Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ashwindAvatar border
TS
ashwind
[CATPER] Semi - Solo Hiking Kerinci. (Oktober - 2015)

“ane anggap semi-solo karena kenyataannya saat di medan bertemu dengan pendaki lain yang tidak memungkinkan untuk memisah diri, jadi lebih baik gabung kan gan hehe, setiap pencinta alam adalah sodara bagi sesama gan hehe ”

Minggu, 27 September 2015 Pukul 10:20 WIB

Pergi ke Terminal Rawamangun, ke loket bis Lorena dan langsung membeli tiket bus Jakarta - Bangko berangkat pada pukul 11:30 WIB Kamis 1 Oktober 2015, sebesar Rp. 405.000 dengan tempat duduk pada kursi 1 C tepat di belakang sopir.

Spoiler for Bus yang ane naikin, pas masih di Kalianda, Lampung:


Rabu,30 September 2015 Pukul 05:30 WIB

Aku musti melakukan pengecekan peralatan pada pagi hari,

Spoiler for Peralatan yang ane gunain:


Spoiler for List Peralatan yang digunakan: :

“perlengkapan sesuaikan dengan medan yang mau didaki gan, klo ane sih list perlengkapannya ya segitu hehe”

Kamis, 1 Oktober 2015 11:00 WIB
Aku sengaja memilih hari kamis untuk bepergian karena mengikuti Nabi Muhammad yang lebih suka pergi di hari kamis. Entah kenapa hatiku begitu tenang saat hendak melakukan perjalanan solo ini. Dan pukul 11:50 WIB, akhirnya bis pun berangkat. Saat di selat sunda, liat kapal selam dari TNI AL karena ada persiapan HUT TNI gan. Jarang jarang liat kapal selam pas lagi nyebrang gan. Hehe. Pas magrib dah di Lampung, langsung lanjut jalan

Spoiler for liat kapal selam gan.:


Jumat 2 Oktober 2015

6 Jam perjalanan dari Bangko ke Sungai Penuh, jalanan berkelok. Tak ada kemacetan. Jalanan tepat dipinggir sungai, jadi kebayang jika mobil mengalami kecelakaan maka fatal juga akibatnya. Kami sempat berhenti di sebuah rumah makan, aku sempat berbincang bincang dengan seseorang, Pak Sarmanto namanya, dia juga mau ke Sungai Penuh. Warga disini mayoritas adalah suku kerinci, jawa, minang, melayu. Pagi - pagi setelah subuh, aku bersama Pak Sarmanto dan temannya jalan kaki menuju ke jalan raya untuk mencari angkot, setelah menunggu sebentar angkot datang dan kami menuju ke Kersik Tuo.

Spoiler for sampe juga akhirnya ditugu macann...:



Sabtu, 3 Oktober 2015

Sekitar pukul 6 pagi, aku sampai di Tugu Macan, Gunung Kerinci tak terlihat, karena terlahang oleh adanya kabut asap. (Bulan Oktober terjadi kabut asap parah di Sumatra, kabut asap hasil pembakaran lahan sawit yang mengganggu dan memperparah keadaan! Thanks to Perusahaan Sawit karena telah mengganggu aktifitas masyarakat termasuk saya). Sampai di Tugu Macan, aku foto - foto sebentar, dan langsung mencari ojek, tapi berhubung tidak ada ojek alhamdulilah ada seorang teman (itulah gunanya sosialisasi pedesaan / sosped) yang mau mengantar hingga ke pos pendaftaran.



Spoiler for Indrapurane raketok rek, mung raiku tok..hehe:


