kim dijatuhi hukuman lima tahun penjara tetapi setelah sidang kedua dilepas dengan masa percobaan. (Dia meninggal karena kanker pankreas pada Juli 2009.) Park juga diberikan masa percobaan dalam persidangan kedua.

Mereka diberi masa percobaan karena mereka tidak punya keyakinan sebelumnya dan karena mereka mencapai kesepakatan keuangan dengan orang tua korban untuk mencabut tuduhan.

Seorang staf di departemen administrasi bermarga Kim, 45, dan seorang guru bermarga Jeon, 45, tidak ditahan karena tujuh tahun undang-undang pembatasan telah berakhir. Jeon kembali untuk mengajar di sekolah pada Januari 2008.

Beberapa orang tua menerima uang penyelesaian dari terdakwa karena mereka dalam kesulitan keuangan.

Berdasarkan cerita tersebut, Sebuah film berjudul “Dogani”, atau “The Crucible” dalam bahasa Inggris, telah mengejutkan pemirsa dengan penggambaran pelecehan seksual terhadap siswa penyandang cacat - dan bagaimana para guru pelaku kekerasan tersebut dapat lolos selama ini dengan masalah tersebut.


Film ini telah memfokuskan perhatian publik pada kasus nyata. Enam pejabat sekolah dan guru yang dituduh melakukan pelecehan seksual menerima hukuman pukulan pada pergelangan tangan: dua lainnya dimasukkan dalam penjara dengan masa percobaan selama satu dan dua tahun penjara, dan dua sisanya tidak dihukum sama sekali karena undang-undang pembatasan telah berlaku .

Bahkan, sekolah itu sampai hari ini masih beroperasi. Seorang guru yang lolos dari hukuman, yang bermarga Jeon, 45, diangkat kembali pada Januari 2008.

Setelah film tersebut ditayangkan, banyak Masyarakat yang menyerukan agar sekolah ditutup dan undang-undang pembatasan untuk kejahatan seks dihapus.

Miryang Gang Rape, atau Kasus Pemerkosaan di Miryang merupakan kasus Kriminal yang terjadi di Miryang, Korea Selatan pada tahun 2004. Sekitar 41 siswa SMA laki-laki memerkosa beberapa gadis SMP dan SMA selama 11 bulan. Kasus ini memicu kontroversi lebih karena perlakuan polisi dari korban yang semena-mena dan penanganan lunak terhadap pelaku pemerkosaan.

Juni 2003, Choi (14 tahun pada waktu itu) mulai mengobrol dengan Park (17 tahun) di internet. Setelah sering kontak, Park meminta untuk bertemu dengannya pada Januari 2004 dan memanggilnya keluar untuk menemuinya di Milyang. Park memvideo seluruh pemerkosaan pada camcorder dan ponselnya dan mengancam Choi menyebar di internet jika dia tidak mendengarkan mereka.

Menurut polisi, Choi dirudapaksa oleh tiga hingga 24 siswa SMA, dan sekitar 41 laki-laki berhubungan dengannya selama 11 bulan.

Kelompok ini kemudian memaksa Choi memanggil adiknya (berusia 12 tahun) dan sepupunya yang lebih tua (berusia 15 tahun) untuk Milyang untuk mencuri uang mereka dan merudapaksa mereka juga.

Choi tidak mempunyai seseorang untuk dimintai bantuan. Orangtuanya telah bercerai dan dia tinggal dengan ayahnya yang merupakan seorang pecandu alkohol dan biasa memukulinya. Choi akhirnya berbalik untuk bunuh diri untuk mengakhiri penderitaannya. Dia mulai menderita depresi berat dan ketidakstabilan mental dan terus beberapa upaya bunuh diri. bibi Choi akhirnya menangkap sesuatu yang sangat salah dan membujuknya untuk terbuka padanya tentang segala sesuatu. Setelah menemukan kebenaran, dia mengatakan kepada ibu Choi dan ibunya melaporkan segala sesuatu ke polisi.

Sayangnya, lebih banyak masalah muncul setelah penyelidikan dimulai. Meskipun Ibu-Choi meminta identitas putrinya untuk dilindungi, polisi mengabaikan permintaan dan merilis informasi lengkap tentang identitas Choi kepada media. Ibu Choi juga telah meminta bahwa Choi diselidiki oleh polisi wanita tapi polisi tidak sesuai. Choi harus menceritakan semua penyiksaan memalukan yang dideritanya ke polisi laki-laki.

Selanjutnya, polisi laki-laki menyelidiki Choi mengatakan padanya:
“Apakah Anda yakin tidak merayu mereka terlebih dahulu?”
“Anda sadar bahwa Anda hancur Milyang, kan?”

Dari 44 siswa yang terlibat:
10 Didakwa (7 dipenjara, 3 tanpa penahanan)
20 dipindahkan ke ruang tahanan anak
14 yang melepaskan penyelesaian

Semua orang yang terlibat pergi tanpa adanya catatan kriminal. Hingga hari ini, mereka mungkin sekolah di perguruan tinggi atau menjalani kehidupan normal dalam masyarakat.

Berdasarkan kasus ini, dibuatlah sebuah film yang berjudul Hang Gong-jupada tahun 2013 lalu. Film Ini menceritakan tentang seorang gadis remaja bernama Han Gong yang ditemani oleh gurunya untuk mencari sekolah baru. Di sekolah barunya Gong Ju berusaha beradaptasi dengan baik dengan teman-teman barunya, tidak disangka Gong Ju adalah seorang korban pelecehan seksual bersama sahabat perempuannya yang akhirnya meninggal bunuh diri karena tidak kuat menahan beban



Gong Ju terus bersikap wajar dan datar sampai akhirnya orang tua para pelaku yang masih bersekolah menuntut Gong Ju untuk menarik laporannya karena salah satu pelaku telah dibebaskan karena ayah Gong Ju mencoba menarik uang dari orang tua pelaku tersebut, Gong Ju yang tidak mengetahui hal tersebut kemudian dikejar-kejar oleh para orang tua pelaku di sekolah barunya yang menuntut supaya anak mereka di bebaskan.