- Beranda
- Stories from the Heart
[CERITA FIKSI] Bisnis MLM yang tidak terduga
...
TS
hanzorider
[CERITA FIKSI] Bisnis MLM yang tidak terduga
Hai agan-agan semua..
Ane sebenarnya sudah daftar di Kaskus sudah lama, tetapi tidak pernah posting. Belakangan sih posting di FJB, tetapi itu juga tidak sering. Sekarang ane mau coba start posting cerita yang ane tulis sendiri nih.
Oh ya, sebelum dimulai, ane cuman mau menyampaikan kalau cerita ini adalah cerita fiksi yang lahir dari imajinasi ane, setelah membaca beberapa sumber (termasuk komik Jepang ). Jadinya ane mau minta maaf kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa dan lain-lain, karena itu berarti hanya ketidaksengajaan belaka.
Jika memang ada yang mirip dan ingin protes, ane siap dikirim PM untuk mengganti nama-nama yang terkait .
Selama dua minggu berturut-turut, Rudi selalu dengan bangganya menunjukkan keberhasilannya meninggikan tubuh. Selain itu, ia juga selalu memperlihatkan-ku dua lembar foto dari seorang pria. Tentu saja foto itu bukanlah foto selfie yang menjadi trend banyak orang sekarang, melainkan foto yang menunjukkan betapa pria itu berhasil menambah 20 cm tinggi hanya dalam 2 bulan saja. Siapapun yang memiliki mimpi untuk dikerubungi oleh wanita-wanita, ataupun yang memiliki cita-cita untuk menjadi pemain basket profesional, hampir pasti memendam rasa iri terhadap pria di foto ataupun Rudi (sebagai informasi tambahan, Rudi berhasil menambah tinggi 10 cm hanya dalam 3 minggu saja).
“Jadi, kalau kamu mau membeli pelat besi penambah tinggi ini…,” ujar Rudi sembari memegang dua buah pelat besi. “Dan kau menempelkannya pada betismu secara rutin, maka kau akan meninggi dengan sangat mudah,”.
“Oh ya?” tanyaku pada saat itu, tentu saja dengan nada yang malas-malasan.
“Benar sekali!” seru Rudi dengan sumringah. “Harganya juga sangat murah loh! Hanya dua ratus ribu rupiah saja!”.
Bagi seorang anak kuliah yang jatah makan seharinya hanya tiga puluh ribu rupiah, tentu saja dua ratus ribu itu nominal yang tidak bisa dibilang kecil. Selain angka yang jumlahnya adalah tujuh hari jatah makan, masih ada lagi alasan mengapa aku sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan terhadap produk yang sedang dipegang oleh Rudi ini. Tidak lain alasan tersebut adalah strategi Multi-Level Marketing yang tengah diluncurkan oleh Rudi kepadaku.
“Kalau kau sudah membeli satu saja produk PT. Trikalexianda, maka kau sudah resmi menjadi anggota MLM Trikalexianda,” ujar Rudi lagi. “Setelah itu, jika kau berhasil menemukan downline sebanyak lima orang, maka di tahap pertama kau pasti akan mendapatkan lima ratus ribu ditransfer ke rekeningmu. Jumlah itu akan terus meningkat jika downline-mu berhasil mendapatkan downline-downline lain!” lanjut Rudi panjang lebar. “Kau bahkan bisa mendapatkan lima unit apartemen mewah jika kau terus konsisten selama dua tahun penuh!”.
“Hmmm,” gumamku malas-malasan. “Begitu ya?”.
“Iya!” seru Rudi sembari menganggukkan kepala dengan semangat.
Rudi terus menerus memandangiku dengan senyuman yang tidak pernah surut. Itulah yang membuatku merasa tidak nyaman, sampai-sampai aku mencoba mengalihkan perhatianku ke atas meja. Setidaknya retakan-retakan di meja jauh lebih menarik untuk dilihat ketimbang wajah seorang sales MLM yang sangat-sangat menyebalkan.
Sembari mengamati retakan-retakan di meja coklat ini, aku terus berpikir akan alasan apa yang bisa kubuat untuk menghindari strategi MLM ini. Aku-sih sudah sering membaca artikel online mengenai cara menghindari MLM. Semua tips dan trik yang diberikan terlihat sangat mudah. Namun ketika aku ingin melaksanakannya, ternyata semua itu sangat-sangat sulit untuk dipraktekkan. Alasannya hanya satu: Rudi adalah teman dekatku sejak kecil.