Sampai di pos pendaftaran aku melaporkan diri, serta mencatat kapan tanggal naik serta tanggal turun, di pos pendaftaran mereka cukup kaget karena tau aku mendaki seorang diri. Aku membayar 20.000 untuk biaya pendaftaran. Dan setelah itu kembali naik ojek menuju ke pintu rimba. Kondisi jalan menuju ke pintu rimba agak rusak. Dan sekelilingnya adalah perkebunan kentang. Masa - masa panen telah tiba. Saat sampai di sebuah gubuk untuk warga istirahat, terdapat sebuah plang mengenai Taman Nasional Kerinci Seblat. Plang tersebut cukup besar. Sempat mengambil beberapa gambar pada lokasi ini. Jam 08.20 aku mulai jalan menuju ke Pintu Rimba. Melakukan orientasi medan sebentar, memasang geiter kemudian melanjutkan perjalanan, suasana benar - benar tenang. Oh ya suara kawanan monyet yang sedang mencari makan memecah keheningan pagi. Jam 09.09 aku sampai di Pos Bangku Panjang (1889mdpl). Sempat istirahat sebentar, tetapi kemudian langsung melanjutkan perjalanan, oh ya jalur dari Pintu Rimba hingga Pos Bangku Panjang masih landai. Kemudian menjelang jam 10 pagi aku sampai di Pos Batu Lumut (2020mdpl) dan disinilah aku bertemu dengan 3 orang pendaki yang berasal dari Padang. Mereka cukup ramah, dan mereka sempat bercanda satu sama lain dengan menggunakan bahasa Minang, yang aku sama sekali tak mengerti (butuh subtitle gan). Kami istirahat bersama disini. Setelah Pos Batu Lumut, pos berikutnya adalah Pondok Panorama (2225mdpl). Setelah itu aku mempersilahkan mereka untuk duluan, karena aku ingin bersantai-santai dulu. (gak enak gan klo naik gunung buru-buru, gak nikmati suasana hutannya.) Sampai di Shelter 1 (2504mdpl) jam 14.19, disini aku istirahat. Di shelter 1 ini juga terdapat sumber air, yang jaraknya juga cukup lumayan untuk ditempuh. Setelah dari shelter 1 aku kembali melanjutkan perjalanan. Jalur menanjak telah menanti dengan senang, menunggu untuk kakiku menginjaknya. Kanan kiri adalah hutan lebat, suasana tenang, dengan sesekali suara burung terdengar merdu. Kalau diperhatikan dengan seksama, jalur pendakian ini sebenernya akan menjadi jalur air bila terjadi hujan. Karena hari telah malam, aku memutuskan untuk mendirikan tenda disebelah jalur dekat dengan shelter 2. Saat pagi hari aku bangun, dan merapikan kantong tidur. Kemudian 3 orang pendaki dari Padang, menghampiri tendaku dan ternyata mereka hendak turun dan memberiku tambahan logistik 3 buah ransum polri.

Spoiler for burung yang jadi temen ane hari itu...:


Jika di Jawa, di setiap gunung hampir ramai, kali ini aku benar benar menikmati tenangnya hutan pinus. Setelah itu aku pun tidur lagi di tenda. (masih berasa capek gan, ane butuh aklimatisasi dulu). Bangun bangun jam 3 sore, dan aku langsung membereskan tenda dan packing lanjut kembali jalan. Dan seperti yang kuduka, sampai dibawah shelter 3 jam 7 malam. Aku langsung kembali mendirikan tenda, dan masak. Malam itu bintang bintang dilangit terlihat cerah. Dan suasana tenang benar-benar mencekam. Tapi aku bersyukur, karena ketenangan inilah yang aku cari-cari.

Minggu, 4 Oktober 2015

“Malam mencekam menjadi teman. Ketenangan adalah sesuatu yang kuidamkan. Dan langit berbintang menjadi terang. Syukur padamu oh Tuhan.” Seperti itu kira-kira suasana malam itu. Malam hari aku mencoba masak ransum, dan mie goreng favoritku. Ternyata enak juga ransumnya. Setelah makan malam, aku kembali memperbaharui catatanku. Pada hari minggu inilah, aku seharian “berhibernasi.”

