- Beranda
- The Lounge
Sebab Anomali Leicester City 2015/2016
...
TS
manekenek
Sebab Anomali Leicester City 2015/2016
Quote:
Para penggemar sepakbola pasti tau dengan gosip hangat tentang anomali liga inggris musim 2015/2016. Bagaimana tidak sampai detik klasemen masih di pimpin oleh Leicester City dengan keunggulan 8 poin atas Tottenham di peringkat dua yang belum bertanding melawan Chelsea. Mereka mengungguli tim kuat seperti Manchester United,Arsenal , Mcity , Chelsea maupun Liverpool. Dengan hasil seri melawan Manchester United yang baru selesai, ambisi mereka untuk menjadi kampiun liga ingggris tahun ini sedikit tertunda. Tapi ,mereka hanya membutuhkan tambahan dua poin untuk memastikan menjadi kampiun liga inggris musim ini. Mari kita liat dulu sejarah Leicester City seperti apa. sebelumnya ud ada tret sejenis tapi ane jamin no repost karena ane sajikan berbeda ya gann, yuk langsung ajaa
Sejarah
Leicester City F.C. adalah sebuah tim sepak bola Inggris berbasis di Leicester,Inggris. Leicester Dikenal juga dengan sebutan The Foxes. Klub ini memainkan pertandingan kandangnya di Stadion King Power yang berkapasitas 32.000 penonton.
Seragam mereka berwarna biru,hitam dan putih. Klub ini kini berlaga di Liga Utama Inggris. Tim ini didirikan tahun 1884, dengan nama klub Leicester Fosse, yang kemudian pada tahun 1919 diganti dengan Leicester City.
Leicester berpindah ke Filber Street pada tahun 1891 dan sempat bermain selama 111 tahun, Pada Tahun 2013, Stadion Walker diubah menjadi Stadion King Power setelah pergantian kepemilikan. Leicester City terpilih di ajang Liga Inggris pada tahun 1894, dan di akhir musim berhasil menduduki posisi runner up pada divisi satu (1928-29).
Squad
Goalkeeper
41 Jonny Maddison
1 Kasper Schmeichel (Vice Captain)
32 Mark Schwarzer
Defender
29 Yohan Benalouane
33 Michael Cain
30 Ben Chilwell
2 Ritchie De Laet
28 Christian Fuchs
6 Robert Huth
5 Wes Morgan (Captain)
15 Jeffrey Schlupp
17 Danny Simpson
27 Marcin Wasilewski
Midfielder
11 Marc Albrighton
4 Danny Drinkwater
24 Nathan Dyer
7 Dean Hammond
33 Gökhan Inler
8 Matty James
14 N'Golo Kanté
10 Andy King
39 André Olukanmi
Forward
36 Joseph Dodoo
19 Andrej Kramarić
26 Riyad Mahrez
20 Shinji Okazaki
38 Harry Panayiotou
23 Leonardo Ulloa
9 Jamie Vardy
Manager
Claudio Ranieri
Sejarah
Leicester City F.C. adalah sebuah tim sepak bola Inggris berbasis di Leicester,Inggris. Leicester Dikenal juga dengan sebutan The Foxes. Klub ini memainkan pertandingan kandangnya di Stadion King Power yang berkapasitas 32.000 penonton.
Seragam mereka berwarna biru,hitam dan putih. Klub ini kini berlaga di Liga Utama Inggris. Tim ini didirikan tahun 1884, dengan nama klub Leicester Fosse, yang kemudian pada tahun 1919 diganti dengan Leicester City.
Leicester berpindah ke Filber Street pada tahun 1891 dan sempat bermain selama 111 tahun, Pada Tahun 2013, Stadion Walker diubah menjadi Stadion King Power setelah pergantian kepemilikan. Leicester City terpilih di ajang Liga Inggris pada tahun 1894, dan di akhir musim berhasil menduduki posisi runner up pada divisi satu (1928-29).
