BajaiApp, Aplikasi Bajaj Daring Diluncurkan
JAKARTA, KOMPAS —Transportasi berbasis aplikasi daring atau online di Jakarta kian berkembang. Jika sebelumnya transportasi aplikasi digunakan oleh ojek sepeda motor, sekarang aplikasi serupa diterapkan pada transportasi bajaj.
Kehadiran BajaiApp diharapkan memudahkan konsumen dalam mengakses jasa bajaj dan dapat meningkatkan pendapatan pengemudi bajaj.
Peluncuran BajaiApp dilakukan pada Rabu (7/10) di Pluit, Jakarta Utara. Setelah peluncuran secara resmi, bajaj yang sudah bergabung dengan BajaiApp berkonvoi ria ke Monumen Nasional.
Para sopir bajaj aplikasi terlihat ceria. Sebagian berfoto bersama di depan bajaj. Mereka mengenakan kemeja berlogo BajaiApp berwarna biru tua. Stiker dengan logo serupa terpampang di kaca depan bajaj masing-masing.
Sopir bajaj menyambut baik kehadiran BajaiApp. Mereka berharap pendapatan bertambah karena konsumen kian mudah dalam mengakses jasa mereka. Pasalnya, semenjak hadir ojek berbasis aplikasi, pendapatan bajaj menurun.
Nuchron, salah seorang sopir bajaj yang ikut bergabung dengan bajaj online, mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir pendapatannya menurun. "Kalau dirata-ratakan sekarang hanya dapat Rp 100.000 sehari. Sementara setoran per hari Rp 130.000. Sering nombok," kata Nuchron yang sudah menjadi sopir bajaj selama 25 tahun.
Begitu juga dengan Castum, lelaki yang sudah membawa bajaj selama 30 tahun, berharap, aplikasi bajaj tersebut dapat mendongkrak omzet mereka.
Aplikasi bajaj online tersebut tidak jauh berbeda dengan aplikasi ojek online, seperti Go-Jek, Blu-Jek, dan Grabbike. Aplikasi dapat diunduh melalui Google Play dan App Store. Cara penggunaan BajaiApp juga relatif sama dengan aplikasi ojek. Untuk memesan bajaj, calon penumpang tinggal memilih lokasi dan tujuan. Di sana harga langsung keluar secara otomatis. Satu bajaj bisa untuk 3-4 orang. Apabila penumpang lebih dari satu orang, dikenai biaya tambahan Rp 5.000. Membawa barang yang banyak juga dikenai biaya tambahan Rp 5.000.
Tarif masih dikaji
Pencetus aplikasi BajaiApp, Fery Njomin, mengatakan, penentuan tarif belum final. Saat ini, tarif masih dikaji bersama Organda DKI, pemilik bajaj, dan pengembang aplikasi PT Roda Mandiri Indonesia.
"Kami ingin tarifnya tidak memberatkan konsumen dan tidak merugikan sopir," kata Fery.
Memang saat ini tidak jelas bagaimana penentuan tarifnya. Saat pemesanan dilakukan, tarif langsung muncul di layar telepon pintar. Namun, tidak ada perincian berapa jarak tempuh dan berapa harga per kilometer.
"Ini masih uji coba. Dalam perjalanan terus kami sempurnakan," kata Fery.
http://print.kompas.com/baca/2015/10...ng-Diluncurkan
Semoga saja dapat meningkatkan kesejahteraan para driver bajaj dan memberikan efek positif bagi transportasi Jakarta.