- Beranda
- The Lounge
Seram Gak Yaa......
...
![samidlan](https://s.kaskus.id/user/avatar/2010/08/26/avatar2010878_2.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
samidlan
Seram Gak Yaa......
Halo Agan dan Sista sekalian....
Tanpa ba-bi-bu, ane minta komeng dan pendapatnya mengenai kisah fiktif di bawah ini...
Langsung meluncur ke TKP
Tanpa ba-bi-bu, ane minta komeng dan pendapatnya mengenai kisah fiktif di bawah ini...
Langsung meluncur ke TKP
Spoiler for CERITA:
Hujan terus mengguyur kami, ibarat air terjun dari langit yang setiap detik siap menenggelamkan kami tanpa jejak. Aku dan Rei terus menajamkan penglihatan kami, dan menatap awas ditujukan pada daerah aliran dan bantaran sungai. Sesekali pandangan kami alihkan pada semak belukar yang mengapit sungai, dan sesekali kami bertukar pandang. Jelas sekali Rei sedang cemas, setiap detik seakan beriringan dengan tingkat kecemasan kami yang semakin memburuk. Di awal kami mencemaskan ketiga orang tersebut, kemudian kami menemukan dua orang pertama, sayang sudah terlambat. Kemudian kami mencemaskan orang ketiga, yang sudah berjam-jam tidak juga kami temukan. Ditambah hujan yang datang dan tanpa kompromi memperderas volumenya, menjadi kecemasan kami selanjutnya. Terakhir kami memperbanyak tim, empat tim menjadi enam tim, sebelumnya tiga orang per tim menjadi hanya dua, meningkatkan derajat kecemasan berkali-lipat.
Tiba-tiba kakiku serasa kaku. Aku diam tertegun. Bunyi hujan seakan tiada. Dan aliran sungai itu tenang sekali, nyaris bergemericik. Rasanya ingin membasahi sampai semata kaki ini. Tak ada salahnya kan. Perlahan tapi mantap aku melangkah, sekadar ingin membasahi kaki.
Rei memakiku, tunanganku itu meneriakiku berulang-ulang. Hingga suara hujan itu kembali berisik di telingaku. Dan tubuhku sudah basah kuyup setidaknya sejak sejam lalu. Dan tentu saja mata kakiku sudah tergenang air, yang menerobos seenaknya ke dalam sepatu botku. Entah kenapa pengalaman ganjil ini membuatku tersenyum. Rei menonjokku, dan menyeretku, secara harafiah, menuju cahaya senter terdekat, tempat kawan-kawanku berada.
Tak lama ketua tim mengumpulkan kami. Jujur saja, kami yang dipersiapkan untuk kondisi seperti ini sudah lumayan kepayahan. Kami saling bertukar info, dan ketua tim mengumpulkan keterangan sebanyak-banyaknya untuk memutuskan apakah kami lanjut atau menunda besok hari. Tiba-tiba Kat menghampiriku, ia bertanya, apakah aku yakin melihat orang bertopi kuning merah itu, orang ketiga. Tanpa sadar aku sedikit menaikkan suaraku menumbangkan keraguan di nada Kat.
Kami memutuskan melanjutkan besok pagi, dan berjalan kembali menuju basecamp kami. Sesampai kembali ke jalan utama tempat kami melihat musibah tersebut Kat meneriakiku. Ia tidak perlu teriak seharusnya, sehingga beberapa kepala tidak perlu ikut menoleh ke arahku. Jarak kami cukup dekat. Agak kesal aku menyahut galak. Dia hanya mengarahkan tangannya lurus, ke arah sungai tadi, ke arah timbunan longsor tepatnya, tempat ketiga pemuda itu meloncat dan malah tersapu aliran sungai. Dia menyuruhku melihat ke sana dan menyebutkan warna bendera yang kami tancapkan di sana sebagai penanda. Tentu saja itu berwarna abu-abu, salakku galak. Tunggu, warna bendera kami kan kotak-kotak jingga-merah. Tapi dari sudut dan ketinggian ini, disertai kondisi malam, semua bendera itu seperti kelabu suram, seperti ruang bawah tanah yang lama ditinggalkan. Kat memojokkanku, bagaimana aku bisa melihat pemuda bertopi kuning-merah jika dia saja tidak melihatnya.