Squad
Goalkeeper
41 Jonny Maddison
1 Kasper Schmeichel (Vice Captain)
32 Mark Schwarzer
Defender
29 Yohan Benalouane
33 Michael Cain
30 Ben Chilwell
2 Ritchie De Laet
28 Christian Fuchs
6 Robert Huth
5 Wes Morgan (Captain)
15 Jeffrey Schlupp
17 Danny Simpson
27 Marcin Wasilewski
Midfielder
11 Marc Albrighton
4 Danny Drinkwater
24 Nathan Dyer
7 Dean Hammond
33 Gökhan Inler
8 Matty James
14 N'Golo Kanté
10 Andy King
39 André Olukanmi
Forward
36 Joseph Dodoo
19 Andrej Kramarić
26 Riyad Mahrez
20 Shinji Okazaki
38 Harry Panayiotou
23 Leonardo Ulloa
9 Jamie Vardy
Manager
Claudio Ranieri
Quote:
Mari Kita telisik kenapa hal ini bisa terjadi pada Leicester City. Leicester dimiliki oleh Vichai Srivaddhanaprabha. Vichai Srivaddhanaprabha adalah pengusaha yang berpengaruh di Thailand karena mendapat dukungan junta militer Negeri Gajah Putih. Ia ditaksir memiliki kekayaan 1,9 miliar dolar AS (Rp27 triliun) versi Forbes.Harta kekayaan Srivaddhanaprabha naik 800 juta poundsterling hanya dalam waktu setahun saja atau sekitar 16 triliun rupiah. Angka ini seharga dengan 10 orang Cristiano Ronaldo yang dibeli Real Madrid dari Manchester senilai 80 juta poundsterling.Pertanyaannya, darimana Vichai mendapat uang sebanyak itu? Forbes memprediksi King Power memonopoli industri ritel dan wisata belanja di Thailand.
“Dengan junta militer, monopoli bisnis King Power makin luas,” demikian laporan Forbes.
Keahlian berbisnis ditambah dukungan militer membuat bisnis wisata King Power menggurita di Thailaind dari hulu sampai hilir. Mereka menguasai kawasan bisnis dan wisata belanja yang terintegrasi dengan hotel yang tersebar di area strategis seperti bandara lewat jaringan King Power.King Power memonopoli pemasukan dari wisatawan yang masuk ke Thailand dengan rata-rata pengunjung mencapai 50 juta wisatawan pertahun.Vichai juga dengan keluarga kerajaan. Nama belakangannya Srivaddhanaprabha adalah pemberian langsung keluarga kerajaan pada 2013 silam. Srivaddhanaprabha memiliki arti cahaya yang memancarkan kemuliaan dan kemakmuran. Vichai pun resmi mengganti nama belakang yang sebelumnya, Raksriaksorn.
Naluri bisnis taipan ini cukup tajam. Ia mengambil alih klub, saat itu Leicester City hanya berstatus tim ‘biasa’, yang hanya bermain di League One Inggris, kasta ketiga liga Inggris. Bahkan musim lalu Leicester nyaris terdegradasi dengan hanya finis di peringkat 14 klasemen Premier League musim 2014-15.Padahal dengan dana yang ia miliki, sejatinya ia mampu membeli klub yang berlaga di kompetisi utama seperti banyak miliader Asia yang membeli klub ternama Eropa. Tapi Srivaddhanaprabha punya perhitungan lain. Seakan memakai filosofi logo klub rubah, hewan yang terkenal sebagai binatang yang memiliki keingintahuan tinggi namun tetap waspada, keluarga Srivaddhanaprabha membenahi klub kebanggaan 300 ribu masyarakat Leicester dari bawah.Mulai dari membenahi stadion yang kemudian diberi nama King Power Stadium, merekrut pemain tak populer berharga standar dan tak terkenal namun punya potensi, Leicester juga merekrut pelatih handal.
Sebut saja pelatih kawakan Sven-Goran Eriksson. Pelatih asal Swedia yang pernah menukangi timnas Inggris dan sejumlah klub besar, rela turun derajat dengan melatih Leicester yang hanya berlaga di Divisi Championship Liga Inggris kala itu.Musim ini, Leicester City di tangan pelatih sarat pengalaman Claudio Ranieri dengan pembuktian berhasil mengangkangi dominasi tim-tim besar Inggris sebagai pemuncak klasemen.Ranieri mampu meracik pemain ‘kelas dua’ menjadi bintang. Sebut saja Jamie Vardy, Shinji Okazaki, Leonardo Ulloa, Riyad Mahrez, Christian Fuchs, Gokhan Inler, Ritchie De Laet dan Marc Albrighton.
