Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

AzkaskusAvatar border
TS
Azkaskus
Need Saran & Kritik Brutal
Selamat siang agan dan sista sekalian..... emoticon-Peace

Ane mau coba share satu cerpen nih.. diminta banget masukannya dari agan sista semua ya biar ane bisa tau apa yang luput sebab orang lain itu merupa proyeksi; kau bisa mendapati pecahan dirimu di sana *APASIH AZKA* *PLAK* emoticon-Hammer (S)

emoticon-Berduka (S)

Oke daripada makin absurd.. mending langsung disimak aja yes. Komeng dari agan sista amat berarti bagi ane. Frontal aja gpp. Kalo emang cerpennya busuk kasih tau lepas aja. emoticon-Big Grin


PAGI


Apresiasi mungkin merupakan bentuk paling mudah untuk memberikan rasa bahagia, kataku pada diri sendiri.

Aku mengedarkan pandangan. Pagi masih belum sepenuhnya menjadi. Pukul lima dan matahari masih malu-malu keluar dari balik kamarnya. Di depanku menghampar sebuah lansekap laut keabu-abuan. Suara deburan ombak menerpa karang dan deru angin musim hujan saling bersusulan seumpama notasi nada menggelitiki telinga. Samar-samar suara burung elang dada-putih Cumiik ikut serta bernyanyi dari ketinggian sana. Satu pagi yang sempurna. Kucampurkan vodka sebanyak seperempat tutup botol ke dalam kopi lalu mengaduknya tujuh kali.

Aku masuk kedalam kamar untuk mengambil kretek. Ia masih nyenyak.

Sejenak aku terhenyak. Seringkali aku masih tidak percaya dengan skenario hidup itu sendiri, yang orang-orang kerap menyebutnya sebagai takdir. Apakah pertemuanku dengannya juga merupakan takdir? Aku tidak tahu. Terlalu rumit untuk dijelaskan dengan logika. Terlalu tidak masuk akal. Terlalu tidak mungkin jika ditakar dengan nalar. Tapi disisi seberang akalku juga tidak mau terima jika kami hanya dirangkum sesederhana: biarkan semesta membimbingmu dengan kuasanya yang misterius.

Aku tidak mau begitu saja mengikuti aliran sebab kemungkinan haruslah diupayakan. Tidak akan tahu hasilnya jika tidak dicoba. Hanya saja seringkali aku harus sabar menunggu dalam dera sebab mungkin belum waktunya aku mengerti apa maksud semesta. Aku mesti berpuas hati. Melihatnya tertidur merupakan nikmat yang paling kusyukuri kini. Selalu ada alasan untuk setiap kejadian. Pasti. Aku meyakininya dengan segenap hati.

Tidurnya sehening bayi. Semanis gulali. Seteduh embun pagi. Aku duduk di samping tempat ia tidur. Kuusap rambutnya perlahan, bertanya dalam hati kira-kira sedang mimpi apa ia. Kupikir tidak ada yang lebih melegakan daripada melihat orang yang dikasihi sedang lelap tertidur.

Kucium keningnya lembut. Dalam keadaan masih tertidur, ia berbalik membelakangiku. Selimutnya sedikit tersingkap. Punggungnya terlihat jelas hingga tulang ekor. Tato kecil bertuliskan fana di sayap kirinya semakin membuat lekuk itu terlihat indah.

"Kenapa fana?"Aku pernah bertanya.

Mencari-mendapati-kehilangan. Bukankah selalu begitu prosesnya?

Dan seumpama kematian adalah awal, tanda-tanda kehidupan mulai menghampiri tubuhnya. Aku seakan bisa melihat rohnya pulang setelah berkelana entah darimana.Tubuh itu sedikit menggeliat. Kelopak matanya membuka. Tajam dan menggairahkan, seperti biasa. Ia bangun dengan kesadaran sempurna seperti tidak tidur sama sekali.

“5:15.” Jawabku. “Belum terlambat untuk melihat matahari terbit. Pakailah dulu.” Aku memberikan piyama tidur miliknya yang semalam ditanggalkannya begitu saja.

Ia tak menggubris. Dengan setengah berdiri ia melingkarkan tangannya ke leherku, bergelayut manja sembari bersenandung. Gemas, kuletakkan kedua telapak tanganku di pipinya. Bibir kami bertemu.

Beberapa lalu kemudian, aku meloloskan diri dari rengkuhannya. “Oke, cukup. Kita bakal benar-benar terlambat.”

Aku tertawa. Ia pun sama. Jemarinya mencubitku gemas sebelum menyambar piyama dari tanganku lalu mengusirku keluar kamar.


***



Matahari sudah mulai genit. Rona merahnya mulai tampak dari balik laut. Kami berjalan menyusuri pantai.

Aku mengagumi caranya memungut sampah dari tanah, mengumpulkannya dalam kantung plastik. Aku mengagumi caranya merapikan rambut yang tersibak angin laut. Aku mengagumi matanya yang seringkali tajam menyudutkan namun juga bisa jadi begitu kosong tanpa makna. Ia dapat menjadi begitu manis dan menyegarkan sekaligus membuat siapapun akan ciut dan segan. Aku tidak ingat mulai dari kapan aku mengaguminya.

Yang jelas Ia tahu. Ia bisa sedemikian mudah dicintai. Pun karena itu ia dapat dengan mudah mematahkan hati. Ia pun tahu bahwa kami tak seharusnya tetap sedekat ini. Dua kekuatan gravitasi yang sama besar hanya akan saling melukai.

Aku mengajaknya duduk di undakan karang yang kering. Kami menikmati terbitnya matahari dalam sunyi bersama tiga ekor kepiting yang besar-besar.

“Aku telah memantapkan hati,” katanya sambil bangkit berdiri. Menatap laut.

Aku mengernyitkan dahi.

“Aku memutuskan untuk berhenti menyukaimu.”

“Memangnya sudah tidak cukup jika perasaan yang kita punya ini menjadi alasan kita tetap bersama?” Aku bertanya dengan nada kecewa. Aku bukan pasrah, hanya saja memintanya menarik ucapannya akan menjadi hal yang percuma. Ketika ia telah memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa menghalanginya maju. Termasuk dunia sekalipun.

Ia menoleh kearahku. Tersenyum, dan menggeleng. “Tidak ada pilihan untuk masa depan kita. Dan ketidakmungkinan pun merupakan bagian dari sebuah kemungkinan, no? You taught me.”

Kuhembuskan nafas. Berharap sesak dalam dada ini ikut amblas. “Aku benci Tuhan-Tuhan kita itu.”

Ia kembali duduk di sampingku. Kini lebih rapat. Jemariku digenggamnya erat. “Tapi keluarga kita amat mencintai-Nya, Sayang.”

Aku melempar kerikil ke dalam debur ombak. "Well...segala yang hidup kapanpun bisa mati. Cinta juga makhluk.”

“Setidaknya…” Lanjutku. Aku menatap matanya lekat-lekat. “Bolehkah aku menciummu sekali lagi?”

“Tolol.” Senyumnya mengembang seperti roti yang sedang dipanggang. Aku tertawa. Ia tertawa. Kami tergelak bersama.

“Curilah aku kapanpun kau mau.” Jawabnya dengan senyum paling manis dan mata yang berkilauan.

Sekali lagi.

Satu kali lagi.

Bibir kami resah.

Pipi kami basah.





Tamat emoticon-Selamatemoticon-I Love Indonesia

jangan lupa buat naruh jejak di komeng gan emoticon-Toast
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
819
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.