• Beranda
  • ...
  • Domestik
  • Sejarah Perayaan Cap Go Meh di Singkawang dan Ritual Tatung yang Mendebarkan

HandcraftyAvatar border
TS
Handcrafty
Sejarah Perayaan Cap Go Meh di Singkawang dan Ritual Tatung yang Mendebarkan
Setiap 15 hari setelah tahun baru Imlek, etnis Tionghoa di Indonesia merayakan hari Cap Go Meh, yang juga merupakan penutup dari rangkaian perayaan tahun baru China. Kata Cap Go Meh sendiri berasal dari dialek Tiociu atau Hokkien, yaitu Cap Go itu lima belas dan Meh itu malam. Sehingga Cap Go Meh dapat diartikan sebagai malam kelima belas.

Sedangkan dalam dialek Hakka disebut Cang Nyiat Pan yaitu cang nyiat adalah bulan satu dan pan itu pertengahan sehingga berarti pertengahan bulan satu. Sementara di negeri daratan Tiongkok, perayaan Cap Go Meh dalam bahasa mandarin disebut Yuan Shiau Ciek, yang artinya festival malam bulan satu, yang juga dikenal dunia sebagai Lantern Festival.




Sejarah Cap Go Meh

Sejarah Cap Go Meh itu sendiri memiliki beragam versi berdasarkan keyakinan, budaya, dan tradisi masing-masing daerah. Ada yang mengatakan Cap Go Meh merupakan festival yang dirayakan sejak dinasti Xie Han (206SM-4 M) untuk menandakan berakhirnya tahun baru Imlek.

Sedangkan pada dinasti Tung Han (25-220 Masehi), Perayaan Cap Go Meh untuk menghormati Sang Buddha Sakyamuni yang dipercaya menampakkan diri pada hari ke-15 bulan pertama di Dataran Timur. Sehingga Kaisar memerintahkan untuk sembahyang syukuran, arak-arakan, atraksi kesenian, dan memasang lampion.



Ada juga yang mengatakan sejarah Cap Go Meh dimulai sejak dinasti Tung Zhou pada abad 770 - 256 SM, ketika para petani memasang lampion yang disebut Chau Tian Can untuk mengusir hama tanaman. Seiring tahun, semakin banyak lampion yang dipasang sehingga membentuk pemandangan yang sangat indah, sehingga kemudian dirayakan setiap tanggal 15 di bulan pertama.




Ritual Tatung di Perayaan Cap Go Meh Singkawang

Sejarah Cap Go Meh di Kota Singkawang bermula sejak adanya gelombang migrasi etnis Tionghoa 400 tahun yang lalu, khususnya suku Khek dan Hakka dari Cina selatan ke Kalimantan Barat. Pada suatu waktu, tersebarlah wabah penyakit di perkampungan-perkampungan disana. Oleh karena belum ada pengobatan modern, warga kemudian mengadakan ritual tolak bala yang disebut Ta Ciau dalam bahasa Hakka. Sejak saat itulah, ritual tolak bala ini dilakukan setiap tahunnya, yang juga disebut ritual Tatung.



Hingga kini, perayaan Cap Go Meh di kota Singkawang sudah berakulturasi dengan budaya lokal, dirayakan secara meriah dengan pertunjukan ilmu kebal yang dilakukan oleh para Tatung, orang-orang kebal yang menunjukkan kesaktiannya. Secara makna, ritual tatung tersebut dilakukan untuk mengusir bala atau roh-roh jahat dari seluruh penjuru kota.





Setelah para Tatung kerasukan, mereka menunjukkan kesaktiannya dengan menusuk jarum-jarum panjang ke pipi dan mulut mereka, menunjukkan kekebalan terhadap golok dan pedang, mengupas kelapa menggunakan gigi, dan bermacam aksi mendebarkan lainnya. Sekalipun mereka berdarah, luka-luka mereka dapat sembuh dengan cepat.



Walaupun ritual Tatung dilakukan pada perayaan etnis Tionghoa, Cap Go Meh. Ritual Tatung ini juga dilakukan oleh suku Dayak sebagai bukti akulturasi dan hubungan harmonis diantara mereka. Dari orang tua, pria dewasa, bahkan perempuan dan anak-anak, dapat menjadi Tatung, tentunya dengan melakukan ritual terlebih dahulu dan bertujuan untuk mengusir kemalangan.

Sumber : Dwidayatour - Travel Blog & Journalism
Diubah oleh Handcrafty 26-01-2016 08:52
0
1.3K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Domestik
DomestikKASKUS Official
10.2KThread3.6KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.