Senin, 5 Oktober 2015

Pagi hari pukul 05:37 WIB, suasana hening serta udara sejuk benar-benar menghiburku saat itu. Tetapi karena masih mengantuk akupun tidur lagi hingga bangun tepat siang hari pukul 10:37 WIB dimana saat itu matahari masih sebatas titik kuning dilangit mengingat kabut asap masih menyerang pulau Sumatra. Kudengar beberapa burung hinggap disekitar tenda yang kudirikan, beberapa waktu aku habiskan untuk melihat keindahan burung-burung itu.Burung-burung tersebut berwarna hijau dan pada badan bagian bawahnya berwarna putih, ukuran burungnya pun cukup kecil serta memiliki paruh dan kaki yang mungil. Tetapi tidak dengan suara yang dihasilkan, sangat merdu. Itulah alasanku untuk melakukan pendakian seorang diri, supaya dapat lebih menikmati keindahan dan keheningan alam sehingga suara alam dapat terdengar dengan jernih
Dan saat pengambilan gambar inilah aku dikagetkan dengan suara gemuruh angin kencang. Suaranya berasal dari lembahan yang terletak dibawah. Kaget bukan kepalang. Sebenarnya di lokasi ini dekat dengan shelter 3, jaraknya hanya 15 menit. Aku sengaja mendirikan kemah disini karena berfikir daerahnya cukup rapat dan terlindung.

Spoiler for udah mungil dan terpencil pulak...:



Setelah puas berburu foto tentang burung, perut lapar pun menyerang. Aku memasak ransum polri yang kudapat dari beberapa pendaki asal Padang yang telah turun terlebih dahulu. Sebenarnya aku ingin memasak kornet, tetapi karena penasaran dengan rasa ransumnya akhirnya aku merebus ransum tersebut, nasi ayam asam manis pun kulahap hari itu. Selesai makan, kucoba untuk melihat kembali keadaan sekeliling, dan ternyata cuaca gelap dan berkabut, puncak kerinci pun terlihat samar dari kejauhan. Aku sengaja melakukan kemah secara gaya himalayan, karena aku butuh untuk aklimatisasi terlebih dahulu. Maklum aku tinggal didaerah yang panasnya super minta ampun, Jakarta. Menjelang sore hari, muncullah beberapa orang, mereka kupersilahkan istirahat dulu. Setelah berbicara sebentar ternyata mereka bertujuh, dan ingin mendirikan kemah di shelter 3, kebetulan aku pun hendak mendirikan kemah juga di shelter 3. Kami berbincang sebentar, mereka ternyata rombongan dari Riau. Mereka kemudian mengajakku untuk gabung karena, mereka bertujuh, ditambah aku jadi berdelapan. Akhirnya dibantu mereka, aku membereskan tenda dan peralatan dan pukul 16:20 WIB kami berjalan menuju shelter 3. Salah satu dari mereka bernama Fajar, kami berdua berada di barisan terakhir. 17:10 WIB kami sampai di shelter 3, tepat seperti dugaanku, shelter 3 tak jauh dan daerahnya pun terbuka, angin kencang sewaktu-waktu dapat menerjang. Oh ya jalur menuju ke shelter 3 ini seperti terowongan, dan memiliki “anak tangga” yang cukup curam serta licin. Tak terbayang jika saat hujan turun, pasti penuh kubangan air.

Spoiler for trek menuju shelter 3:


Kami langsung mendirikan kemah di tempat ini, ada beberapa rekan yang berinisiatif untuk masak dan mencari kayu bakar. Setelah tenda berdiri dan makanan telah siap dan api unggun pun telah jadi, kami makan bersama.

Spoiler for Masak bersama ces..:


Pertama-tama aku agak canggung, karena logat mereka sebagian besar melayu tulen, sedangkan aku sendiri yang orang jawa, tapi tak apalah, kami pun saling bercerita satu sama lain dan memperkenalkan diri. Satu hal yang menjadi kesepakatan bersama, dilarang membahas tentang kuliah. Aku menggangguk setuju, karena sudah pasti suram kalo terus dibahas. Malam itu berbagai candaan keluar. Hingga kami bukannya tidur untuk mempersiapkan diri untuk summit tetapi lanjut bercanda hingga jam 1 pagi sekalipun ada beberapa rekan kami yang tidur tetapi cuma sebentar saja. Kami akhirnya memutuskan untuk istirahat dan jam 3 pagi kami bangun untuk tidur, hanya 2 jam saja kami tidur malam itu kecuali aku yang tak bisa tidur karena sibuk menulis puisi tentang Gunung Kerinci dan membuat graffiti di buku catatan.


Spoiler for puisi tentang kerinci:



Selasa, 6 Oktober 2015

Jam 4 pagi kami baru berjalan untuk “summit attack”. Sebelumnya kami berdoa terlebih dahulu agar lancar dalam perjalanan. Aku menjadi “ujung tombak” untuk membuka jalur, jalur untuk kepuncak cukup berbahaya, kanan kiri adalah jurang. Trek berbatu dan pasir menjadi musuh sepatu kami. Temanku, Lukman menjadi “gagang tombak” yang mengawasi dari belakang. Kami saling berkoordinasi mengingat bahaya yang kami hadapi. Satu hal yang menjadi kekurangan dari rombongan asal Riau tersebut adalah kurangnya latian fisik yang dilakukan sehingga salah satu rekan mengalami sesak nafas dan kelelahan. Tetapi alhamdulilah dapat diatasi dan berjalan lancar. Sampai diatas Puncak Kerinci. Pukul 06:42 WIB.

Spoiler for duduk dipinggir kawah...:


Cuaca tak cerah mengingat kabut asap yang menyerang Pulau Sumatra juga berdampak di Kerinci. Saat dipuncak inilah, aku mengucap syukur. Saat dipuncak aku membuka coklat yang kubawa dan susu, tak lupa juga kubagi kepada rekan - rekan baruku. Kami benar-benar menikmati suasana hening Puncak Kerinci. Dan karena kebiasaan isengku, aku mengajak Bang Adi dan yang lain untuk membuka kaos dan bertelanjang dada.

Spoiler for jangan ditiru ya gans.. hehe :


Cuma dua orang dari kami yang tidak membuka karena mereka akhirnya menjadi tukang kamera. (Maaf ya Ces Manap dan Ces Aceng yang harus jadi tukang foto hahaha). Selesai dokumentasi, kami akhirnya memutuskan untuk turun. Proses turun dari puncak inilah yang berbahaya, karena saat melihat kebawah jalurnya hanya berbatu dan terlihat sama semua.

Spoiler for lagi turun ces...:


Sekitar jam 8.30 pagi kami sudah sampai kembali di kemah kami di shelter 3. Setelah turun dari puncak, aku mengambil air ke sumber air yang letakknya tak terlalu jauh dari tempat tenda berdiri. Tetapi sungguh kecewa, tak ada air bersih, hanya tetesan air saja. Maklum bulan saat aku mendaki adalah bulan kemarau dimana hujan jarang turun. Tapi alhamdulilah bertemu dengan air yang lebih jernih yang lokasinya agak kebawah.

Disini Ces Adi mengisi semua botol yang dibawa hingga penuh, sementara aku kembali keatas untuk mengambil tas dan mengajak yang lain untuk membantu membawa botol air yang jumlahnya tak bisa dibawa hanya dengan dua orang.
Spoiler for Bang Adi dari Lentera Riau, sedang ambil air..:

Setelah mendapat air cukup banyak, hari itu kami memutuskan untuk kemah semalam lagi, untuk istirahat. Karena sebelumnya kami begadang semua. Kami kembali masak dan membuat api unggun. Kami pun makan bersama. Itulah indahnya persaudaraan yang sekalipun kami berbeda latar belakang satu sama lain, tapi hari itu kami benar-benar seperti langit dengan awan. Saat malam hari rombongan dari Sungai Penuh datang dan membuat kemah dekat kami.

Rabu, 7 Oktober 2015
Selesai istirahat, menjelang siang, kami membongkar kemah, dan bersiap siap untuk turun menuju ke basecamp. Selesai berbenah inilah kami sempatkan diri berfoto bersama - sama. Kami berpamitan dengan rombongan asal Sungai Penuh kemudian kami turun.

