Merdeka.com - Ratusan civitas akademik Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang terdiri dari mahasiswa, alumnus ISI, dan dosen menggelar aksi damai menolak keberadaan ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di lingkungan Kampus, Jumat (17/6). Mereka menilai HTI mengganggu perkembangan keilmuan dan tidak sesuai visi misi kampus.

"Seminggu yang lalu saya salat jumat di masjid ISI, penceramahnya bilang kalau membuat patung menggunakan objek makhluk bernyawa itu haram," ujar A Andjib, seorang demonstran yang juga sebagai alumnus ISI yang menginisiasi aksi tersebut.

Dia menilai, saat ini ormas berserta ideologinya tersebut dituding telah jauh memasuki ruang-ruang akademik yang ada di ISI. Hal itu yang kemudian membuat sejumlah kegiatan mahasiswa yang berkaitan dengan seni, mendapat larangan.

"Kalau kita mengikuti HTI, tidak ada lagi tarian-tarian Jawa atau tarian adat lainnya yang dianggap tidak menutup aurat sepenuhnya," ujarnya.

Andjib menjelaskan lebih lanjut, dugaan pola-pola penyebaran paham HTI di kampus juga melibatkan beberapa dosen.

"Saya sendiri melihat gejala ini sejak tahun 2003-2004, mereka mulai terang-terangan mengadakan diskusi di masjid kampus atau di ruang-ruang kampus. Selain itu dosen itukan mudah untuk merekrut mahasiswa," lanjutnya.

Dia menilai bahwa ideologi HTI yang mengusung konsep Khilafah Islamiah juga bertentangan dengan Pancasila. Sedangkan visi-misi kampus ISI itu mengusung kesenian yang berasas Pancasila.

Saat pembukaan acara demo damai tersebut, ratusan peserta membuka dengan alunan lagu Syiir Tanpo Waton, yang pernah dipopulerkan oleh almarhum Gus Dur.

Di akhir acara aksi ditutup dengan deklarasi tuntutan sikap yang berisi melarang keberadaan organisasi massa dan partai politik apapun di kampus ISI.

sumber

kiri - kanan sikat