Vichai, yang kerap menggunakan helikopter pribadi saat menonton tim kesayangannya berlaga, tentunya takkan mengira prestasi Leicester mengkilap di paruh musim. Padahal awalnya ia hanya menargetkan timnya mampu mencicipi bercokol di peringkat lima klasemen.
"Saya meminta waktu tiga tahun, dan kami akan bertahan berada di sana (Premier League). Kami belum akan melakukan langkah fantastis dengan untuk menantang klub besar. Namun target kita di peringkat lima,” ujar sang pemilik saat timnya promosi ke Premier League tahun lalu.
Saat Leicester City promosi ke Premier League, ia pun berjanji telah mempersiapkan dana 180 juta poundsterling atau setara dengan 2,4 triliun rupiah.
“Saya siap menggelontorkan dana mungkin 10 miliar Baht Thailand (180 juta poundsterling), untuk mewujudkan target kami,” jelasnya.
Leicester memang belum sekali pun meraih gelar Liga Inggris, namun The Foxes sempat sedikit bersuara di kancah Eropa.
Leicester pernah ikut kualifikasi untuk Piala UEFA tiga kali. Terakhir adalah pada tahun 2000 saat mereka berhasil juara Piala Liga, yang membuat mereka berhak ikut UEFA Cup 2000-01. Namun baru di babak pertama mereka disingkirkan oleh wakil Serbia, Red Star Belgrade
Prestasi Leicester di Eropa:
1961-1962 (European Cup Winners 'Cup): babak 1
1997-1998 (UEFA Cup): babak 1
2000-01 (UEFA Cup): babak 1
Posisi klasemen akhir ditentukan oleh seberapa besar dana gaji yang dimiliki klub, demikian juga dengan dana transfer yang dihabiskan. Semua orang sadar akan posisi tim masing-masing dan satu-satunya jalan yang biasanya melibatkan kegagalan.Itulah mengapa, jika Leicester City menjuarai Liga Primer Inggris, bakal menjadi dongeng terhebat dalam sejarah dunia olahraga. Mereka telah melakukan hal yang tak hanya sulit dilakukan, tapi mendekati mustahil.Mereka akan menjadi pemenang dengan dana terbatas dalam era yang mengandalkan uang besar, serta dalam olahraga di mana dana besar paling berpengaruh dibandingkan yang lainnya. Ini adalah dunia yang bersaing mengandalkan kekuatan perusahaan. Karena Leicester akan menjadi yang terbaik di liga, di mana Manchester City menghabiskan £158 juta musim panas kemarin dan Manchester United membelanjakan dana £285 juta dalam dua musim terakhir, dibandingkan dengan dua pemain andalan mereka, Jamie Vardy adalah pemain dari non-liga yang hanya memiliki banderol £1 juta, serta winger dari divisi dua Prancis, Riyad Mahrez yang hanya ditebus senilai £450,000.
Ngolo Kante
Claudio Ranieri
Jamie Vardy
Riyad Mahrez
Vardy berpeluang menutup musim ini dengan raihan trofi sepatu emas sebagai top skor. Demikian juga Mahrez, kendati bermain dari sisi sayap tapi mampu mencatatkan jumlah assist lebih banyak dibandingkan pemain lainnya kecuali Mesut Ozil. Melihat catatan dalam tim ini, terutama dalam hal pembelian efektif, dengan mengandalkan pemain dari kasta lebih rendah serta buangan tim-tim lain maka akan menjadi dongeng yang indah.
Lihat lebih jauh ke dalam ruang ganti tim, maka akan ditemukan figur penting yang sukses membawa tim keluar dari cerita yang sejatinya hanya ada di dunia fiktif. Claudio Ranieri yang tampak seperti sosok yang ramah, pamah eksentrik mungkin muncul dalam cerita sebuah komik di antara karakter lainnya yang mendominasi alur cerita. Ia hadir dari reputasi bukan sebagai pemenang. Ia pernah kalah dari kesebelasan Kepulauan Faroe, ia bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Jose Mourinho atau Sir Alex Ferguson, tapi mungkin bakal bergabung dengan mereka sebagai manajer pemenang gelar juara.
“Dengan junta militer, monopoli bisnis King Power makin luas,” demikian laporan Forbes.
