Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

s4nit0reAvatar border
TS
s4nit0re
Ngerinya Main Saham di CHINA, 30 Menit Seorang Investor Bisa Kehilangan Rp 196-T
Bursa Saham Rontok, Harta Investor China Ludes Dalam 3 Minggu
13 Jul 2015 at 06:40 WIB

Ngerinya Main Saham di CHINA, 30 Menit Seorang Investor Bisa Kehilangan Rp 196-T
Foto: The China Times

Liputan6.com, Jakarta- Setelah ekonominya melambat, China kembali diserang tekanan pada bursa sahamnya. Perdagangan harga saham anjlok sampai 30 persen dalam kurun waktu tiga pekan. Kondisi ini jelas merugikan investor China yang menanamkan modalnya pada portofolio investasi saham.

Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah mengungkapkan, di saat seluruh dunia fokus pada krisis Yunani, tekanan maraton menimpa perekonomian dunia. Kali ini, bursa saham China goyah dan semakin menghantam kesulitan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu.

"Pasar saham China rontok 30 persen. Pemilik saham di China yang mayoritas kalangan menengah baru harus kehilangan hartanya 30 persen dalam waktu tiga minggu," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Senin (13/7/2015).

Lebih jauh Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi pada Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengatakan, kejatuhan saham di China sebesar 30 persen mengakibatkan kerugian senilai US$ 3 triliun yang dialami investor.

"Kerugian investor akibat ambruknya pasar saham China mencapai US$ 3 triliun. Angka ini ekuivalen atau setara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Yunani. Jadi enggak bisa dianggap remeh atau biasa saja oleh China," jelas Firmanzah
http://bisnis.liputan6.com/read/2271...dalam-3-minggu


Saham Ambruk, Harta Orang Kaya di China Tergerus Rp 452 Triliun
04 Jul 2015 at 02:30 WIB

Ngerinya Main Saham di CHINA, 30 Menit Seorang Investor Bisa Kehilangan Rp 196-T

Liputan6.com, Shanghai - Setelah sukses bangkit dari nol hingga menjadi salah satu wanita terkaya di dunia, kini Pendiri Lens Technology, Zhou Qunfei harus menelan kenyataan pahit. Dirinya bersama sejumlah pengusaha terkaya lain di China, jika digabungkan, telah kehilangan harta hingga US$ 34 miliar atau Rp 452,5 triliun hanya dalam sehari. (kurs: Rp 13.309/US$)

Melansir laman Sydney Morning Herald, Sabtu (4/7/2015), penurunan bulanan terparah pada saham-saham China telah menghapus lebih dari Rp 452,5 triliun harta orang-orang terkaya di China dan Hong Kong pada Juni.

Dari 45 orang kaya yang ditelusuri indeks Bloomberg Billionaires, lebih dari 80 persen miliarder kehilangan hartanya saat bursa saham Shanghai anjlok sebulan lalu.

"Kekayaan para miliarder sangat bergantung pada naik dan turunnya nilai saham. Saat pasar tak stabil seperti sekarang, kekayaan mereka berkurang," kata analis di Capital Securities Corp., Zhang Lu.

Zhou, merupakan salah satu orang terkaya di China yang harus melihat hartanya berkurang begitu saja. Kekayaannya tercatat menurun US$ 4,8 miliar sepanjang Juni setelah saham perusahaannya anjlok 36 persen.

Zhou sempat menjadi wanita terkaya di China setelah perusahaannya melantai di bursa pada Maret lalu. Tak sendirian, kekayaan pimpinan Beijing Xinwei Telecom Technology Group Wang jing juta tercatat berkurang dari US$ 9,5 miliar menjadi US$ 6,9 miliar.

Sementara itu, pengusaha properti Lee Shau Kee kehilangan hartanya senilai US$ 1,5 miliar dari total kekayaan US$ 19,3 miliar. Berkurangnya kekayaan Lee terjadi setelah saham perusahaannya yang terdaftar di bursa Hong Kong menurun 6,7 persen sepanjang Juni.
http://m.liputan6.com/bisnis/read/22...rp-452-triliun


30 Menit, Orang Terkaya China Kehilangan Rp196,5 T
Jum'at,  22 Mei 2015  −  17:11 WIB

Ngerinya Main Saham di CHINA, 30 Menit Seorang Investor Bisa Kehilangan Rp 196-T
Orang terkaya China, Li Hejun kehilangan Rp196,5 triliun. Foto: ChinaFoto Press

HONG KONG - Orang terkaya di China, Li Hejun telah kehilangan kekayaan mencapai USD15 miliar atau setara Rp196,5 triliun (kurs Rp13.100) dalam 30 menit akibat merosotnya harga saham perusahaan miliknya, Hanergy Thin Film Power Group.

Dikutip dari CNBC, harga saham perusahaan Li anjlok hampir setengahnya. Perdagangan saham dihentikan pada Rabu dan Li tidak menghadiri pertemuan tahunan perusahaan.

Meski banyak miliarder yang kekayaannya terpangkas separuhnya dari waktu ke waktu, namun nilainya lebih sedikit jika dibanding kehilangan USD15 miliar dalam waktu setengah jam.

Dalam sejarah kehilangan kekayaan secara tiba-tiba, mungkin Li memecahkan rekor baru. Adapun, total kekayaan Li sekitar USD30 milliar atau setara Rp393 triliun sebelum saham perusahaanya jatuh.

Sebelum terkoreksi, saham perusahaan milik Li telah melonjak lebih dari lima kali lipat sejak September tahun lalu. Hal itu membingungkan analis. Terkait hal itu, Reuters melaporkan bahwa regulator Hong Kong sedang mengamati dugaan adanya manipulasi di pasar saham.

Selain Li, orang kaya China yang kerkecimpung di bidang properti dan elektronik, Pan Sutong juga menderita kerugiang tidak kalah banyak. Kekayaan Pan terkikis lebih dari USD11 miliar atau Rp144,1 triliun pada pekan ini karena saham perusahaannya, Goldin Financial dan Goldin Property ditutup terkapar lebih dari 40%.

Pan memiliki sekitar 65% saham di Goldin Property dan lebih dari 70% di Goldin Financial. Kekayaannya terdaftar lebih dari USD28 miliar atau setara Rp366,8 triliun, dan membuatnya menjadi orang kedua terkaya di Hong Kong.

Itu artinya, ada dua orang paling tajir di China yang telah kehilangan kekayaannya dalam satu hari setara dengan total kekayaan bersih yang dimiliki Carl Icahn, Steve Ballmer atau Michael Dell.

Pan dikenal memiliki gaya hidup mewah. Dia pendukung fanatik olag raga polo dan telah mensponsori acara polo di Inggris, yang dihadiri oleh Pangeran William dan Harry.

Pan juga memiliki kebun anggur di seluruh dunia, termasuk tiga di Prancis dan satu di Napa Valley, California, yang telah dibelinya seharga USD40 juta pada 2011.
source: http://ekbis.sindonews.com/read/1004...5-t-1432289490


Bursa China, Gelembung yang Dipellihara
Oleh Bloomberg Business, Jum’at, 10 Juli 2015

Ngerinya Main Saham di CHINA, 30 Menit Seorang Investor Bisa Kehilangan Rp 196-T

Kejatuhan indeks saham China menimbulkan pertanyaan kenapa regulator tak banyak mengambil langkah pencegahan sebelumnya. Ketua Komisi Pengaturan Pasar Modal China (CSRC) CSRC Xiao Gang telah memperingatkan investor agar tidak mengekor pergerakan pasar yang sedang mengalami lonjakan secara membabi buta. Tapi semua itu tak mencukupi mencegah bencana yang menghapus US$3,2 triliun nilai aset itu.

"Regulator seharusnya bisa lebih agresif dalam mengawasi perdagangan margin dan aturan jaminan saham," kata Andrew Wood, analis BMI Research berpusat di Singapura yang merupakan unit usaha Fitch Ratings, Kamis 9 Juli. "Sudah begitu jelas bahwa pasar sudah tampak tidak beres pada awal tahun ini."

Investor individu di China yang jumlahnya membludak sejak akhir 2014, terlihat dari pembukaan jutaan rekening perdagangan saham baru dalam enam bulan ini, memang memanfaatkan kelonggaran fasilitas utang margin untuk masuk ke pasar modal dan menimbun portofolio. Emiten juga melakukan hal yang sama dengan menggunakan saham perusahaan mereka sendiri untuk mendapatkan pinjaman dari bank.

CCRS hanya seperti berdiri mematung menyaksikan semua fenomena itu ketika media setempat kebanyakan membicarakan hal positif mengenai pasar modal yang oleh pemerintah China telah dijadikan sebagai alat untuk menciptakan kemakmuran rakyat. Bahkan jika itu berarti munculnya periode kenaikan indeks saham secara berlebihan, melonjak 55% sejak awal tahun, diikuti koreksi tajam, kemudian anjlok lebih dari 30% dalam tiga pekan.

"Ketika kebijakan pemerintah adalah memanfaatkan gelembung pasar saham untuk mendongkrak kekayaan rumah tangga, maka yang bisa dilakukan CSRC hanyalah meregulasi pasar saham," kata Chen Zhiwu, guru besar keuangan Universitas Yale University dan mantan penasihat kabinet pemerintahan China.
Pada Kamis kemarin indeks saham di China kembali membalik dengan kenaikan tertinggi dalam satu hari sejak 2009, setelah tiga pekan lesu dan sejak akhir pekan lalu mengalami anjlok tajam. Indeks Saham Gabungan Shanghai naik 5,2% ke 3.887 pada perdagangan Jumat 10 Juli siang pukul 13.55 waktu setempat setelah pada Kamis 9 Juli menguat 5,8%. Jangan lupakan suspensi perdagangan terhadap lebih dari 1.300 saham emiten yang menyumbang 40% kapitaliasai pasar.