Spoiler for minggir awas, tronton mau lewat.. hehe:


Terowongan alam dibawah shelter 3 kembali kami lewati. Dan saat di shelter 2 kami istirahat dan minum air. Kemudian lanjut kembali menuju ke shelter 1. Ditengah perjalanan inilah aku menemukan buah berry hutan yang rasanya asam, aku sempat mengambil beberapa buah. Karena daerah ini ternyata habitat berry hutan. Buah berry ini pula sama persis dengan yang kutemui saat di Puncak Salak1, rasanya asam. Kubagi ke teman-teman baruku yang dari Riau dan ternyata mereka suka. Saat sampai di shelter 1 inilah, kami bertemu dengan rombongan pendaki bule dari luar negeri. Ya seperti biasa, kami pun berfoto bersama.

Saat kutanya mereka ada yang berasal dari Australia, Belanda dan Inggris. Yang dari Belanda tingginya minta ampun. Sedangkan yang dari Australia dan Inggris tak terlalu tinggi. Sempat juga aku berbincang dengan salah satu pendaki dari Australia (sayang sekali ane lupa namanya gan, cuma inget asalnya doang hahaha) alasan kenapa mendaki Kerinci.

Spoiler for kepoin bule gan hehe :


Setelah berbincang dan berfoto bersama, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju basecamp. Saat di tengah perjalanan sekitar pos 2 dan 3, langit menjadi gelap karena kabut padahal saat itu pukul 12 siang. Agak mencekam sebenarnya, tapi itulah serunya pendakian di hutan. Sampai di pos 2, kami istirahat sebentar. Selesai dari pos 2 kami ke pos 1 kembali istirahat dan lansung lanjut ke Pintu Rimba. Sesampaianya di Pintu Rimba, kami kembali berfoto bersama. Hari itu alhamdulilah ada petani kentang yang sedang memeriksa kebunnya dan membawa mobil, kami sempat nego sebentar. Lumayan ada tumpangan sampai ke Tugu Macan. Sesampainya di Tugu Macan, kami turun dan melanjutkan dengan long march, berjalan kaki menuju ke Basecamp Jejak Kerinci yang letaknya tak jauh dari Tugu Macan. Di Basecamp Jejak Kerinci kami menginap semalam, sebelum esoknya berangkat ke Danau Gunung Tujuh.

Spoiler for thank you kerinci, peace be with you:


Pengeluaran:

405.000 lorena lv140 jkt-bangko
20.000 isi ulang kartu brizzi transjakarta
10.000 bensin
70.000 makan!! 2x
10.000 ojek di bangko + nyari travel
80.000 logistik
90.000 travel bangko - sungai penuh
20.000 daftar di tnks
15.000 angkot sungai penuh - kersik tuo
10.000 ojek dari tugu macan, tempat daftar sampe mau ke pintu rimba
95.000 baju lengan panjang
5000 stiker
20.000 gantungan kunci
10.000 stiker
360.000 bus A.L.S antar lintas sumatra
200.000 makan! Buat berdua.
3500 transjakarta kalideres - blok m (turun di al-ahzar)

Total 1.445.000

Siapin duit ± 1.500.000 (via darat!)


Daftar nomer telpon
Pak Dudung - TNKS 0823-8044-5488
Travel Yoma 0853-84122-414
Johan Kerinci (Basecamp Jejak Kerinci) 0877-9311-3088


Spoiler for jangan dibuka gan agak gimana gituh dah../:ngakaks/ :


Satu hal lagi gan, pas bus lagi mau masuk ke pelabuhan di Bakauheni, nah kan ada pemeriksaan tuh (bus yang ane naikin jurusan Jakarta-Medan) nah, ada pemeriksaan, nah ane dikira kurir narkoba! sial sial!! ane jelasin dah ke petugas klo ane baru dari kerinci (udah muka ane kusut banget gan adalagi cobaan) akhirnya ditanya barang-barang dibagasi, alhamdulilah sih gk napa napa gan.. duh deg deg ser tuh emoticon-Takut (S)

Spoiler for als yang nganter pulang gan..:



“sekian gan catper ane, sebenernya itu udah lama sih, tapi baru sekarang ane sempet kumpulin pecahan pecahan catetannya."

saat di gunung tujuh:

Spoiler for penampakan uler di danau gunung tujuh:


Spoiler for warga lokal lagi ambil air:

Diubah oleh ashwind 22-02-2016 13:18
0
6.7K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANCKASKUS Official
1.9KThread1.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.