Keahlian berbisnis ditambah dukungan militer membuat bisnis wisata King Power menggurita di Thailaind dari hulu sampai hilir. Mereka menguasai kawasan bisnis dan wisata belanja yang terintegrasi dengan hotel yang tersebar di area strategis seperti bandara lewat jaringan King Power.King Power memonopoli pemasukan dari wisatawan yang masuk ke Thailand dengan rata-rata pengunjung mencapai 50 juta wisatawan pertahun.Vichai juga dengan keluarga kerajaan. Nama belakangannya Srivaddhanaprabha adalah pemberian langsung keluarga kerajaan pada 2013 silam. Srivaddhanaprabha memiliki arti cahaya yang memancarkan kemuliaan dan kemakmuran. Vichai pun resmi mengganti nama belakang yang sebelumnya, Raksriaksorn.
Naluri bisnis taipan ini cukup tajam. Ia mengambil alih klub, saat itu Leicester City hanya berstatus tim ‘biasa’, yang hanya bermain di League One Inggris, kasta ketiga liga Inggris. Bahkan musim lalu Leicester nyaris terdegradasi dengan hanya finis di peringkat 14 klasemen Premier League musim 2014-15.Padahal dengan dana yang ia miliki, sejatinya ia mampu membeli klub yang berlaga di kompetisi utama seperti banyak miliader Asia yang membeli klub ternama Eropa. Tapi Srivaddhanaprabha punya perhitungan lain. Seakan memakai filosofi logo klub rubah, hewan yang terkenal sebagai binatang yang memiliki keingintahuan tinggi namun tetap waspada, keluarga Srivaddhanaprabha membenahi klub kebanggaan 300 ribu masyarakat Leicester dari bawah.Mulai dari membenahi stadion yang kemudian diberi nama King Power Stadium, merekrut pemain tak populer berharga standar dan tak terkenal namun punya potensi, Leicester juga merekrut pelatih handal.
Sebut saja pelatih kawakan Sven-Goran Eriksson. Pelatih asal Swedia yang pernah menukangi timnas Inggris dan sejumlah klub besar, rela turun derajat dengan melatih Leicester yang hanya berlaga di Divisi Championship Liga Inggris kala itu.Musim ini, Leicester City di tangan pelatih sarat pengalaman Claudio Ranieri dengan pembuktian berhasil mengangkangi dominasi tim-tim besar Inggris sebagai pemuncak klasemen.Ranieri mampu meracik pemain ‘kelas dua’ menjadi bintang. Sebut saja Jamie Vardy, Shinji Okazaki, Leonardo Ulloa, Riyad Mahrez, Christian Fuchs, Gokhan Inler, Ritchie De Laet dan Marc Albrighton.
Vichai, yang kerap menggunakan helikopter pribadi saat menonton tim kesayangannya berlaga, tentunya takkan mengira prestasi Leicester mengkilap di paruh musim. Padahal awalnya ia hanya menargetkan timnya mampu mencicipi bercokol di peringkat lima klasemen.
"Saya meminta waktu tiga tahun, dan kami akan bertahan berada di sana (Premier League). Kami belum akan melakukan langkah fantastis dengan untuk menantang klub besar. Namun target kita di peringkat lima,” ujar sang pemilik saat timnya promosi ke Premier League tahun lalu.
Saat Leicester City promosi ke Premier League, ia pun berjanji telah mempersiapkan dana 180 juta poundsterling atau setara dengan 2,4 triliun rupiah.
“Saya siap menggelontorkan dana mungkin 10 miliar Baht Thailand (180 juta poundsterling), untuk mewujudkan target kami,” jelasnya.
Leicester memang belum sekali pun meraih gelar Liga Inggris, namun The Foxes sempat sedikit bersuara di kancah Eropa.