“Bagaimana, menarikkan?” Rudi mulai mengeluarkan suara karena aku tidak kunjung memberikan respon.
Mendengar Rudi malah membuatku menggaruk-garuk kepala. Aku terus menerus memutar otak untuk mencari cara untuk melepaskan diri dari temanku ini. Beruntung karena aku tiba-tiba teringat akan satu kelemahanku yang aku yakin akan menjadi hambatan untuk “maju” dalam bisnis MLM ini. Kelemahan itu tidak lain adalah: Ketidaksanggupan untuk membujuk seseorang atau bahkan mendekati orang asing untuk diajak mengobrol.
“Hmm, Rudi, tawaranmu sih menarik,” ujarku yang mulai membuka mulut. “Tetapi rasanya aku tidak bisa ikut bisnis ini. Soalnya aku tidak pandai berbicara. Aku yakin tidak akan ada downline yang mau kuajak. Kalaupun ada, aku tidak bisa mendukung mereka untuk terus maju. Kan tugas seorang upline adalah terus mendukung downline-nya dalam aspek apapun, termasuk dalam dukungan moral,”.
“Ooo kamu tenang saja,” ujar Rudi sembari menepuk pundakku. “Kau hanya perlu membuat lima orang menjadi downline, setelah itu semua dukungan dan apapun akan diberikan secara langsung oleh Trikalexianda. Bisa dibilang, kau tidak perlu menghubungi downline-mu lagi. Yah kecuali kalau kau mau sendiri yaaa,”.
“Oh ya?” aku mulai bertanya balik kepada Rudi. “Biasanya MLM tidak ada yang seperti itu,” lanjutku lagi.
“Ya Trikalexianda-mah berbeda sama MLM yang lain. Dia itu memprioritaskan kenyamanan karyawannya. Dia juga memperhatikan semua kelemahan karyawannya, sehingga secara maksimal mau membantu di karyawan,” jelas Rudi padaku.
“Hmm, begitu-kah?” tanyaku lagi pada Rudi, tetap pada pendirianku bahwa aku tidak akan pernah mempercayai MLM.
“Ya, begitu!” seru Rudi, kembali dengan senyuman yang lebar di wajahnya.
*****
Singkat kata, aku memutuskan untuk bergabung dengan Trikalexianda. Tentu saja itu bukan karena aku mempercayai strategi MLM-nya, melainkan karena aku ingin cepat-cepat terlepas dari Rudi. Tetapi karena aku tidak memiliki banyak tabungan, aku memilih produk lain yang notabene adalah sebuah krim untuk menghapuskan jerawat. Krim yang memiliki volume 100 ml ini dibanderol dengan harga lima puluh ribu rupiah. Dengan kata lain, setelah aku menyerahkan selembar lima puluh ribu kepada Rudi, secara resmi aku telah menjadi anggota dari Trikalexianda.
Selama lima minggu ke depan, aku sama sekali tidak mencari downline untuk Trikalexianda. Aku juga bahkan tidak menggunakan produk krim jerawat yang kubeli. Aku baru mulai mem-prospek dua orang di minggu ke-enam, yang di mana alasan aku melakukan hal bodoh ini adalah karena aku sedang ingin bercanda saja. Yang membuatku sangat bersemangat dalam mem’bohongi’ mereka semua, tidak lain adalah karena dua orang ini sangatlah mudah dikelabuhi. Hanya dalam setengah jam setelah aku membujuk rayu mereka, mereka langsung membeli produk Trikalexianda.
Setelah dua orang ini bergabung, aku tetap saja mem-prospek orang lain sampai tujuh orang. Sekali lagi, alasannya karena aku cukup senang setelah berhasil mengelabuhi mereka semua. Pada akhirnya, setelah dua minggu aku mulai mem-prospek, aku memiliki sebelas orang downline.
Dengan cepat aku memeriksa internet banking setelah orang tuaku memberitahuku melalui WhatsApp bahwa mereka baru saja mentransfer dua juta untuk uang bulananku. Karena kebetulan dompetku sudah tipis sekali, aku benar-benar berharap cemas ketika aku membuka Mutasi Rekening pada Intenet Banking-ku. Sebagai informasi tambahan, sebelum orang tuaku mentransfer uang, uang di tabunganku tinggal delapan puluh ribu rupiah. Itu berarti jatah dua setengah hari makan, jika dan hanya jika orang tuaku lupa memberikan uang jajan tambahan untukku.
