Kerja? (The day that never comes) Keyword : Pengangguran 2015
TS
EquilibriumAlfa
Kerja? (The day that never comes) Keyword : Pengangguran 2015
Hallo... Para kaskuser yang senantiasa mantengin monitor atau yang lagi asik browsing dengan banyak halaman tab atau juga para operator Warnet yg mantau Billing Explorernya sambil ngaskus.
Ngomong-ngomong pasti dari kalian semua sudah tidak familiar lagi yak dengar kata "Pengacara"iya Pengacara, tapi bukan Pengacara sebagai profesi. Melainkan singkatan dari Pengangguran Banyak Acara.
Kemudian kemungkinan bagi kalian yang Fresh Graduated bakal lebih takut kalo dengar kata tersebut atau melekat sebagai status (Saat ini Te-es lagi dapat predikat ini nih) atau ada punya sikap yang biasa saja karena sudah punya banyak koneksi setelah lulus Sekolah atau Kuliah untuk masuk ke Dunia Kerja.
Ane ada sedikit peribahasa : " Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Fokuslah pada kelebihan kalian, jangan fokus pada kekurangan kalian. [Jika anda telah berusaha untuk mengubah sesuatu namun tetap tak berhasil, cobalah untuk mengubah pandangan anda.]
Sebenarnya apa yang mau Te-es bahas hanya sedikit informasi mengenai persoalan Pengangguran di Tahun 2015 ini., kenapa begitu? karena Te-es pribadi punya pendapat bahwa sebelum kita menjadi bagian sesuatu kita harus mengenalnya, kemudian yang ane tekankan bahwa maksud isi Thread ini tidaklah/bukan untuk menggurui melainkan ane harapkan agar muncul diskusi bermanfaat dan sebagai tambahan informasi.
Berikut adalah beberapa hasil informasi yang ane dapat dengan keyword : Pengangguran 2015.
Definisi dari om Wiki :
Quote:
Pemerintah Targetkan Angka Pengangguran 5,6%
Disfiyant Glienmourinsie
Selasa, 27 Januari 2015 − 11:13 WIB
JAKARTA - Pemerintah dan DPR sepakat menargetkan angka pengangguran dalam draf RAPBN-P 2015 sebesar 5,6%.
"Komisi XI menambah target pembangunan, dengan begitu kita minta untuk membuat tingkat pengangguran itu besarannya 5,6%. Pak Andrinof sudah setuju," ujar Ketua Komisi XI DPR RI Fadel Muhammad di Gedung DPR RI Jakarta, Senin (26/1/2015) tadi malam.
Untuk angka tingkat kemiskinan, membutuhkan waktu berdebat cukup lama, karena dari Komisi XI DPR membutuhkan ekstra effort.
"Tingkat kemiskinan ini, teman-teman dari Komisi XI menginginkan adanya ekstra efort dari pemerintah agar tingkat kemiskinan itu single digit. Tapi pemerintah berasumsi, ini masih. Pada akhirnya, semua dibuat range, akhirnya kita patok dengan besaran 10,3%," jelas Fadel.
Sementara, untuk gini rasio, merupakan indeks yang sangat prihatin ketika harus melihat perkembangan yang ada.
"Kalau boleh kita minta 0,3 didepannya. Tapi pemerintah belum berani. Jadi pemerintah maunya 0,40%," ujar dia.
Maka, Komisi XI meminta pemerintah dalam memnfaatkan ruang fiskal yang besar diarahkan ke percepatan penurunan kmiskinan, gini rasio, pengurangan gap struktural dan regional serta perluasan kesempatan kerja dan berusaha.
"Kesempatan kerja dan berusaha, kita ingin dengan ruang fiskal yang besar dan pemerintah baru, ada perhatian khusus bagaimana memberikan perhatian kepada pengusaha menengah terutama dalam bidang industri dan lain-lain," pungkasnya. (izz) Sumber
Quote:
Usia Produktif Dominasi Pengangguran di Indonesia
Disfiyant Glienmourinsie
Selasa, 3 Maret 2015 − 14:02 WIB
JAKARTA - Ekonom dari Center Of Reform On Economics (CORE) Akhmad Akbar Susanto mengatakan, dari jumlah pengangguran Indonesia yang mencapai 7,3 juta jiwa, paling banyak didominasi usia produktif.
Usi tersebut rata-rata dialami oleh mereka yang putus sekolah tingkat SLTP di usia 15 tahun-an hingga lulus SMA di usia 18 tahun, dan tidak kuliah di usia 20-an hingga lulus perguruan tinggi pada usia 24 tahun-an.
Akhmad mengatakan, meski jumlah pengangguran terbuka Indonesia mencapai tingkat tertinggi pada 2005 dan terus mengalami penurunan sampai 2014, namun jumlahnya tetap besar.
"Pada Agustus 2014, jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,3 juta orang. Jumlah ini tetap besar meskipun sudah mengalami penurunan," ujarnya dalam diskusi bertajuk Tantangan Penciptaan Lapangan Kerja di Era Kabinet Kerja di Jakarta, Selasa (3/3/2015).
Dari 2005 hingga 2014, lanjut Akhmad, pengangguran terbuka yang paling besar terjadi di 2005 sebesar 11,90 juta jiwa dan yang paling rendah di 2012 sebesar 7,24. Semuanya didominasi usia produktif.
"Memang, meskipun porsinya berbeda-beda, namun bisa kita ambil kesimpulan bahwa hampir disemua tingkat pendidikan terdapat pengangguran. Tinggi rendahnya suatu pendidikan tidak menjamin bahwa mereka tidak akan menganggur," ujar dia.
Untuk jenis kelaminnya sendiri, pengangguran di Indonesia, laki-laki lebih tinggi tingkat penganggurannya dibanding perempuan. Hal ini dikarenakan, perempuan bisa berlindung di bawah kata-kata 'saya ibu rumah tangga' dan masih didominasi oleh usi produktif.
"Kesimpulan yang bisa kita ambil di sini adalah, tingkat pengangguran terbesar adalah anak muda, mereka adalah usia produktif namun tidak siap untuk terjun ke dunia kerja," pungkas Akhmad. (izz) Sumber
Quote:
Ekonomi Melambat, Pengangguran Indonesia Bertambah
Elisa Valenta Sari, CNN Indonesia
Selasa, 05/05/2015 15:24 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Melambatnya pergerakan roda ekonomi membawa dampak bagi sektor ketenagakerjaan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu satu tahun tingkat pengangguran di Indonesia mengalami pertambahan sebanyak 300 ribu jiwa.
Kepala BPS Suryamin mengatakan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2014 sebanyak 210 ribu jiwa. Sementara jika dibandingkan dengan Februari tahun lalu bertambah 300 ribu jiwa.
Suryamin menjelaskan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mencapai 7,4 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan untuk tingkat pendidikan tinggi.
"Ini karena ekonomi melambat, sehingga terjadi peningkatan pengangguran," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/5).
Berdasarkan data BPS, pengangguran untuk lulusan strata satu (S1) pada Februari 2015 menjadi 5,34 persen dibanding Februari tahun lalu yang hanya 4,31 persen. Begitu juga lulusan diploma mengalami peningkatan pengangguran dari 5,87 persen menjadi 7,49 persen. Serta pengangguran lulusan SMK yang bertambah dari 7,21 persen menjadi 9,05 persen.
Sementara untuk tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA mengalami penurunan, masing-masing yakni dari 3,69 persen menjadi 3,61 persen, 7,44 persen jadi 7,14 persen, dan 9,10 persen menjadi 8,17 persen.
"Februari 2015, TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dan tertinggi pada jenjang pendidikan SMK, diikuti diploma dan universitas," jelas dia.
Secara persentase, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2015 sebesar 5,81 persen, meingkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 5,7 persen. Namun, angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan TPT Agustus 2014 yang sebesar 5,94 persen.
Suryamin menjelaskan perubahan tingkat pengangguran di Indonesia terjadi selaras dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja yang sebanyak 3 juta orang dibandingkan dengan Februari 2014 atau sebanyak 6,4 juta orang jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2014. Sayangnya, angka serapan tenaga kerjanya jauh lebih rendah yakni hanya 1 juta jiwa selama periode Februari 2014-Februari 2015.
Kendati pengangguran bertambah, Suryamin mengklaim jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2015 juga bertambah 6,2 juta orang dibanding keadaan Agustus 2014 atau bertambah 2,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2014. JUmlah penduduk yang bekerja per Februari 2015 tercatat sebanyak 120,8 juta orang.
Pengaruh Sektor Pertanian
Berdasarkan sektor ekonominya, meningkatnya pengangguran di Tanah Air disebabkan oleh berkurangnya jumlah pekerja di sektor pertanian secara signifikan. Statistik menunjukkan, jumlah pekerja di sektor pertanian per Februari 2015 sebanyak 40,12 juta jiwa, susut 710 ribu jiwa jika dibandingkan dengan posisi Februari 2014 yang sebanyak 40,83 juta jiwa.
BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,71 persen pada kuartal I 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year). Artinya perekonomian nasional melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,14 persen secara tahunan.
Suryamin mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.724 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan.
Menurutnya, sumber sentimen negatif yang paling berpengaruh adalah perlambatan ekonomi Tiongkok dan Singapura, yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia baik ekspor maupun impor.
"Ekonomi Tiongkok turun dari 7,4 persen pada kuartal III 2014 menjadi 7,0 persen, sedangkan Singapura turun dari 4,9 persen menjadi 2,1 persen," kata Suryamin. (gir/gir) Sumber
Quote:
BPS: Jumlah Pengangguran Bertambah 320 Ribu Orang Akibat PHK
Elisa Valenta Sari, CNN Indonesia
Kamis, 05/11/2015 13:43 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa.
Sementara jumlah angkatan kerja bertambah 510 ribu orang menjadi 122,38 juta, jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2014 yang sebanyak 121,87 juta jiwa.
Secara persentase, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2015 sebesar 6,18 persen, naik dari 5,94 persen pada Agustus 2014.
Penduduk bekerja pada Agustus 2015 sebanyak 114,8 juta orang, berkurang 6 juta orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2015 dan bertambah 190 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2014.
Statistik menunjukkan, dari total 114 angkata kerja yang bekerja hingga Agustus 2015, sebanyak 34,31 juta orang masuk kategori pekerja tidak penuh. Apabila dirinci, pekerja tidak penuh tersebut terbagi lagi menjadi pekerja dengan status setengah pengangguran sebanyak 9,74 juta orang dan pekerja paruh waktu 24,57 juta orang.
Dengan demikian, tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 65,76 persen, turun dibandingkan dengan per Agustus 2014 yang sebesar 66,6 persen.
Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS Razali Ritonga menjelaskan, penduduk bekerja di atas 35 jam per minggu (pekerja penuh) pada Agustus 2015 sebanyak 80,5 juta orang atau 70,12 persen, sedangkan penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu sebanyak 6,5 juta orang atau 5,63 persen.
Pada Agustus 2015, lanjut Razali, penduduk bekerja masih didominasi oleh pekerja berpendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah, yakni sebesar 44,27 persen. Sementara penduduk bekerja dengan pendidikan sarjana ke atas hanya sebesar 8,33 persen.
Pemutusan Hubungan Kerja
Menurutnya, pertambahan pengangguran tersebut akibat meningkatnya jumlah angkatan tenaga kerja seiring dengan melemahnya daya serap tenaga kerja dari beberapa industri.
"Ya memang ada PHK dan daya serap yang agak menurun, sehingga pengangguarn agak meningkat. Jadi ada new entry yang pencari kerja baru tidak terserap ditambah sebagian ada PHK, sehingga ada missmatch," kata Rizali di kantor pusat BPS, Jakarta, Kamis (5/11).
Razali mengatakan sebagian industri yang melakukan PHK adalah industri yang memiliki ketergantungan terhadap bahan baku impor. Alhasil, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut menambah beban biaya produksi sektor industri tersebut.
"Kebanyakan memang yang bergantung dengan impor. Terjadi penghematan ongkos produksi, salah satunya mengurangi tenaga kerja. Akibat nilai tukar naik, yang impor rugi, yang ekspor untung," lanjutnya.
BPS mencatat selama periode Agustus 2014–Agustus 2015, kenaikan penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi di sektor konstruksi sebanyak 930 ribu orang atau 12,77 persen. Disusul kemudian sektor perdagangan sebanyak 850 ribu orang (3,42 persen), dan sektor keuangan sebanyak 240 ribu orang (7,92 persen).
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Kecuk Suhariyanto mengatakan ada pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Lemahnya daya serap tenaga kerja di sektor industri dan perpindahan profesi massal tersebut diduga menjadi penyebab tingginya pengangguran hingga Agustus 2015.(ags/gen) Sumber
2. GDP melambat dibandingkan tahun kemarin dibarengi dengan inflasi yang rendah.. Ini artinya daya beli berkurang
3. Daya beli berkurang berarti tingkat konsumsi turun
4. Tingkat konsumsi turun, penjualan perusahaan juga turun
5. Penjualan perusahaan turun, Perusahaan melakukan efisiensi termasuk melakukan PHK ke sejumlah karyawannya
6. Salah satu cara memperbaiki perlambatan ini adalah BI melonggarkan kebijakan BI rate.. Ane yakin pertengahan bulan ini BI rate turun 25 basis poin
Akhirnya, semoga keadaan carut marut perekonomian dan segala aspek yang menyebabkan pengangguran dapat segera berubah dan membuat kita tersenyum kembali.
Spoiler for Komen Kaskuser:
Quote:
Original Posted By mhmdzyndyn►Just gawe, learning by doing
Input process output,
Attraction
Inside outside
Bergolongan setipe
Quote:
Original Posted By uklunk►Ah mungkin hanya perasaan TS nya aja tuh, beda cerita kalo udah rejeki anak saleh mah
(Reserved juga buat kebutuhan lain )
Quote:
Original Posted By tokomapan►di mari sih penggaguran rata2 emang 21 sd 25 , karena memang baru lulus s1
skr agak susah juga cari kerja
Quote:
Original Posted By redz423648►Temen Ane banyak yg jadi Pengacara
Quote:
Original Posted By lovespa76►Kerjaan mah banyak gan... Cuma nyari yg mau ksh gaji tinggi yg susah
Quote:
Original Posted By patek.potong►kalo nyari kerja susah skrg
hrus brpikir kreatif gan
kalo bisa bkin usaha sndri
Quote:
Original Posted By onlyone.yellowc►widih
kerja gk kerja yg pnting dpt duit hehe