Leicester pernah ikut kualifikasi untuk Piala UEFA tiga kali. Terakhir adalah pada tahun 2000 saat mereka berhasil juara Piala Liga, yang membuat mereka berhak ikut UEFA Cup 2000-01. Namun baru di babak pertama mereka disingkirkan oleh wakil Serbia, Red Star Belgrade
Prestasi Leicester di Eropa:
1961-1962 (European Cup Winners 'Cup): babak 1
1997-1998 (UEFA Cup): babak 1
2000-01 (UEFA Cup): babak 1
Posisi klasemen akhir ditentukan oleh seberapa besar dana gaji yang dimiliki klub, demikian juga dengan dana transfer yang dihabiskan. Semua orang sadar akan posisi tim masing-masing dan satu-satunya jalan yang biasanya melibatkan kegagalan.Itulah mengapa, jika Leicester City menjuarai Liga Primer Inggris, bakal menjadi dongeng terhebat dalam sejarah dunia olahraga. Mereka telah melakukan hal yang tak hanya sulit dilakukan, tapi mendekati mustahil.Mereka akan menjadi pemenang dengan dana terbatas dalam era yang mengandalkan uang besar, serta dalam olahraga di mana dana besar paling berpengaruh dibandingkan yang lainnya. Ini adalah dunia yang bersaing mengandalkan kekuatan perusahaan. Karena Leicester akan menjadi yang terbaik di liga, di mana Manchester City menghabiskan £158 juta musim panas kemarin dan Manchester United membelanjakan dana £285 juta dalam dua musim terakhir, dibandingkan dengan dua pemain andalan mereka, Jamie Vardy adalah pemain dari non-liga yang hanya memiliki banderol £1 juta, serta winger dari divisi dua Prancis, Riyad Mahrez yang hanya ditebus senilai £450,000.
Ngolo Kante
Claudio Ranieri
Jamie Vardy
Riyad Mahrez
Vardy berpeluang menutup musim ini dengan raihan trofi sepatu emas sebagai top skor. Demikian juga Mahrez, kendati bermain dari sisi sayap tapi mampu mencatatkan jumlah assist lebih banyak dibandingkan pemain lainnya kecuali Mesut Ozil. Melihat catatan dalam tim ini, terutama dalam hal pembelian efektif, dengan mengandalkan pemain dari kasta lebih rendah serta buangan tim-tim lain maka akan menjadi dongeng yang indah.
Lihat lebih jauh ke dalam ruang ganti tim, maka akan ditemukan figur penting yang sukses membawa tim keluar dari cerita yang sejatinya hanya ada di dunia fiktif. Claudio Ranieri yang tampak seperti sosok yang ramah, pamah eksentrik mungkin muncul dalam cerita sebuah komik di antara karakter lainnya yang mendominasi alur cerita. Ia hadir dari reputasi bukan sebagai pemenang. Ia pernah kalah dari kesebelasan Kepulauan Faroe, ia bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Jose Mourinho atau Sir Alex Ferguson, tapi mungkin bakal bergabung dengan mereka sebagai manajer pemenang gelar juara.
Quote:
Analisa Leicester
Kebajikan
Bukan tanpa alasan Leicester memiliki relasi istimewa dengan para biksu. Hal itu terkait dengan keberadaan sang owner, Vichai Srivaddhanaprabha, yang tak lain adalah orang Thailand dan beragama Buddha. Sejak musim 2010, saat Leicester bermain di level kompetisi Championship, Srivaddhanaprabha melalui produk King Power menjadi sponsor utama klub tersebut.Untuk memberikan tuah di kandang Leicester, Srivaddhanaprabha rela mendatangkan biksu langsung dari Thailand. Dia pun berusaha mendekatkan para pemainnya dengan biksu. Ketika merayakan gelar juara Championship musim lalu sekaligus meraih tiket promosi ke Premier League, Srivaddhanaprabha menerbangkan skuad Leicester ke Negeri Gajah Putih. Di sana, para pemain Leicester berkunjung ke Wihara Phra Maha Mondop, tempat para biksu tersebut beribadah.Pada dasarnya, para biksu itu mengajak pemain Leicester melakukan kebajikan sebelum bertanding. Para biksu memercayai, setiap kebaikan yang dilakukan kepada orang lain akan kembali kepada para pemain yang berupa kebaikan juga.Sejak itu, para penggawa Leicester memiliki kedekatan hubungan dengan biksu.
Determinasi tinggi serta tajam di kotak penalti
Kesuksesan Leicester City tak lepas dari tajamnya mereka memanfaatkan peluang di dalam kotak penalti. Vardy, Mahrez maupun Okazaki merupakan Protagonis utama Leicester di kotak Penalti. Tak hanya ketajaman di dalam kotak penalti yang menjadi senjata Leicester musim ini. Salah satu kunci sukses faktor yang membuat The Foxes memuncaki klasemen adalah permainan tidak kenal lelah yang mereka tunjukkan.Leicester seringkali berhasil terhindar dari kekalahan atau bahkan membalikkan kedudukan pada menit-menit terakhir pertandingan. jika anda menonton permainan Leicester city anda akan melihat seluruh pemain bergerak aktiv naik turun bahkan jika terkena kartu merah sekalipun. benang merah antara kante-drinkwater-mahrez-vardy terlihat sangat jelas. mereka seolah tau posisi rekan mereka masing2.
