lanank.jagadAvatar border
TS
lanank.jagad
Ketua MPR RI: Pemimpin Harus Jaga Ucapan
Jakarta, Obsessionnews.com – Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menyatakan bahwa seorang pemimpin yang tidak bisa menjaga ucapannya seringkali menimbulkan keresahan di masyarakat.

Parahnya, keresahan itu berujung demonstrasi yang mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara.

Menurut Zulkifli, seorang pemimpin harus pandai menjaga tutur kata. Ia tidak seharusnya berkata melampaui batas, apalagi menyinggung persoalan agama yang sensitif.

”DKI kenapa ada demo? Karena ada pernyataan Ahok yang melampaui batas bahkan melecehkan agama. Jadi jangan salahkan demonya saja, pemimpinnya harus dijaga lidahnya. Kalau pemimpinnya berlebihan ya terjadi demo,” katanya kepada wartawan di Kompleks DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (31/10/2016).

Oleh karenanya ke depan ia berharap siapapun yang akan menjadi kepala daerah maupun anggota DPR harus dilatih dan ditatar mengenai Empat Pilar MPR RI.

“Agar perilaku mereka disinari cahaya ilahi, berlaku adil, dan beradab sehingga tidak sewenang-wenang,” jelasnya.

Melalui pelatihan dan penataran Empat Pilar MPR RI tersebut, Zulkifli merasa yakin jika seorang pemimpin nantinya bisa menjadi pemersatu bangsa. (Fath)

Sumber


Pemimpin dan Elite Harus Menjaga Ucapan

Rimanews - Para tokoh ormas dan partai Islam meminta para pemimpin menjaga ucapan dan etika karena dari ucapan mereka seringkali muncul “bencana."

Pernyataan itu antara lain disampaikan oleh Ketua DPP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Presiden PKS Sohibul Iman.

Berbicara kepada wartawan, sebelum memulai pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra tadi malam, Sohibul Iman mengatakan, para elite hendaknya menjaga etika.

“Kami sepakat, kami semua ingin mengambil pelajaran dari itusemua. Saya kira, para elite harus menjaga etika, fatsun politik sehingga tidak menyentuh hal-hal yang sensitif,” kata Sohibul.

Pada hari yang sama, usai bertemu Presiden Joko Widodo di kantor Presiden, Haedar juga menyatakan, pentingnya seorang pemimpin menjaga ucapannya dan merawat kata.

"Belajarlah dari pengalaman ini, tentang perlunya para pejabat publik, tentu termasuk para tokoh agama, untuk merawat kata karena dari kata itulah sering ada bencana," kata Haedar, seperti dikutip Kompas TV.
Menurut Haedar, seorang pejabat publik bukan hanya seorang pemimpin, melainkan juga seorang teladan. Penting bagi seorang pejabat publik untuk mengedepankan sikap keteladanan bagi bawahan atau warganya.
"Jadi pemimpin itu bukan hanya meraih kesuksesan tetapi juga keteladanan, dan ini bagian dari revolusi mental yang menjadi bagian nawacita Presiden," ujar Haedar.

ernyataan Haedar dan Sohibul, tak terlepas dari polemik ucapan calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang mengutip surat Al Maidah ayat 51.
Pernyataan Ahok kemudian dinilai sebagai penistaan agama dan memicu umat Islam mendesak polisi untuk memeriksa Ahok. Tapi polisi lambat merespons aspirasi tersebut, sehingga umat Islam berencana menggelar aksi 4 November mendatang.

Dalam diskusi “Membedah Kasus Ahok: Apakah Penistaan Agama?” di Jakarta kemarin, Politikus PDIP Erwin Moeslimin Singaruju menilai ucapan Ahok tentang Al Maidah tida tepat. Dia menggambarkan kondisi saat Ahok menyampaikan pidato saat kunjungan kerja di Kepulauan Seribu.

"Dia (Ahok) pakai baju dinas, bawa ayat, menyitir ayat, yang bukan kapabilitas dia, atau spontan saja? Bagi saya kurang tepat. Kesannya dia berkampanye di situ. Patut atau tidak, pantaskah, layakkah?" tanyanya.

http://m.rimanews.com/nasional/polit...Menjaga-Ucapan

Sekarang orang salah ngomong dikit aja, nyebar ke "dunia maya langsung dibully, bahkan harus berurusan dengan hukum.

0
3.1K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.9KThread40.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.