Aku termangu sesaat. Oh iya, tadi kan sesaat setelah kita melihatnya di bawah, tiba-tiba ia berada di sebelah kiri kita meninggalkan kawan-kawannya di bawah, sehingga aku bisa melihat warna topinya dengan jelas. Bukankah kawan-kawan semua juga menoleh ke arah yang sama seiring dengan kehadiran pemuda itu. Tidak, tidak ada yang melihat, semuanya kompak membantahku. Kami menoleh karena mendengar Kat berteriak. Oh begitu.
Entah kenapa kami serempak mempercepat perjalanan kami ke basecamp. Kompak.
Tiba-tiba kakiku serasa kaku. Aku diam tertegun. Bunyi hujan seakan tiada. Dan aliran sungai itu tenang sekali, nyaris bergemericik. Rasanya ingin membasahi sampai semata kaki ini. Tak ada salahnya kan. Perlahan tapi mantap aku melangkah, sekadar ingin membasahi kaki.
Rei memakiku, tunanganku itu meneriakiku berulang-ulang. Hingga suara hujan itu kembali berisik di telingaku. Dan tubuhku sudah basah kuyup setidaknya sejak sejam lalu. Dan tentu saja mata kakiku sudah tergenang air, yang menerobos seenaknya ke dalam sepatu botku. Entah kenapa pengalaman ganjil ini membuatku tersenyum. Rei menonjokku, dan menyeretku, secara harafiah, menuju cahaya senter terdekat, tempat kawan-kawanku berada.
Tak lama ketua tim mengumpulkan kami. Jujur saja, kami yang dipersiapkan untuk kondisi seperti ini sudah lumayan kepayahan. Kami saling bertukar info, dan ketua tim mengumpulkan keterangan sebanyak-banyaknya untuk memutuskan apakah kami lanjut atau menunda besok hari. Tiba-tiba Kat menghampiriku, ia bertanya, apakah aku yakin melihat orang bertopi kuning merah itu, orang ketiga. Tanpa sadar aku sedikit menaikkan suaraku menumbangkan keraguan di nada Kat.
Kami memutuskan melanjutkan besok pagi, dan berjalan kembali menuju basecamp kami. Sesampai kembali ke jalan utama tempat kami melihat musibah tersebut Kat meneriakiku. Ia tidak perlu teriak seharusnya, sehingga beberapa kepala tidak perlu ikut menoleh ke arahku. Jarak kami cukup dekat. Agak kesal aku menyahut galak. Dia hanya mengarahkan tangannya lurus, ke arah sungai tadi, ke arah timbunan longsor tepatnya, tempat ketiga pemuda itu meloncat dan malah tersapu aliran sungai. Dia menyuruhku melihat ke sana dan menyebutkan warna bendera yang kami tancapkan di sana sebagai penanda. Tentu saja itu berwarna abu-abu, salakku galak. Tunggu, warna bendera kami kan kotak-kotak jingga-merah. Tapi dari sudut dan ketinggian ini, disertai kondisi malam, semua bendera itu seperti kelabu suram, seperti ruang bawah tanah yang lama ditinggalkan. Kat memojokkanku, bagaimana aku bisa melihat pemuda bertopi kuning-merah jika dia saja tidak melihatnya.
Aku termangu sesaat. Oh iya, tadi kan sesaat setelah kita melihatnya di bawah, tiba-tiba ia berada di sebelah kiri kita meninggalkan kawan-kawannya di bawah, sehingga aku bisa melihat warna topinya dengan jelas. Bukankah kawan-kawan semua juga menoleh ke arah yang sama seiring dengan kehadiran pemuda itu. Tidak, tidak ada yang melihat, semuanya kompak membantahku. Kami menoleh karena mendengar Kat berteriak. Oh begitu.
Entah kenapa kami serempak mempercepat perjalanan kami ke basecamp. Kompak.
Spoiler for CERITA LAIN DI LUAR GALAKSI KASKUS:
---------------TERIMA KASIH---------------
0
815
Kutip
2
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![The Lounge](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-21.png)
The Lounge![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
923.3KThread•84KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok