act.idAvatar border
TS
act.id
Menakar Fakta 7,6 Juta Jiwa Pengungsi Suriah

PERANG SIPIL di Suriah menciptakan satu dari sekian bencana kemanusiaan terburuk abad ini. Bahkan sejumlah organisasi kemanusiaan dunia seperti Amnesty Internasional, Human Rights Watch, Oxfam menyebut krisis Suriah sebagai krisis kemanusiaan terbesar sepanjang usia manusia di bumi. Jumlah warga sipil tak berdosa yang menderita, lebih dari 11 juta orang. Mereka terpaksa mengungsi menjauh dari wilayah wilayah konflik demi menyelamatkan jiwa mereka. Bencana tersebut juga berpengaruh besar atas negara-negara tetangga mereka.

Krisis kemanusiaan Suriah diawali dengan demo anti-pemerintah pada bulan Maret 2011. Protes damai, yang merupakan bagian dari gelombang Arab Spring itu semakin besar pasca tentara pemerintah meresponnya dengan kekerasan. Pemberontak pun bangkit melawan rezim. Sejumlah tentara melakukan pembelotan dan warga sipil ikut angkat senjata. Perpecahan antara pejuang sekuler dan Islamis, dan antara kelompok etnis, menyulut api perang yang meminta banyak korban.

Setelah lebih empat tahun konflik, diperkirakan lebih dari 220.000 orang tewas. Sebagian besar warga sipil. Penghancuran infrastruktur kota-kota di Suriah dan pelanggaran hak asasi manusia sampai pada tahap mengerikan. Ironisnya, kebutuhan dasar seperti makanan dan perawatan medis bagi para korban konflik tersebut sangat jauh dari memadai.

PBB melaporkan diperkirakan 7,6 juta orang Suriah mengungsi. Setengah dari dari 23 juta warga negara Suriah, membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak. Mereka tercerai berai, ada yang masih bertahan di negaranya atau menyelamatkan diri melintasi perbatasan berbagai negara. Mereka memutuskan melarikan diri setelah melihat kenyataan wilayahnya menjadi arena perang, menyaksikan anggota keluarga tewas oleh senjata mesin yang membabi buta atau rumah mereka yang rata dengan tanah akibat bom.

Sebagian warga Suriah mengungsi di Yordania (629.245 jiwa), Lebanon (1.172.753 jiwa), Mesir (132.375 jiwa), Irak (249.726 jiwa), dan Turki (1.938.999). Pengungsi yang berada di Irak bagian utara, lebih dari satu juta pengungsi, juga terjebak konflik yang terjadi di Irak.

Kini para ratusan ribu pengungsi Suriah mencoba melakukan perjalanan berbahaya melintasi Laut Mediterania dari Turki ke Yunani, berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa.

Mereka melakukan perjalanan bermil-mil, berhari-hari, dan dilakukan pada malam hari, demi menghindari penembak jitu atau tertangkap serdadu yang memaksa pemuda-pemuda sipil ikut mengangkat senjata membela pemerintah.

Dalam waktu lebih dari empat bulan sejak perang sipil pecah, Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi memberikan status pengungsi kepada 100.000 warga Suriah. Lalu pada April tahun 2013, 800.000 warga sipil Suriah terdaftar sebagai pengungsi. Lalu kurang dari empat bulan, angka itu terus bertambah menjadi 1,6 juta orang. Sekarang ada empat juta warga Suriah yang tersebar di seluruh wilayah, membuat mereka menjadi pengungsi terbesar di dunia di bawah mandat PBB.

Pada tahun ini, PBB memprediksi mungkin ada 4,27 juta pengungsi Suriah pada akhir 2015. Sebuah eksodus terburuk sejak genosida Rwanda 20 tahun yang lalu.

Kamp pengungsi resmi yang mereka tempati adalah Jordan Za’atari, yang dibangun tahun 2012. Saat itu Jordan Za’atari menjadi berita media lantaran menjadi tujuan utama para pengungsi Suriah. Sekitar 81.500 warga Suriah tinggal disana. Gurun tandus itu pun penuh sesak dengan tenda berwarna putih, toko darurat yang berbaris di jalan utama dan fasilitas olahraga berupa lapangan dan sekolah yang tersedia untuk anak-anak. Sejumlah kamp untuk pengungsi dibangun oleh pemerintah bersama PBB, seperti di Turki dan Yordania. Tetapi banyak pengungsi yang merasa terjebak dalam hiruk pikuk manusia yang membuat mereka meninggalkan kamp, atau mereka membangun kamp-kamp darurat sendiri yang diharapkan lebih nyaman. Tetapi fakta menyebutkan mayoritas pengungsi tinggal di luar kamp. Hal ini karena fasilitas kamp, selain penuh manusia, juga fasilitas kamp yang jauh dari memadai, hingga menjadi siksaan sendiri jika mencoba bertahan.

Bagi pengungsi yang tidak mendapatkan tenda pengungsi, akan mencari uang untuk sewa tempat tinggal. Tidak peduli untuk bangunan yang nyaris runtuh, mereka akan sewa sebagai tempat tinggal. Mereka bekerja, kendati ilegal, di Yordania dan Lebanon, dengan menerima upah rendah yang lebih sering tak mencukupi untuk membeli kebutuhan dasar mereka, yakni makan dan minum. Sementara itu pengungsi Suriah di Irak utara sedikit lebih baik, dimana warga Suriah dari etnis Kurdi boleh bekerja, kendati masih terbatas karena konflik yang juga terjadi di sana.

Kekurangan air bersih dan sanitasi yang tak memadai di pemukiman darurat, membuat ancaman kolera dan polio mengintai sewaktu-waktu. Terlebih pelayanan medis juga jauh dari harapan. Di beberapa daerah dengan populasi pengungsi terbesar, kekurangan air telah mencapai tingkat darurat. Pasokan air bersih bagi pengungsi hanya 30 liter per orang per hari.

Para pengungsi muda, usia sekolah, menghadapi masa depan yang tidak pasti. Beberapa sekolah darurat membagi kegiatan belajar menjadi dua shift. Pengungsi yang begitu banyak, menyebabkan banyak anak-anak Suriah yang tak bisa sekolah dan tidak mampu membayar ongkos transportasi untuk sampai ke sekolah.

Menurut PBB, lebih dari setengah pengungsi Suriah berada di bawah usia 18 tahun. Sebagian besar telah keluar dari sekolah selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Anak-anak sudah pasti berada dalam kebingungan, kurang rasa aman, bahkan ketakutan dengan hidup yang harus mereka hadapi. Anak-anak yang lebih tua dipaksa untuk tumbuh lebih cepat, mencari pekerjaan, bahkan sebagian ditemukan dalam keadaan mengemis di kota-kota di Turki dan mengurus keluarga mereka dalam keadaan putus asa. (ajm, mercycorps, dbs)

sumber
0
1.2K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.