Yogyakarta -Ada berbagai cerita di balik mafia peradilan Indonesia. Salah satunya cerita seorang penjual bakmi di Sleman, Yogyakarta. Meski hanya penjual bakmi, tetapi memiliki 'kesaktian' mempromosikan karier hakim.

"Ada penjual bakmi di Sleman yang menjadi langganannya orang Mahkamah Agung (MA). Kalau mau mutasi di MA, kontak saja penjual bakmi itu agar terhubung dengan orang MA," ujar Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho.

Hal ini disampaikan Emerson Bedah Buku "Menyingkap Mafia Peradilan di Indonesia" di Ruang Multimedia Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Jumat (9/12/2016).

Buku tersebut merupakan hasil riset yang dilakukan ICW pada tahun 2000-2001 di lima kota besar di Indonesia yakni Yogyakarta, Surabaya, Makassar dan Medan. Meski riset dilakukan sudah 15 tahun yang lalu, tapi Emerson melihat hasilnya masih relevan dengan situasi saat ini.

Termasuk di antaranya soal korupsi di luar alur peradilan misalnya mutasi, promosi, dan pengadaan barang dan jasa.

"Untuk promosi, mutasi, ada SSS yaitu Sungkem Sowan dan Sajen. Kalau tidak pakai SSS akan susah," tutur Emerson.

Sedangkan korupsi di pengadaan barang dan jasa, Emerson mencontohkan kasus simulator SIM oleh mantan Kakorlantas Polri Irjen Djoko Susilo.

"(Sedangkan) Jika bicara proses peradilan, mulai dari laporan, ada yang mengatakan bahwa lapor kambing, keluar sapi. Artinya mengeluarkan biayanya seharga sapi," imbuh Emerson.

Sumur: https://news.detik.com/berita/d-3367...385.1479976408

Mafia....mafia....fuck lah!