Spoiler for Jawab Dahulu 15 Pertanyaan Ini Sebelum Dirikan Startup:
Ilmu pengetahuan melahirkan teknologi yang bisa kita nikmati sekarang ini, dan semua itu lahir dari sebuah ide. Begitu pula dengan startup, terlahir dari sebuah ide. Ide startup akan berjalan dengan baik, bila bekerja dengan baik ketika mereka didasarkan pada kemampuan Anda untuk mengakses dan mengontrol sarana yang diperlukan, untuk mendapatkan traksi yang tepat waktu di pasar dan kemudian menghasilkan uang.
Perjalanan membangun sebuah startup tidak akan mudah, tetapi ketika Anda dapat mengakses dan mengontrol sarana yang dibutuhkan dari lingkungan, sumber daya, pengalaman, dan “Anda”, Anda akan memiliki platform yang cocok untuk memulai ide startup dengan setidaknya kesempatan yang cukup untuk sukses.
Nah, untuk menguji bahwa ide Anda sesuai dengan sarana dan lingkungan, tanyakan pertanyaan di bawah ini dan berikan jawaban dengan respon yang beralasan:
1.Apakah saat ini pasarnya saat ini sedang subur? Kenapa sekarang adalah saat yang tepat untuk meluncurkan startup Anda?
2.Apakah ada perubahan signifikan yang terjadi di lingkungan sosial, politik, ekonomi atau teknologi? Bagaimana cara saya menyelaraskan ide tersebut?
3.Apakah pasar niche terkait ide saya ini sedang berkembang? Informasi apa yang bisa meyakinkan bahwa pasar itu memang benar-benar sedang berkembang?
4.Apakah saya sudah punya informasi spesifik mengenai pasar?
5.Apakah ada pola yang bisa meyakinkan saya bahwa ada pertumbuhan di pasar yang cocok dengan ide saya ini? Bagaimana pola ini bisa saya konversi menjadi permintaan konsumen?
Menyusul, pertanyaan di bawah ini untuk menguji apakah ide Anda ini sesuai dengan resource yang Anda miliki:
6.Apakah saya punya kelemahan besar dibanding kompetitor yang bermain di pasar ini? (misalnya kurangnya akses ke pihak-pihak penting, sumberdaya, dan lain-lain)
7.Sumberdaya apa yang saya miliki, yang unik dan berharga yang tidak dimiliki atau bisa ditiru para kompetitor? (misalnya keuangan yang kuat, informasi yang berharga, ide yang orisinil, orang-orang yang hebat, dan lain-lain)
8.Apakah saya punya “sesuatu” yang langka dan unik yang bisa mengungguli para kompetitor?
Kemudian, jawablah pertanyaan di bawah ini untuk mengetahui apakah Anda punya cukup pengalaman dan pengetahuan untuk terjun:
9.Apakah saya punya cukup pengalaman dalam mengoperasikan atau paling tidak bekerja di sebuah perusahaan? Berapa lama? Dalam kapasitas apa? Apakah pengalaman-pengalaman itu akan berguna bagi saya mendirikan perusahaan startup saya sendiri?
10.Apakah saya punya pengetahuan teknis di sektor yang akan digeluti oleh startup saya ini, atau apakah saya berpartner dengan seseorang yang punya pengetahuan teknis itu?
11.Apakah saya punya cukup pengalaman dan pengetahuan dalam mendirikan sebuah perusahaan atau saya punya mentor yang akan membimbing? Apa saya punya pengalaman gagal yang bisa saya pelajari untuk membangun perusahaan baru kali ini? Apa yang saya ketahui mengenai menyusun dan mengeksekusi model bisnis, proses pengembangan konsumen dan manajemen perusahaan?
Setelah itu, cari tahu apakah ide ini cocok dengan “Anda”.
12.Apakah saya punya ‘passion’ terhadap ide ini serta apakah ide ini akan memberi makna dan manfaat bagi para pengguna? Apa yang akan menjadi motivasi saya saat situasi menjadi buruk dan sukses tidak kunjung tiba?
13.Apakah pekerjaan dan tugas yang harus dikerjakan untuk proyek ini sesuai dengan kepribadian saya? Apakah saya siap bekerja keras dan memberi komitmen penuh terhadap startup ini?
14.Apakah ide ini sesuai dengan tujuan hidup saya?
15.Apakah dengan meluncurkan startup ini sudah sesuai dengan rencana hidup jangka panjang Anda (dalam hal tanggung jawab, kehidupan sosial pribadi, waktu luang, dan lain-lain).
Jika Anda bisa menjawab kelima belas atau paling tidak mayoritas pertanyaan itu dengan jawaban positif seperti “Ya”, “Tentu saja”, berarti Anda berada dalam tahap siap mewujudkan ide ini menjadi sebuah perusahaan startup. Tetapi jika mayoritas jawaban Anda bernada pesimistis, ragu-ragu, tidak yakin, atau bahkan “Tidak, saya tidak punya itu”, maka pikirkan kembali masak-masak dan timba ilmu, pengalaman, serta persiapan lebih matang lagi.
Bill Gates mempunyai visi agar setiap rumah mempunyai sebuah PC. Steve Jobs mengingkan untuk membuat produk terbaik yang digunakan oleh orang di seluruh dunia. Mark Zuckerberg memiliki visi untuk membuat dunia lebih terkoneksi satu sama lain dan kebebasan untuk berbagi kepada orang lain. Saking percayanya Mark pada visi Facebook tersebut, ia bahkan rela untuk menolak tawaran Yahoo yang ingin membeli Facebook senilai 1 miliar dollar.
Ketika kita ingin membuat visi untuk sebuah startup, kita harus menuliskannya secara spesifik dan detail. Memecahkan masalah yang ada, menjadi kaya, mendapat investasi, punya bisnis sendiri, semua itu bukanlah contoh dari visi. Itu adalah contoh dari tujuan, bukan visi. Jadi jangan disama-samain ya!
Berikut adalah contoh dari visi yang jelas dari Google: “To organize world’s information and make it universally accessible and useful.“
Nah, kalo kalian ngga punya visi yang jelas, startup kalian akan gampang terdistraksi. Mata kita hanya bisa melihat ke depan, tapi visi kita bisa melihat jauh ke masa depan. Mempunyai visi juga akan memberikan kita batasan agar lebih fokus. Kita jadi bisa lebih memfokuskan energi, waktu dan prioritas kita kepada satu tujuan yang spesifik terlebih dahulu. Pada akhirnya, visi ini akan membuat kita biar tetap keep on track dan mengarahkan startup kita pada haluan yang benar.
Sebuah startup yang sehat memiliki visi yang dapat menginspirasi semua orang yang ada pada startup tersebut, bukan hanya CEOnya aja. Startup terkenal di seluruh dunia seperti LinkedIn, AirBnB, Dropbox, Facebook dan startup yang sudah sukses lainnya memiliki sebuah visi yang unik dan menginspirasi para pegawainya. Sehingga, visi itu dapat membentuk company culture dari startup tersebut.
0
502
Kutip
0
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!