Itulah yang aku lihat di layar komputerku, sesaat setelah aku membuka Mutasi Rekening. Selain telah menerima uang jajan dari orang tuaku, tanpa kusangka aku juga menerima uang dari PT Trikalexianda. Di saat yang hampir bersamaan dengan aku melongo kaget, otakku mulai berpikir akan alasan mengapa aku bisa menerima uang dari Trikalexianda.
“Aku sudah mendapatkan sebelas downline. Apakah itu alasan mengapu aku mendapat tambahan 1.300.000 rupiah?” tanyaku keheranan.
Aku langsung memutuskan untuk menelepon Rudi untuk menanyakan tentang hal ini. Hanya dalam semenit saja, aku langsung mendengar suara Rudi di seberang sana.
“Hei, Rudi, aku mendapat 1.300.000 dari Trikalexianda,” ujarku dengan nada datar, seolah-olah aku tidak bahagia sama sekali dengan uang jajan tambahan.
“Oh ya? Bagus dong?” ujar Rudi dengan nada datar.
Aku keheranan dengan nada datar Rudi. Sebagai seorang upline, seharusnya dia kan bangga jika downline-nya sukses sungguhan. Kenapa dia malah terdengar biasa saja ya? Apakah dia tidak seberhasil aku?
“Sudah ya, aku harus mencari satu downline lagi. Jika tidak, aku tidak bisa memenuhi targetku untuk periode enam bulan ini,” ujar Rudi yang langsung memutuskan sambungan telepon.
Aku hanya bisa terbengong saja ketika aku mendengar bunyi telepon yang tidak lagi tersambung. Sembari terus bertanya-tanya pada diriku sendiri, aku melempar smartphone-ku ke atas ranjang. Selama setengah jem ke depan, sembari berbaring di atas kasur bulukku, aku terus memikirkan tentang nada datar Rudi. Tetapi pada akhirnya sih, aku melupakan itu semua karena aku teringat akan sesuatu yang sangat ingin kubeli selama ini, namun uangku tidak pernah cukup. Karena aku telah mendapat uang jajan tambahan, aku hanya tersenyum-senyum saja sembari membayangkan akan mendapatkan apa yang kuinginkan keeseokan harinya.
Tiga bulan-pun kemudian berlalu dengan cepat. Selama periode sembilan puluh hari itu, aku sama sekali tidak mencari Downline lagi. Bukan karena aku sedang sibuk kuliah, namun karena aku memang sedang malas menyusun kata-kata manis untuk menarik “korban”ku ke dalam perangkapku.
Biasanya sih bisnis MLM tidak pernah peduli jika karyawan-nya tidak aktif mencari Downline. Oleh karena itulah aku merasa damai-damai saja dengan ketidak-aktifanku ini. Toh aku tidak bakal dipecat, pikirku pada saat itu.
Yah, well, memang sih tidak ada sistem pemecatan dalam bisnis MLM. Namun di suatu pagi di minggu pertama di bulan keempat (bulan keempat sejak aku tidak aktif), aku mendapatkan pesan singkat yang mengatakan bahwa aku harus memenuhi target mencari tiga Downline tambahan, jika aku tidak mau mendapatkan sanksi dari Trikalexianda.
Membaca pesan yang dikirimkan melalui SMS itu, aku memutuskan untuk mengabaikannya saja. Palingan hanya orang-orang iseng yang ingin menakutiku saja, pikirku setelah aku menutup SMS itu.
Sayangnya, tindakan yang kupikir hanya iseng ini kembali terulang keesokan harinya. Bahkan SMS ini terus menerus dikirimkan setiap hari, sampai-sampai inbox-ku penuh oleh pesan dari pengirim yang mengaku dari Trikalexianda ini. Sejujurnya, hal ini pada akhirnya mulai membuatku ketakutan dan berpikir untuk melapor ke polisi. Aku tidak lagi peduli apakah ini candaan atau serius, namun aku ingin memastikan bahwa siapapun dalang di balik ini haruslah mendapat hukuman yang setimpal dari pihak berwajib. Tetapi sebelum aku melangkahkan kaki ke kantor polisi, terlebih dahulu aku memutuskan untuk menanyakan perihal ini kepada Rudi.