Never Change The Winning Team
Kini filosofi tersebut dipegang teguh oleh manajer Leicester City, Claudio Ranieri. Sepanjang musim 2015/2016, ia tak terlalu banyak melakukan rotasi. Hampir 11 pemain yang masuk dalam susunan pemain adalah 11 pemain yang sama dengan laga-laga sebelumnya. Mereka adalah Kasper Schmeichel, Danny Simpson, Wes Morgan, Robert Huth, Christian Fuchs, Riyad Mahrez, Daniel Drinkwater, N'Golo Kante, Marc Albrighton, Shinji Okazaki, dan Jamie Vardy. Ranieri tampaknya belajar dari kesalahan. Di Inggris, pelatih asal Italia tersebut sempat dijuluki sebagai tinkerman karena hobinya merotasi pemain saat menukangi Chelsea. Sementara saat ini, dengan kelihaiannya menjaga kebugaran 11 pemain terbaiknya, Leicester berhasil meraih kemenangan demi kemenangan sehingga mantap di papan atas klasemen Liga Primer bahkan puncak klasemen sementara. Mereka juga tidak bergantung Vardy seorang, masih ada mahrez maupun okazaki bahkan wes morgan yang bisa memcah kebuntuan. Selain itu sosok Kante sebagai gelandang aktiv di lini tengah merupakan salah satu alasan kenapa Leicester bisa nyaman di puncak sampai sekarang. tentunya hal ini juga disertai kerja keras seluruh tim. Leicester adalah tim yang suka dengan umpang panjang dan serangan balik. Cek aja video di bawah dan agan liat gimana cepatnya mereka melakukan serangan balik dan mereka suka bermain dengan umpan panjang.
Formasi
Banyak yang beranggapan Filosofi klasik taktik sepak bola dengan formasi serangan balik dan 4-4-2 sudah ketinggalan jaman di era sepak bola modern. Pada kenyataannya rata-rata penguasaan bola Liecester disetiap pertandingan hanya 40% saja, ini merupakan jumlah terendah dari tim-tim penghuni 5 besar klasemen dan jumlah akurasi umpan hanya 69% per pertandingan. Lalu apa yang membuat tim ini begitu menakutkan sehingga membuat sejumlah pelatih di liga Inggris kesulitan meraih 3 point saat melawan tim ini. Semua tak lepas dari konsistensi dalam bermain, kerja keras, taktik yang disempurnakan saat latihan, dan yang utama adalah kecerdasan pemain The Foxes(julukan Liecester city).Sejak kedatangan pelatih baru Claudio Ranieri pada bulan Juli 2015 menggantikan Nigel Person yang dipecat karena tersandung kasus skandal rekaman rasis yang melibatkan putranya.Liecester tak salah dalam memilih pelatih berusia 64 tahun ini karna mampu menjaga konsistensi performa tim.Awalnya kedatangan Ranieri tidak disambut hangat oleh pemain, karena reputasi Ranieri yang dijuluki "The Tinkerman" saat melatih Chelsea tahun 2000-2004, saat itu Ranieri gemar gonta-ganti pemain sehingga tim inti Chelsea tidak pernah sama di semua pertandingan. Dengan kemampuan bahasa, pemahaman kultur, dan pengalaman manajemen, Ranieri kembali ke kompetisi liga Inggris melatih Liecester dengan suasana yang lebih relaks dan tanpa pemain bintang.Bahkan Ranieri menjadikan pemain seperti Jamie Vardy begitu buas mencetak gol, tak hanya Vardy pemain lainnya Riyad Mahrez, Daniel Drinkwater dan N'Golo Kante begitu ditakuti lawan karena hasil positif pelatihan Ranieri.Serangan balik adalah kunci utama permainan The Foxes dengan tidak terlalu lama memainkan bola.
