Abang OcepAvatar border
TS
Abang Ocep
HARAPAN BARU DI PULAU BARU / PENOLAK REKLAMASI TERNYATA DIBAYAR


Sedikit bergurau, Iwan mengungkapkan sebenarnya bukan hanya Teluk Jakarta yang telah tercemar limbah, sejumlah nelayan juga sudah dicemari orang-orang luar yang mengajak mereka berdemo menolak reklamasi.

"Mereka demo atas pembangunan pulau-pulau buatan di Teluk Jakarta. Saya tanya anak buah yang beberapa kali ikut demo apakah kamu ngerti tujuan demo itu, dia menggelengkan kepala," cetusnya.

Menurut Iwan, anak buahnya ikut demo memprotes reklamasi karena diprovokasi rumah mereka akan digusur. Ketika diajak ke DPRD DKI dan Kantor Kementrian Kemaritiman, mereka ayok saja. Apalagi pulang demo dikasi uang Rp100 ribu per orang," tuturnya.

Pekan lalu, Media Indonesia menyambangi perkampungan nelayan di Muara Angke, yang menjadi basis demonstran. Sejumlah nelayan kompak mengaku membiayai rekan-rekan mereka berunjuk rasa dengan swadaya.

“Biaya kami tanggung sendiri. Kami patungan Rp20 ribu per orang,” kata nelayan berkulit sawo matang cenderung legam mengenakan kaos abu-abu.

Dia menolak menyebutkan identitasnya. Nelayan lainnya, sebut saja Pardi, juga mengaku menyetor uang Rp20 ribu untuk membiayai aksi demonstrasi. Ketika diajak mengkalkulasi biaya bus, makan, dan rokok, uang hasil swadaya nelayan jauh dari cukup; mereka langsung terdiam.

Ketidakjujuran nelayan itu tergambar dari pernyataan pelayan warung makan di perkampungan nelayan Muara Angke. Menurut wanita paruh baya itu, nelayan yang ikut aksi unjuk rasa mendapat imbalan uang dari koordinator.

“Yang membagi-bagikan duit koordinator nelayan di sini. Setahu saya, koordinator dapat duit dari orang luar,” katanya. Untuk sekali aksi, setiap nelayan mendapatkan imbalan Rp100 ribu ditambah sebungkus rokok dan makan siang. "Angkutan sudah disiapkan."

Pelayan rumah makan mengetahui adanya imbalan karena nelayan cerita macam-macam di warung tersebut. Nelayan juga menceritakan biaya mencetak spanduk sepanjang tiga meter seharga Rp270 ribu.

Perbincangan dengan perempuan itu tiba-tiba terhenti. Dua pria, satunya berkulit kuning langsat bersama temannya berkulit sawo matang, tiba-tiba masuk ke warung makan.

Pria berkulit kuning langsat meminta pelayan warung berhenti berbicara. Ia juga meminta Media Indonesia meninggalkan perkampungan nelayan Muara Angke.

“Saya tahu maksud kedatangan Anda ke sini. Silahkan pergi sekarang, kalau tidak saya tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi," sergahnya. Demi keselamatan, Media Indonesia meninggalkan perkampungan nelayan Muara Angke.

- See more at: http://mediaindonesia.com/news/read/69967/harapan-baru-di-pulau-baru/2016-10-03#sthash.AC5U9cAB.dpuf


Nasbung dan juragannya emang bangshat. emoticon-Angkat Beer
0
3.7K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.