pakdhegoberAvatar border
TS
pakdhegober
SATU JAM BERSAMA MUHAMMAD ALI
SPORTOURISM — Satu hari setelah Muhammad Ali tiba di Jakarta, Rusydi Hamka — pemilik majalah Panji Masyarakat — setengah berkelakar mengatakan; “Coba kau wawancara Muhammad Ali, seperti wartawan-wartawan itu.”

Saya tergerak melakukannya, tapi di sisi lain saya harus memerangi rasa rendah diri. Saya bekerja di koran yang terbit setiap 10 hari. Saya merasa dipandang sebelah mata oleh wartawan harian.

Kebanyakan wartawan harian biasanya mengejar konferensi pers, dan mencegat Muhammad Ali saat keluar dari hotel menuju tempat berlatih, atau di kesempatan lain. Salah satunya saat sang legenda naik becak di jalan-jalan Jakarta.

Saat itu saya berkata pada diri betapa saya harus bisa mewawancarai Muhammad Ali secara eksklusif, agar majalah Panji Masyarakat tidak dipandang sebelah mata.

Ketika wartawan lain sibuk menguntit Muhammad Ali, atau mendekati panitia, saya mencari tahu di mana Si Mulut Besar menginap. Informasi yang saya peroleh menyebutkan Ali menginap di lantai atas Hotel Sahid.

Saya cek kebenaran informasi itu. Ternyata benar.

Saya mulai mencari cara bertemu Ali dan mewawancarainya. Namun, ada satu hal yang membuat saya tak percaya diri, yaitu Bahasa Inggris saya sangat buruk.

Solusinya, saya cari orang yang berkemampuan Bahasa Inggris untuk menemani saya. Bersamanya, saya susun daftar pertanyaan untuk Ali.

Setelah semuanya beres, saya dan rekan yang punya kemampuan Bahasa Inggris mendatangi Hotel Sahid dan naik ke lantai atas. Tidak ada masalah dengan penjaga di lantai bawah.

Sesampai di lantai atas, saya ditahan beberapa penjaga. Saya sampaikan maksud saya mewawancarai Muhammad Ali, dan semua penjaga mengatakan tidak bisa.

Saya berusaha tidak menyerah, dan terus merayu. Akhirnya, muncul jurus merayu saya yang paling aduhai. Saya katakan kepada para penjaga; “Tolong ijinkan saya bertemu Muhammad Ali. Sebagai imbalannya, saya akan foto bapak-bapak bersama Ali.”

Rayuan saya mengena. Semua penjaga pintu kamar hotel tempat Muhammad Ali menginap tergiur. Mereka sepakat mengijinkan saya bertemu Ali, tapi hanya 30 menit.

Muhammad Ali menyambut saya dan rekan dengan santun. Saya memperkenalkan diri sebagai wartawan Panji Masyarakat, salah satu surat kabar Islam. Ali sangat respek.

Kepada rekan saya yang pandai berbahasa Inggris, Ali kerap bercanda. Keduanya tertawa bersama. Akibatnya, rencana wawancara molor.

Wawancara hanya berlangsung 30 menit, karena saya kehabisan pertanyaan. Di sisi lain, Ali terus bercanda. Ia membawa kami ke suasana santai.

Tanpa terasa satu jam berlalu bersama Muhammad Ali. Beberapa penjaga masuk dan memperingatkan kami. Saya memenuhi janji, memotret mereka dengan Muhammad Ali satu per satu.

Mereka juga memotret saya dengan Muhammad Ali. Saya yang kecil didekap erat sang legenda bertubuh besar. Hanya itu kenangan saya dengan sang legenda.

Keesokan hari seluruh film saya cetak dan saya antar ke penjaga kamar hotel tempat Ali menginap. Saya yakin foto itu akan menjadi kenangan seumur hidup bagi mereka, dan wawancara dengan Muhammad Ali menjadi pencapaian terbesar dalam karier jurnalistik saya.

Kini, Muhammad Ali telah tiada dan jenasahnya akan dimakamkan esok hari. Semoga Allah Swt menerima amal ibadahnya.

Seperti dituturkan Purwadi Tjitrawiata/mantan wartawan Panji Masyarakat dan Republika

sumber
0
1.5K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Olahraga
Berita OlahragaKASKUS Official
15.1KThread4.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.