Patut diakui ketangguhan The Foxes dalam menjaga struktur pertahanan yang sempit dan memblokir serangan dari tengah sekaligus mampu menjaga musuh yang mendribel bola lewat tengah, bek tengah bukan hanya diisi dua pemain yang bertugas menjaga pertahanan N'Golo Knte dan Daniel Drinkwater sangat ketat dalam mempersempit area tengah. Tidak diragukan lagi daya ledak Counter Attack The Foxes dengan memanfaatkan kombinasi winger Albrighton yang sangat disiplin di sayap kiri,
Vardy menyulitkan bek lawan dengan berkeliaran mencari celah, sedangkan Mahrez diberi sedikit keleluasaan untuk berkreasi menusuk ke jantung pertahanan lawan, sementara Shinji Okazaki sangat rajin menciptakan peluang.
Suporter
dukungan dari suporter the foxes adalah salah satu alasan para pemain tidak pernah berhenti berlari dalam setiap pertandingan. setia laga home dan away supoter mereka selalu setia untuk memberikan dukungan, bahkan Vichai pun sangat royal terhadapa para suporter ini sehingga para suporter pun sangat setia untuk mendampingi Leicester bermain.
Kebajikan
Bukan tanpa alasan Leicester memiliki relasi istimewa dengan para biksu. Hal itu terkait dengan keberadaan sang owner, Vichai Srivaddhanaprabha, yang tak lain adalah orang Thailand dan beragama Buddha. Sejak musim 2010, saat Leicester bermain di level kompetisi Championship, Srivaddhanaprabha melalui produk King Power menjadi sponsor utama klub tersebut.Untuk memberikan tuah di kandang Leicester, Srivaddhanaprabha rela mendatangkan biksu langsung dari Thailand. Dia pun berusaha mendekatkan para pemainnya dengan biksu. Ketika merayakan gelar juara Championship musim lalu sekaligus meraih tiket promosi ke Premier League, Srivaddhanaprabha menerbangkan skuad Leicester ke Negeri Gajah Putih. Di sana, para pemain Leicester berkunjung ke Wihara Phra Maha Mondop, tempat para biksu tersebut beribadah.Pada dasarnya, para biksu itu mengajak pemain Leicester melakukan kebajikan sebelum bertanding. Para biksu memercayai, setiap kebaikan yang dilakukan kepada orang lain akan kembali kepada para pemain yang berupa kebaikan juga.Sejak itu, para penggawa Leicester memiliki kedekatan hubungan dengan biksu.
Determinasi tinggi serta tajam di kotak penalti
Kesuksesan Leicester City tak lepas dari tajamnya mereka memanfaatkan peluang di dalam kotak penalti. Vardy, Mahrez maupun Okazaki merupakan Protagonis utama Leicester di kotak Penalti. Tak hanya ketajaman di dalam kotak penalti yang menjadi senjata Leicester musim ini. Salah satu kunci sukses faktor yang membuat The Foxes memuncaki klasemen adalah permainan tidak kenal lelah yang mereka tunjukkan.Leicester seringkali berhasil terhindar dari kekalahan atau bahkan membalikkan kedudukan pada menit-menit terakhir pertandingan. jika anda menonton permainan Leicester city anda akan melihat seluruh pemain bergerak aktiv naik turun bahkan jika terkena kartu merah sekalipun. benang merah antara kante-drinkwater-mahrez-vardy terlihat sangat jelas. mereka seolah tau posisi rekan mereka masing2.
Never Change The Winning Team
Kini filosofi tersebut dipegang teguh oleh manajer Leicester City, Claudio Ranieri. Sepanjang musim 2015/2016, ia tak terlalu banyak melakukan rotasi. Hampir 11 pemain yang masuk dalam susunan pemain adalah 11 pemain yang sama dengan laga-laga sebelumnya. Mereka adalah Kasper Schmeichel, Danny Simpson, Wes Morgan, Robert Huth, Christian Fuchs, Riyad Mahrez, Daniel Drinkwater, N'Golo Kante, Marc Albrighton, Shinji Okazaki, dan Jamie Vardy. Ranieri tampaknya belajar dari kesalahan. Di Inggris, pelatih asal Italia tersebut sempat dijuluki sebagai tinkerman karena hobinya merotasi pemain saat menukangi Chelsea. Sementara saat ini, dengan kelihaiannya menjaga kebugaran 11 pemain terbaiknya, Leicester berhasil meraih kemenangan demi kemenangan sehingga mantap di papan atas klasemen Liga Primer bahkan puncak klasemen sementara. Mereka juga tidak bergantung Vardy seorang, masih ada mahrez maupun okazaki bahkan wes morgan yang bisa memcah kebuntuan. Selain itu sosok Kante sebagai gelandang aktiv di lini tengah merupakan salah satu alasan kenapa Leicester bisa nyaman di puncak sampai sekarang. tentunya hal ini juga disertai kerja keras seluruh tim. Leicester adalah tim yang suka dengan umpang panjang dan serangan balik. Cek aja video di bawah dan agan liat gimana cepatnya mereka melakukan serangan balik dan mereka suka bermain dengan umpan panjang.
Formasi
Banyak yang beranggapan Filosofi klasik taktik sepak bola dengan formasi serangan balik dan 4-4-2 sudah ketinggalan jaman di era sepak bola modern. Pada kenyataannya rata-rata penguasaan bola Liecester disetiap pertandingan hanya 40% saja, ini merupakan jumlah terendah dari tim-tim penghuni 5 besar klasemen dan jumlah akurasi umpan hanya 69% per pertandingan. Lalu apa yang membuat tim ini begitu menakutkan sehingga membuat sejumlah pelatih di liga Inggris kesulitan meraih 3 point saat melawan tim ini. Semua tak lepas dari konsistensi dalam bermain, kerja keras, taktik yang disempurnakan saat latihan, dan yang utama adalah kecerdasan pemain The Foxes(julukan Liecester city).Sejak kedatangan pelatih baru Claudio Ranieri pada bulan Juli 2015 menggantikan Nigel Person yang dipecat karena tersandung kasus skandal rekaman rasis yang melibatkan putranya.Liecester tak salah dalam memilih pelatih berusia 64 tahun ini karna mampu menjaga konsistensi performa tim.Awalnya kedatangan Ranieri tidak disambut hangat oleh pemain, karena reputasi Ranieri yang dijuluki "The Tinkerman" saat melatih Chelsea tahun 2000-2004, saat itu Ranieri gemar gonta-ganti pemain sehingga tim inti Chelsea tidak pernah sama di semua pertandingan. Dengan kemampuan bahasa, pemahaman kultur, dan pengalaman manajemen, Ranieri kembali ke kompetisi liga Inggris melatih Liecester dengan suasana yang lebih relaks dan tanpa pemain bintang.Bahkan Ranieri menjadikan pemain seperti Jamie Vardy begitu buas mencetak gol, tak hanya Vardy pemain lainnya Riyad Mahrez, Daniel Drinkwater dan N'Golo Kante begitu ditakuti lawan karena hasil positif pelatihan Ranieri.Serangan balik adalah kunci utama permainan The Foxes dengan tidak terlalu lama memainkan bola.
Patut diakui ketangguhan The Foxes dalam menjaga struktur pertahanan yang sempit dan memblokir serangan dari tengah sekaligus mampu menjaga musuh yang mendribel bola lewat tengah, bek tengah bukan hanya diisi dua pemain yang bertugas menjaga pertahanan N'Golo Knte dan Daniel Drinkwater sangat ketat dalam mempersempit area tengah. Tidak diragukan lagi daya ledak Counter Attack The Foxes dengan memanfaatkan kombinasi winger Albrighton yang sangat disiplin di sayap kiri,
Vardy menyulitkan bek lawan dengan berkeliaran mencari celah, sedangkan Mahrez diberi sedikit keleluasaan untuk berkreasi menusuk ke jantung pertahanan lawan, sementara Shinji Okazaki sangat rajin menciptakan peluang.
Suporter
dukungan dari suporter the foxes adalah salah satu alasan para pemain tidak pernah berhenti berlari dalam setiap pertandingan. setia laga home dan away supoter mereka selalu setia untuk memberikan dukungan, bahkan Vichai pun sangat royal terhadapa para suporter ini sehingga para suporter pun sangat setia untuk mendampingi Leicester bermain.
Quote:
Nah itulah sebab anomali Leicester City musim ini yang ane rangkum dari berbagai sumber ditambah dengan pengamatan ane jika menonton Leicester bermain. ane bukan fans the foxes cuma suka ajah liat anomali ini terjadi. jalan menuju juara pun semakin dekat. jika menjadi juara ini akan menjadi kado terindah bagi seluruh punggawa dan pelatih leicester. jika musim depan mereka gagalpun tak perlu ragu karena musim ini adalah sebuah anomali. makasih ud mampir semoga tret ini berguna. ratenya jangan lupa gan. heheh
0
4.3K
Kutip
31
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
922.7KThread•82.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru