Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

saifulismAvatar border
TS
saifulism
Piramida Paling Misterius Di Dunia Yang Jadi Sahabat Marketers Hebat
Dunia sudah mengenal sebuah Piramida yang tersohor didunia. Dibangun tahun 2560 SM, dan butuh waktu kurang lebih 20 tahun untuk menyelesaikan bangunan setinggi 146,6 meter ini. Terlepas dari ulasan para ahli tentang piramida tersebut, ternyata masih banyak misteri-misteri yang belum terpecahkan dari bangunan yang menjadi warisan kebudayaan dunia itu.


Piramida Agung Giza Yang Eksotik Dan Misterius

Selain Piramida Agung Giza yang eksotik itu, ada satu Piramida yang juga cukup terkenal dunia, namun tidak banyak orang yang menyingkap keangkerannya.

Piramida ini memang tidak se eksotik Piramida Giza tinggalan Mesir kuno. Namun piramida inilah yang disinyalir berperan menggerakkan perekonomian dunia, mulai dari jaman bahuela dulu hingga jaman digital seperti saat ini. Pengaruhnya bahkan jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan si Giza, karena pengaruh piramida ini merambah keseluruh dunia dan kesemua peradaban.


Nama piramida ini adalah Piramida Maslow, nama lengkapnya MASLOW’S HIERARCHY OF NEEDS PYRAMID atau piramida yang menggambarkan tingkatan kebutuhan manusia.


Piramida Maslow Kemesteriusannnya Tidak Kalah Dengan Piramida Giza

Sejak diungkap oleh Abraham Maslow dalam papernya “A Theory of Human Motivation” (1943), piramida ini mampu menggambarkan dengan sangat gamblang, bagaimana sebenarnya hierarki dari kebutuhan manusia berikut motivasi manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Menurut Maslow ada lima tingkat kebutuhan dasar yang dimiliki manusia, yaitu : kebutuhan fisiologis (Physiological), kebutuhan akan rasa aman (Safety), kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang (Love and Belonging), kebutuhan akan penghargaan (Esteem) dan kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization). Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Persis dengan pelajaran ekonomi yang kita terima pas awal-awal masuk bangku SMP.


“ESTEEM STAIR” – Anak Tangga Paling Angker


Saya akan sedikit ulas di level 1 tingkat sebelum puncak pada Piramida tersebut, yup “Esteem” atau anak tangga tentang “kebutuhan akan penghargaan”. Terlepas kita mau mengakui atau tidak manusia mulai banyak berubah ketika ia berada pada level ini.

Kalo dulu pas jaman masih kuliah ngopi secangkir 4 rebu itu kaya mahaaal banget. Sekarang ngopi secangkir tujuh puluh rebu di Setarbak or Excelso enteng aja ngeluarin uang dari saku..eh sori gesek. Apakah misal kalo kita balik minum kopi yang 4 rebuan langsung mencret, mual-mual, muntah gatal-gatal? Gak juga sih. Bahkan ada loh yang ngopi mahal di mall yang kejang-kejang langsung meninggal. Hiii..ngerii

Duluuu banget ini, pas masih kuliah kemana-mana naik angkot kayak biasa banget, bahkan kalo ketemu temen diangkot bisa ketawa n ngakak bareng. Kalo sekarang sudah pasti beda..Ketauan teman kantor naik angkot pas berhenti dilampu merah rasanya udah lain…apalagi kalo udah bos..
Sekarang kemana-mana sudah pake mobil pribadi.. plus supir pribadi nya lagi. Iya…supir pribadi keluaga maksudnya, ya kita sendiri he he.
Masih inget juga dulu waktu kita masih SD, pake sepatu merek Eagle or Kasogi itu dah lumayan keren deh kayanya apalagi yang bisa nyala...

Dulu… pas awal2nya ngetren hape berkamera…ngetrend yang namanya selfie (self fotografie).. habis itu berkembang lagi ken arsis rame2 alias we-fie atau groufie (group-fotografie)…


Dan yang terakhir ini fenomena yang belum banyak keungkap oleh publik…aku namain aja STICKER-FIE atau selfie aktivitas lewat sticker chatting. Suka-suka ya penamaannya karena belum ada namanya juga sih, ngeksis lewat sticker.
Fenomena ini mungkin yang baru bisa merasakan (berkah) nya adalah tukang sticker he he. Kalau dulu motivasi saya buat sticker adalah buat balik modal dan nyari sampingan. Kalo sekarang sudah jauh bergeser. Sticker is for ‘have fun’… Padahal biaya untuk buat satu set sticker menggunakan illustrator professional itu perlu merogoh kantong cukup dalam loh.

“Mas kayanya asyik juga ya kalo bisa chatting dengan sticker sendiri”
“Maksudnya Pak? Pake sticker milik kita sendiri?”
“Iya…ya foto kita dikartun-kartun kan gitu.. kan lucu ya?”
“Ooh gitu, nanti kalo stickernya susah nembus marketnya gimana Pak? Kan susah balik modalnya?”
“Ah gak usah dipikirin itu… buat fun-fun aja, kan asyik juga tuh kalo chatting pake karakter kita sendiri…”
“Okay Pak kalo itu tujuannya…”


Nah mungkin habis ini (sudah mulai sih) trend nya selain Stickerfie, ada Couple-Stickerfie sticker isinya yang karakternya papi-mami, atau Family-fie atau sticker yang isinya sekeluarga, atau gank-fie yang isinya temen nongkrong satu gank. Kalau saya sih sebagai angota asosiasi tukang sticker Indonesia dengan tegas menyatakan 100 persen mendukung tren-tren ini karena bagus buat kantong Saya.

Fenomena seperti ini sudah secara alami akan muncul seiring dengan perkembangan perekonomian dan status seseorang. Ketika seseorang mulai meyakini ia sudah beada pada level status yang lebih tinggi, secara naluri ia akan berperilaku dan mengkonsumsi barang yang diyakini akan mendukung statusnya tersebut. Kalau para ahli psikologi menyebutnya fenomena ‘hedonic treadmill’.
Sebenarnya hal tersebut sah-sah aja asal secara spiritual tetap ada yang mengimbanginya dan keinginan-keinginan tersebut tetap terkontrol. Apakah bisa naluri tersebut dikendalikan? Bisa sih…. Tapi susaaaaaahhhhhh bingits..Yang paling masuk akal adalah diimbangi. Itupun susah juga tapi lebih realistis.

Kalau belanjanya gede berarti shodaqohnya juga lebih digedein dong...
Sepertinya nasehat seperti itu lebih realistis dibanding dengan menasehati orang untuk lebih qana’ah dan hidup sederhana artinya turun tangga lagi ke anak tangga dibawahnya pada diagram Maslow. Gengsinya itu looh…

Sebenarnya yang kasih nasehat untuk hidup sederhana itu juga banyak. Berhubung yang kasih nasehat juga pake busana dari Itang Yunasz atau Dian Pelangi jadi nasehatnya kadang kurang ngena.
Yang biasa kasih motivasi juga gitu, kadang memberikan kata-kata bijak langsung dikirim dari kamar hotel di Victoria Park Hongkong atau dari sebuah cottage eksotik di Maldives. Isi pesannya mengajarkan kita “Kita harus bisa menahan keinginan-keinginan sesaat kita, untuk memantaskan kita menjadi pribadi yang hebat”…
Szuuuperr Sekaliiii..

Yah itulah sekilas misteri keangkeran Piramida Maslow, yang orang kalo sudah menapak keatas, akan susah sekali baliknya. Dan itu tidak menjadi masalah selama yang sudah diatas ikut memikirkan nasib saudara-saudaranya yang masih dibawah. Dengan demikian ia tetap akan dipuncak dengan kemuliaan.

Dan apakah keangkeran piramida tersebut akan terus menghantui kita, karena terlepas sadar atau tidak sadar, Marketers akan terus memborbardir kita untuk lebih bersemangat menapak dan nyaman di tangga ESTEEM.
Marketers akan sangat senang kalau BRAND mereka sudah menjadi tuntutan emosional untuk mengukuhkan gaya hidup atau life style konsumennya.
Selama tas Luis Vuitton, Hermes dan teman2nya masih menjadi favorit kita.
Selama kita masih suka nongkrong di Setarbak dak Excelso…
Selama kita masih bangga pake ZARA, H&M, Cavalli dan lain-lain. Selama BMW, Mercedes, Ferari, Lambo, Maserati sudah ada di benak dan impian kita ..
Marketers akan terus tersenyum..



Marketers juga baru akan bisa tenang jika Brand mereka manteng di tangga ESTEEM tersebut. Karena jika level BRAND kita belum sampai level sana. Siap-siaplah ditinggalkan penggemar hanya karena BRAND kita berganti harga sedikit saja. Kalau katanya Prof. Keller, BRAND kita cuman kena HEAD nya aja doang, belum kena hatinya atau HEART nya.
http://www.kaskus.co.id/thread/53202...the-darkagain/


Piramida Maslow adalah teman para Marketers, kenalilah ia dengan baik dan manfaatkan kehebatannya. Niscaya ia akan mendatangkan keuntungan yang banyak sekali buat mereka sahabatnya. Ia akan memberikan margin yang luar bisa besarnya, kerena levelnya adalah memainkan emosi dan psikologis cutomers. Artinya sudah tidak hanya sekedar ‘adu fitur’, namun sudah pada ‘adu gengsi’. Brand sudah menjadi suplemen bagi konsumen. Kalo tidak memakai brand kita, mereka jadi lemah dan tidak bergairah. Kurang pede katanya. Pengen bukti, coba temen yang biasa pake iPhone 6s kita ganti hape nya pake Evercoss. Apakah masih diangkat tinggi-tinggi hape tersebut pas menerima panggilan? He he he


Semoga tulisan ringan ini bermanfaat ya Gan...
Ojo lali cendoleo nya yo Gans... emoticon-Smilie


Regards,
@saifulism

LINE ID: saifulisme
https://store.line.me/stickershop/pr...uct/1231360/en


Source:
http://www.forbes.com/sites/work-in-...0b2d868b2e5a64
https://tresnicmedia.com/maslows-hie...and-marketing/
http://cultbranding.com/ceo/maslows-...your-business/

0
2.7K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Ilmu Marketing
Ilmu MarketingKASKUS Official
9.4KThread3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.