Yusril Dinilai Sulit Maju pada Pilkada DKI 2017
Senin, 25 April 2016 | 19:38 WIB
KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA
Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra saat di Stasiun Manggarai, Jakarta, Jumat (22/4/2016).
JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra untuk maju pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 dinilai sulit terealisasi.
Pengamat politik Hamid Basyaib mengatakan hal itu di Kantor Populi Center di Jalan Letjen S Parman, Jakarta Barat, Senin (25/4/2016).
Menurut Hamid, untuk maju lewat independen misalnya, waktu yang tersisa bagi Yusril sangat terbatas.
"(Lewat jalur) independen? Sepertinya tidak mungkin. Waktu yang ada saat ini mepet dan mau habis. Sulit kumpulkan ratusan ribu dukungan," kata Hamid.
Lewat jalur partai juga sama sulit bagi Yusril. Soalnya, kata Hamid, Yusril merupakan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB). Partai itu tidak punya kursi sama sekali di DPRD DKI Jakarta maupun DPR RI.
Karena itulah Yusril mengikuti proses penjaringan cagub di sejumlah partai, antara lain Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerindra.
"Pak Yusril memang yang paling tangguh (melawan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok). Masalahnya kalau didukung partai, partai dia (PBB) sangat kecil, meskipun dia mengklaim sebagai pewaris Masyumi," kata Hamid.
Berdasarkan survei yang dirilis Populi Center pada April 2016, elektabilitas Yusril jauh di bawah Ahok. Elektabilitas Ahok sedikit naik dibanding Februari 2016, yaitu dari 49,5 persen menjadi 50,8 persen.
Adapun persentase Yusril juga naik, tetapi hanya dari 3 persen menjadi 5 persen pada April.
Survei itu melibatkan 400 responden di enam wilayah DKI Jakarta. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 15-21 April 2016.
Ratusan responden itu dipilih secara acak bertingkat atau multistage random sampling, dengan margin of error lebih kurang 4,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.