*****
Dari lima subjek yang kuambil pada semester ini, aku hanya sekelas dengan Rudi di dua kelas. Dua kelas itu diadakan di Hari Rabu dan Kamis. Oleh karena akhir-akhir ini aku tidak pernah berjumpa dengan Rudi di hari selain Rabu dan Kamis, aku memutuskan untuk mengambil kursi di samping meja favoritnya, untuk kemudian mempermudahku menanyakan perihal SMS iseng ini padanya. Siapa tahu kan dia juga mendapatkan SMS yang sama?
Kelas-pun dimulai sekitar setengah jam kemudian. Rudi baru sampai di kelas ketika dosen telah duduk di mejanya. Beruntung bagi Rudi karena dosen pelajaran saat itu sangatlah murah hati, sehingga ia tidak pernah mempedulikan murid-muridnya yang datang terlambat.
“Hei,Rudi,” aku memanggil Rudi yang duduk di mejanya (tepat di sampingku), namun tidak menoleh sedikitpun padaku. “Kau dapat SMS ancaman untuk menambah Downline tidak?”.
Rudi sempat terdiam dengan mata yang lurus ke papan tulis. Namun setelah berselang sekitar satu menit, ia tiba-tiba menoleh padaku dengan gerakan yang kaku. Ia lantas berkata padaku dengan kata-kata baku yang terdengar aneh di telingaku. “Saudara mendapatkan pesan singkat yang meminta saudara untuk mencari bawahan tambahan. Jikalau saudara tidak berhasil memenuhinya dalam waktu 3*24 jam, saudara akan mendapatkan sanksi dari Trikalexianda. Jikalau saudara mencoba melapor ke pihak berwenang, sanksi saudara akan diperberat dua kali lipat. Sekian pesan dari PT Trikalexianda,”.
Selesai mengucapkan kalimat itu, Rudi kembali menoleh ke papan tulis. Seperti sebelumnya, gerakan ia menoleh itu sangatlah kaku, seakan-akan Rudi pada saat itu tengah digerakkan dengan menggunakan semacam tali. Aku yang mulai merasa semakin takut pada saat itu, dengan tiba-tiba saja berpikir kalau Rudi benar-benar menyerupai sebuah robot yang gerakannya kaku dan bahasanya telah diatur oleh komputer. Asumsiku ini semakin bertambah kuat ketika aku menyadari betapa pandangan Rudi ke depan sangatlah kosong. Oleh karena kejanggalan-kejanggalan inilah aku semakin tidak bisa mengendalikan rasa takutku. Pada akhirnya, aku-pun memutuskan untuk meninggalkan kelas lebih duluan.
Ane sebenarnya sudah daftar di Kaskus sudah lama, tetapi tidak pernah posting. Belakangan sih posting di FJB, tetapi itu juga tidak sering. Sekarang ane mau coba start posting cerita yang ane tulis sendiri nih.
Spoiler for Introduction (belum memasuki cerita):
Bisnis MLM...
Siapa sih yang belum pernah mendengar tentang Bisnis yang kepanjangannya adalah Multi Level Marketing ini?
Yah, mungkin beberapa orang ada yang masih tidak familiar dengan bisnis jenis ini. Namun tetap saja, ane yakin banyak yang sudah familiar dengan bisnis jenis ini.
Singkat kata, produk yang dijual di bisnis ini bisa beraneka ragam. Yang menjadi ciri khas-nya adalah para "karyawan" ini harus mencari bawahan lain yang sering disebut dengan "downline". Jadinya, para "bawahan" ini akan disuruh membantu menjual produk yang diproduksi oleh perusahaan.
Sayangnya, para downline seringkali di"Sesatkan" dengan petuah-petuah bahwa hanya dengan mencari downline lain di bawah mereka, uang akan masuk ke rekening mereka. Dalam arti lain, mereka tidak perlu menjual produk, melainkan hanya cukup mencari bawahan saja.
Meskipun ane yakin masih banyak bisnis MLM yang bener2 murni jual produk dan tidak menawarkan reward abal-abal, tetapi tetap tidak bisa dipungkiri masih banyak bisnis MLM yang ane bisa bilang palsu. Nah cerita yang ane tulis ini, merupakan cerita yang lahir dari referensi bisnis MLM "palsu" ini. Dan sebagai tambahan, cerita ini genre-nya mengambil kehidupan nyata dan sedikit misteri atau thriller (sedikit aja loh ya ).
Jadi, dinikmati saja ya karya seorang newbie tua ini. .
Siapa sih yang belum pernah mendengar tentang Bisnis yang kepanjangannya adalah Multi Level Marketing ini?
Yah, mungkin beberapa orang ada yang masih tidak familiar dengan bisnis jenis ini. Namun tetap saja, ane yakin banyak yang sudah familiar dengan bisnis jenis ini.
Singkat kata, produk yang dijual di bisnis ini bisa beraneka ragam. Yang menjadi ciri khas-nya adalah para "karyawan" ini harus mencari bawahan lain yang sering disebut dengan "downline". Jadinya, para "bawahan" ini akan disuruh membantu menjual produk yang diproduksi oleh perusahaan.
Sayangnya, para downline seringkali di"Sesatkan" dengan petuah-petuah bahwa hanya dengan mencari downline lain di bawah mereka, uang akan masuk ke rekening mereka. Dalam arti lain, mereka tidak perlu menjual produk, melainkan hanya cukup mencari bawahan saja.
Meskipun ane yakin masih banyak bisnis MLM yang bener2 murni jual produk dan tidak menawarkan reward abal-abal, tetapi tetap tidak bisa dipungkiri masih banyak bisnis MLM yang ane bisa bilang palsu. Nah cerita yang ane tulis ini, merupakan cerita yang lahir dari referensi bisnis MLM "palsu" ini. Dan sebagai tambahan, cerita ini genre-nya mengambil kehidupan nyata dan sedikit misteri atau thriller (sedikit aja loh ya ).
Jadi, dinikmati saja ya karya seorang newbie tua ini. .
Spoiler for Peringatan Ramah:
Oh ya, sebelum dimulai, ane cuman mau menyampaikan kalau cerita ini adalah cerita fiksi yang lahir dari imajinasi ane, setelah membaca beberapa sumber (termasuk komik Jepang ). Jadinya ane mau minta maaf kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa dan lain-lain, karena itu berarti hanya ketidaksengajaan belaka.
Jika memang ada yang mirip dan ingin protes, ane siap dikirim PM untuk mengganti nama-nama yang terkait .
Spoiler for Bagian 1 = Pendaftaran:
Selama dua minggu berturut-turut, Rudi selalu dengan bangganya menunjukkan keberhasilannya meninggikan tubuh. Selain itu, ia juga selalu memperlihatkan-ku dua lembar foto dari seorang pria. Tentu saja foto itu bukanlah foto selfie yang menjadi trend banyak orang sekarang, melainkan foto yang menunjukkan betapa pria itu berhasil menambah 20 cm tinggi hanya dalam 2 bulan saja. Siapapun yang memiliki mimpi untuk dikerubungi oleh wanita-wanita, ataupun yang memiliki cita-cita untuk menjadi pemain basket profesional, hampir pasti memendam rasa iri terhadap pria di foto ataupun Rudi (sebagai informasi tambahan, Rudi berhasil menambah tinggi 10 cm hanya dalam 3 minggu saja).
“Jadi, kalau kamu mau membeli pelat besi penambah tinggi ini…,” ujar Rudi sembari memegang dua buah pelat besi. “Dan kau menempelkannya pada betismu secara rutin, maka kau akan meninggi dengan sangat mudah,”.
“Oh ya?” tanyaku pada saat itu, tentu saja dengan nada yang malas-malasan.
“Benar sekali!” seru Rudi dengan sumringah. “Harganya juga sangat murah loh! Hanya dua ratus ribu rupiah saja!”.
Bagi seorang anak kuliah yang jatah makan seharinya hanya tiga puluh ribu rupiah, tentu saja dua ratus ribu itu nominal yang tidak bisa dibilang kecil. Selain angka yang jumlahnya adalah tujuh hari jatah makan, masih ada lagi alasan mengapa aku sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan terhadap produk yang sedang dipegang oleh Rudi ini. Tidak lain alasan tersebut adalah strategi Multi-Level Marketing yang tengah diluncurkan oleh Rudi kepadaku.
“Kalau kau sudah membeli satu saja produk PT. Trikalexianda, maka kau sudah resmi menjadi anggota MLM Trikalexianda,” ujar Rudi lagi. “Setelah itu, jika kau berhasil menemukan downline sebanyak lima orang, maka di tahap pertama kau pasti akan mendapatkan lima ratus ribu ditransfer ke rekeningmu. Jumlah itu akan terus meningkat jika downline-mu berhasil mendapatkan downline-downline lain!” lanjut Rudi panjang lebar. “Kau bahkan bisa mendapatkan lima unit apartemen mewah jika kau terus konsisten selama dua tahun penuh!”.
“Hmmm,” gumamku malas-malasan. “Begitu ya?”.
“Iya!” seru Rudi sembari menganggukkan kepala dengan semangat.
Rudi terus menerus memandangiku dengan senyuman yang tidak pernah surut. Itulah yang membuatku merasa tidak nyaman, sampai-sampai aku mencoba mengalihkan perhatianku ke atas meja. Setidaknya retakan-retakan di meja jauh lebih menarik untuk dilihat ketimbang wajah seorang sales MLM yang sangat-sangat menyebalkan.
Sembari mengamati retakan-retakan di meja coklat ini, aku terus berpikir akan alasan apa yang bisa kubuat untuk menghindari strategi MLM ini. Aku-sih sudah sering membaca artikel online mengenai cara menghindari MLM. Semua tips dan trik yang diberikan terlihat sangat mudah. Namun ketika aku ingin melaksanakannya, ternyata semua itu sangat-sangat sulit untuk dipraktekkan. Alasannya hanya satu: Rudi adalah teman dekatku sejak kecil.
“Bagaimana, menarikkan?” Rudi mulai mengeluarkan suara karena aku tidak kunjung memberikan respon.
Mendengar Rudi malah membuatku menggaruk-garuk kepala. Aku terus menerus memutar otak untuk mencari cara untuk melepaskan diri dari temanku ini. Beruntung karena aku tiba-tiba teringat akan satu kelemahanku yang aku yakin akan menjadi hambatan untuk “maju” dalam bisnis MLM ini. Kelemahan itu tidak lain adalah: Ketidaksanggupan untuk membujuk seseorang atau bahkan mendekati orang asing untuk diajak mengobrol.
“Hmm, Rudi, tawaranmu sih menarik,” ujarku yang mulai membuka mulut. “Tetapi rasanya aku tidak bisa ikut bisnis ini. Soalnya aku tidak pandai berbicara. Aku yakin tidak akan ada downline yang mau kuajak. Kalaupun ada, aku tidak bisa mendukung mereka untuk terus maju. Kan tugas seorang upline adalah terus mendukung downline-nya dalam aspek apapun, termasuk dalam dukungan moral,”.
“Ooo kamu tenang saja,” ujar Rudi sembari menepuk pundakku. “Kau hanya perlu membuat lima orang menjadi downline, setelah itu semua dukungan dan apapun akan diberikan secara langsung oleh Trikalexianda. Bisa dibilang, kau tidak perlu menghubungi downline-mu lagi. Yah kecuali kalau kau mau sendiri yaaa,”.
“Oh ya?” aku mulai bertanya balik kepada Rudi. “Biasanya MLM tidak ada yang seperti itu,” lanjutku lagi.
“Ya Trikalexianda-mah berbeda sama MLM yang lain. Dia itu memprioritaskan kenyamanan karyawannya. Dia juga memperhatikan semua kelemahan karyawannya, sehingga secara maksimal mau membantu di karyawan,” jelas Rudi padaku.
“Hmm, begitu-kah?” tanyaku lagi pada Rudi, tetap pada pendirianku bahwa aku tidak akan pernah mempercayai MLM.
“Ya, begitu!” seru Rudi, kembali dengan senyuman yang lebar di wajahnya.
*****
Singkat kata, aku memutuskan untuk bergabung dengan Trikalexianda. Tentu saja itu bukan karena aku mempercayai strategi MLM-nya, melainkan karena aku ingin cepat-cepat terlepas dari Rudi. Tetapi karena aku tidak memiliki banyak tabungan, aku memilih produk lain yang notabene adalah sebuah krim untuk menghapuskan jerawat. Krim yang memiliki volume 100 ml ini dibanderol dengan harga lima puluh ribu rupiah. Dengan kata lain, setelah aku menyerahkan selembar lima puluh ribu kepada Rudi, secara resmi aku telah menjadi anggota dari Trikalexianda.
Selama lima minggu ke depan, aku sama sekali tidak mencari downline untuk Trikalexianda. Aku juga bahkan tidak menggunakan produk krim jerawat yang kubeli. Aku baru mulai mem-prospek dua orang di minggu ke-enam, yang di mana alasan aku melakukan hal bodoh ini adalah karena aku sedang ingin bercanda saja. Yang membuatku sangat bersemangat dalam mem’bohongi’ mereka semua, tidak lain adalah karena dua orang ini sangatlah mudah dikelabuhi. Hanya dalam setengah jam setelah aku membujuk rayu mereka, mereka langsung membeli produk Trikalexianda.
Setelah dua orang ini bergabung, aku tetap saja mem-prospek orang lain sampai tujuh orang. Sekali lagi, alasannya karena aku cukup senang setelah berhasil mengelabuhi mereka semua. Pada akhirnya, setelah dua minggu aku mulai mem-prospek, aku memiliki sebelas orang downline.
Spoiler for Bagian 2 = Bonus yang tidak terduga:
Dengan cepat aku memeriksa internet banking setelah orang tuaku memberitahuku melalui WhatsApp bahwa mereka baru saja mentransfer dua juta untuk uang bulananku. Karena kebetulan dompetku sudah tipis sekali, aku benar-benar berharap cemas ketika aku membuka Mutasi Rekening pada Intenet Banking-ku. Sebagai informasi tambahan, sebelum orang tuaku mentransfer uang, uang di tabunganku tinggal delapan puluh ribu rupiah. Itu berarti jatah dua setengah hari makan, jika dan hanya jika orang tuaku lupa memberikan uang jajan tambahan untukku.
- Transfer dari Muljono = 2.000.000
- Transfer dari PT Trikalexianda = 1.300.000
Itulah yang aku lihat di layar komputerku, sesaat setelah aku membuka Mutasi Rekening. Selain telah menerima uang jajan dari orang tuaku, tanpa kusangka aku juga menerima uang dari PT Trikalexianda. Di saat yang hampir bersamaan dengan aku melongo kaget, otakku mulai berpikir akan alasan mengapa aku bisa menerima uang dari Trikalexianda.
“Aku sudah mendapatkan sebelas downline. Apakah itu alasan mengapu aku mendapat tambahan 1.300.000 rupiah?” tanyaku keheranan.
Aku langsung memutuskan untuk menelepon Rudi untuk menanyakan tentang hal ini. Hanya dalam semenit saja, aku langsung mendengar suara Rudi di seberang sana.
“Hei, Rudi, aku mendapat 1.300.000 dari Trikalexianda,” ujarku dengan nada datar, seolah-olah aku tidak bahagia sama sekali dengan uang jajan tambahan.
“Oh ya? Bagus dong?” ujar Rudi dengan nada datar.
Aku keheranan dengan nada datar Rudi. Sebagai seorang upline, seharusnya dia kan bangga jika downline-nya sukses sungguhan. Kenapa dia malah terdengar biasa saja ya? Apakah dia tidak seberhasil aku?
“Sudah ya, aku harus mencari satu downline lagi. Jika tidak, aku tidak bisa memenuhi targetku untuk periode enam bulan ini,” ujar Rudi yang langsung memutuskan sambungan telepon.
Aku hanya bisa terbengong saja ketika aku mendengar bunyi telepon yang tidak lagi tersambung. Sembari terus bertanya-tanya pada diriku sendiri, aku melempar smartphone-ku ke atas ranjang. Selama setengah jem ke depan, sembari berbaring di atas kasur bulukku, aku terus memikirkan tentang nada datar Rudi. Tetapi pada akhirnya sih, aku melupakan itu semua karena aku teringat akan sesuatu yang sangat ingin kubeli selama ini, namun uangku tidak pernah cukup. Karena aku telah mendapat uang jajan tambahan, aku hanya tersenyum-senyum saja sembari membayangkan akan mendapatkan apa yang kuinginkan keeseokan harinya.
Spoiler for Bagian 3 = Yang Aneh:
Tiga bulan-pun kemudian berlalu dengan cepat. Selama periode sembilan puluh hari itu, aku sama sekali tidak mencari Downline lagi. Bukan karena aku sedang sibuk kuliah, namun karena aku memang sedang malas menyusun kata-kata manis untuk menarik “korban”ku ke dalam perangkapku.
Biasanya sih bisnis MLM tidak pernah peduli jika karyawan-nya tidak aktif mencari Downline. Oleh karena itulah aku merasa damai-damai saja dengan ketidak-aktifanku ini. Toh aku tidak bakal dipecat, pikirku pada saat itu.
Yah, well, memang sih tidak ada sistem pemecatan dalam bisnis MLM. Namun di suatu pagi di minggu pertama di bulan keempat (bulan keempat sejak aku tidak aktif), aku mendapatkan pesan singkat yang mengatakan bahwa aku harus memenuhi target mencari tiga Downline tambahan, jika aku tidak mau mendapatkan sanksi dari Trikalexianda.
Membaca pesan yang dikirimkan melalui SMS itu, aku memutuskan untuk mengabaikannya saja. Palingan hanya orang-orang iseng yang ingin menakutiku saja, pikirku setelah aku menutup SMS itu.
Sayangnya, tindakan yang kupikir hanya iseng ini kembali terulang keesokan harinya. Bahkan SMS ini terus menerus dikirimkan setiap hari, sampai-sampai inbox-ku penuh oleh pesan dari pengirim yang mengaku dari Trikalexianda ini. Sejujurnya, hal ini pada akhirnya mulai membuatku ketakutan dan berpikir untuk melapor ke polisi. Aku tidak lagi peduli apakah ini candaan atau serius, namun aku ingin memastikan bahwa siapapun dalang di balik ini haruslah mendapat hukuman yang setimpal dari pihak berwajib. Tetapi sebelum aku melangkahkan kaki ke kantor polisi, terlebih dahulu aku memutuskan untuk menanyakan perihal ini kepada Rudi.
*****
Dari lima subjek yang kuambil pada semester ini, aku hanya sekelas dengan Rudi di dua kelas. Dua kelas itu diadakan di Hari Rabu dan Kamis. Oleh karena akhir-akhir ini aku tidak pernah berjumpa dengan Rudi di hari selain Rabu dan Kamis, aku memutuskan untuk mengambil kursi di samping meja favoritnya, untuk kemudian mempermudahku menanyakan perihal SMS iseng ini padanya. Siapa tahu kan dia juga mendapatkan SMS yang sama?
Kelas-pun dimulai sekitar setengah jam kemudian. Rudi baru sampai di kelas ketika dosen telah duduk di mejanya. Beruntung bagi Rudi karena dosen pelajaran saat itu sangatlah murah hati, sehingga ia tidak pernah mempedulikan murid-muridnya yang datang terlambat.
“Hei,Rudi,” aku memanggil Rudi yang duduk di mejanya (tepat di sampingku), namun tidak menoleh sedikitpun padaku. “Kau dapat SMS ancaman untuk menambah Downline tidak?”.
Rudi sempat terdiam dengan mata yang lurus ke papan tulis. Namun setelah berselang sekitar satu menit, ia tiba-tiba menoleh padaku dengan gerakan yang kaku. Ia lantas berkata padaku dengan kata-kata baku yang terdengar aneh di telingaku. “Saudara mendapatkan pesan singkat yang meminta saudara untuk mencari bawahan tambahan. Jikalau saudara tidak berhasil memenuhinya dalam waktu 3*24 jam, saudara akan mendapatkan sanksi dari Trikalexianda. Jikalau saudara mencoba melapor ke pihak berwenang, sanksi saudara akan diperberat dua kali lipat. Sekian pesan dari PT Trikalexianda,”.
Selesai mengucapkan kalimat itu, Rudi kembali menoleh ke papan tulis. Seperti sebelumnya, gerakan ia menoleh itu sangatlah kaku, seakan-akan Rudi pada saat itu tengah digerakkan dengan menggunakan semacam tali. Aku yang mulai merasa semakin takut pada saat itu, dengan tiba-tiba saja berpikir kalau Rudi benar-benar menyerupai sebuah robot yang gerakannya kaku dan bahasanya telah diatur oleh komputer. Asumsiku ini semakin bertambah kuat ketika aku menyadari betapa pandangan Rudi ke depan sangatlah kosong. Oleh karena kejanggalan-kejanggalan inilah aku semakin tidak bisa mengendalikan rasa takutku. Pada akhirnya, aku-pun memutuskan untuk meninggalkan kelas lebih duluan.
anasabila memberi reputasi
1
1.9K
Kutip
5
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32KThread•45KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya