wiwin.idtAvatar border
TS
wiwin.idt
BlackBerry messenger sekarang milik Indonesia?


JAKARTA (IndoTelko) – Sebuah kabar mengejutkan disampaikan Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat tentang ekonomi digital pada Selasa (27/9) lalu.

“Saat ini layanan pesan instan dari Blackberry sudah dimiliki 100% oleh Indonesia sehingga bisa dijadikan platform asli Indonesia,”ungkap sang Presiden melalui rilis dari Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden yang dikeluarkan pada Selasa (27/9).

"Kita harapkan nanti seluruh hal yang berkaitan dengan eCommerce, baik retail platform-nya, baik logistik platform-nya bisa nempel ke blackberry messenger khususnya yang nanti betul-betul kita siapkan menjadi platform asli Indonesia," ujar Presiden.

Memperkuat pernyataan dari sang Presiden, Menkominfo Rudiantara menegaskan sudah ada salah satu pelaku usaha di Indonesia yang “menguasai” BlackBerry Messenger (BBM).

"Ada perjanjian antara perusahaan Indonesia dengan BlackBerry soal BBM, dimana kalau kita bicara de facto di lapangan, semua sudah dikontrol oleh perusahaan dari Indonesia," ujar Rudiantara.

Rudiantara mengungkapkan, BBM sudah sejak dua bulan atau sekitar pertengahan 2016 menjadi milik perusahaan Indonesia. “Strukturnya bagaimana, itu masalah bisnis. Mungkin mereka belum mau ekspos kali," yakinnya.

Dipertanyakan
Sementara Pengamat telekomunikasi Mochammad James Falahuddin mempertanyakan klaim dari pejabat pemerintah yang menyatakan BBM sudah menjadi milik Indonesia.

“Kalau Pak Presiden saya masih maklumi, beliau mendapat masukan dari bawahan. Tapi kalau Menkominfo ngomong BBM itu “milik” Indonesia, ini harus diluruskan dulu. Masa Menteri yang sehari-hari urus teknis tak paham antara kerjasama pemanfaatan lisensi software dengan aksi akuisisi,” tegasnya.

James pun memaparkan dua data yang bisa menjadi rujukan bahwa sebenarnya Indonesia bukan “pemilik” dari BBM.

Data pertama adalah rilis resmi yang dikeluarkan BlackBerry pada 27 Juni 2016 dan rilis terbaru dari BlackBerry pada 28 September 2016.

Rilis BlackBerry pada 27 Juni 2016 menyatakan adanya kerjasama antara perusahaan asal Kanada itu dengan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK) untuk meningkatkan kemampuan BBM, terutama layanan BlackBerry Internet Service (BIS).

“Setahu saya IndoTelko juga tulis rilis itu kan. Anda waktu nulis ada gak kalimat Acquired atau transfer of intellectual property rights? Setahu saya hanya penggunaan lisensi dari software BBM. Ini berbeda sekali, kalau orang biasa main di bisnis Teknologi Informasi (TI) paham sekali ini. Saya rasa pak Menkominfo yang sudah kelotokan di bisnis Telco paham juga,” ketusnya.

Menurutnya, jika memang BBM atau layanan BIS itu menjadi “milik” dari EMTEK, maka minimal harus ada klausul transfer of intellectual property rights. “Kalau kerjasama yang mereka umumkan saya lihat hanya bikin value added services over BBM, bahkan bukan Original Equipment Manufacturer (OEM). Ini lisensi dikerjasamakan untuk dikembangkan,” tukasnya.

Diingatkannya, dalam bisnis Teknologi Informasi banyak model bisnis yang bisa dijalankan seperti kerjasama lisensi atau managed service. “Tetapi intinya itu adalah Hak Kekayaan Intelektualnya (HAKI). Jadi, kalau masih di tangan BlackBerry itu HAKI, yang paling untung mereka. Makin banyak user kan yang makai lisensi harus bayar. Itu ada skema Pay as You Use (PAYU), dan lainnya,” jelasnya.

Data kedua yang digunakan James untuk menyatakan Indonesia belum menjadi pemilik BBM adalah rilis terbaru dari BlackBerry pada 28 September 2016 yang menyatakan pembentukan perusahaan patungan antara TiPhone dan BlackBerry.

“Pengumuman itu makin memperkuat bahwa Indonesia bukan “pemilik” BBM. Jelas di rilis terbaru itu lisensi software akan digunakan oleh perusahaan patungan mereka berdua (TiPhone dan BlackBerry). Sudah clear, selama BBM atau software apapun yang di lisensi dari BlackBerry masih terdaftar atas nama mereka, tak bisa klaim punya Indonesia,” jelasnya.

Diilustrasikannya, kerjasama BlackBerry dengan EMTEK atau TiPhone ibarat pengembang yang membangun di tanah milik negara. Status sertifikat adalah Hak Guna Bangunan (HGB). Pengembang boleh saja bangun seratus lantai, tetapi pemilik tanah adalah negara. Bahkan, jika mau diperpanjang, tetapi pemilik tanah tak setuju, pemilik bangunan tak punya kuasa.

“Nah, dalam hal BBM, “Tanah” itu HAKI si BlackBerry. Ini mudah sekali analoginya semoga masyarakat paham. Makanya saya sampai sekarang tak paham apa sih yang ditarget dengan statement "BBM milik indonesia" itu,” pungkasnya.

Asal tahu saja, BlackBerry memang sudah tak lagi memproduksi smartphone dan fokus mengembangkan bisnis software. Di Indonesia kabarnya ada sekitar 60 juta pengguna BBM, tetapi pamornya mulai pudar disalip WhatsApp atau Telegram. (dn)

sumber
0
3.4K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.6KThread40.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.