Ini adalah dampak dari larangan pemegang saham utama untuk menjual sahamnya selama enam bulan ke depan dan mendorong perbankan untuk memperpanjang fasilitas pinjaman yang berjaminkan saham. Badan usaha milik negara juga didorong untuk melakukan pembelian kembali saham, sekaligus langkah 21 sekuritas besar mengumpulkan 120 miliar yuan untuk menahan jatuhnya harga saham.

Saham lain yang masih bebas diperjualbelikan akan langsung mengalami penghentian transaksi ketika harganya jatuh melampaui 10%. Semua langkah itu merupakan kebalikan dari segala upaya yang telah dijalankan pemerintah China untuk mendorong pertumbuhan pasar modal. Ketika regulator sedang menyiapkan perbaikan sistem untuk penawaran saham perdana, tiba-tiba proses IPO ini dihentikan.

Sebelum bencana terjadi, CSRC sebagai regulator juga telah melonggarkan persyaratan pinjaman margin untuk nasabah sekuritas untuk membeli saham. Bank Rakyat China mungkin telah mendorong munculnya mania saham dengan memangkas suku bunga dan rasio cadangan modal perbankan. Akibatnya, orang rela berutang untuk bermain saham. Mei lalu, bank sentral itu bahkan merilis laporan stabilitas finansial yang menyinggung pasar modal, hal yang jarang dilakukan, yang isinya bahwa mereka ingin mendukung "pengembangan pasar yang stabil dan sehat."

CSRC sebetulnya sudah pernah mencoba melakukan pengendalian pasar. Misalnya, mencegah tiga sekuritas menambah rekening pembiayaan margin pada Januari lalu. Namun, kebijakan itu memicu kejatuhan pasar dalam sehari. Setelah itu tak ada langkah lanjutan yang signifikan sampai 12 Juni, ketika indeks saham mencapai puncaknya, saat CSRC menetapkan batas atas untuk fasilitas pinjaman margin dan short selling.

Seharusnya regulator bisa melakukan lebih banyak hal untuk memperketat fasilitas pinjaman untuk spekulasi saham, terutama untuk saham emiten kecil yang sangat volatil. Masalahnya, itu bertentangan dengan kebijakan media yang dikendalikan pemerintah, salah satunya Kantor Berita Xinhua, yang terus memanas-manasi investor dengan berbagai pemberitaan positif mengenai pasar modal. "Serangkaian artikel pro-pasar dari Xinhua selama setahun ini telah menyita perhatian pembaca agar mereka tak melewatkan apa yang dianggap sebagai kepastian," kata Andrew Wood, merujuk pada iming-iming keuntungan besar dari bermain saham.
http://www.businessweekindonesia.com...a#.VaL_WV-qqko


Absurditas Bursa China
Kamis, 09 Juli 2015
Oleh Bloomberg Business,

Ngerinya Main Saham di CHINA, 30 Menit Seorang Investor Bisa Kehilangan Rp 196-T

Berapa sesungguhnya nilai perusahan China? Ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab di tengah kejatuhan paling parah yang menimpa indeks saham bursa efek Shanghai dan Shenzhen, diikuti Hong Kong yang ikut terdampak. Apalagi untuk negara dengan investor individu yang merupakan penggerak lebih dari 80% transaksi harian di bursa saham.

Ketika Beijing melancarkan berbagai intervensi untuk menahan kejatuhan lebih dalam dari pasar modal dengan kapitalisasi US$6,5 triliun itu dan suspensi perdagangan saham lebih dari 1.300 emiten, analis tak bisa lagi mengandalkan harga saham sebagai indikator nilai sebuah perusahaan di perekonomian terbesar kedua dunia itu. Peristiwa ini terjadi hanya kurang dari dua tahun setelah Partai Komunis China bertekad memberikan peran lebih besar kepada pasar dalam perekonomian, bagian dari reformasi terbesar China sejak 1990-an.

Dengan kebijakan penyelamatan bursa yang didesain untuk menghentikan kejatuhan harga saham yang selama tiga pekan ini telah menghapus US$3,2 triliun kapitalisasi pasar, hasil akhirnya mungkin justru bakal lebih buruk. Para investor masih berlomba-lomba menjual saham pada Rabu 8 Juli dan investor asing meneruskan pelarian modal panas di hari ketiga yang merupakan rekor saat Indeks Saham Gabungan Shanghai kembali anjlok 5,9%.

"Pasar telah mengalami kegagalan," kata Hao Hong, strategist China di Bocom International Holdings Company yang berkantor di Hong Kong. "Pasarnya terdistorsi karena kita terus mengubah aturan."

Ketika rekor tertinggi indeks saham Shanghai yang dicapai pada 12 Juni lalu akhirnya runtuh, pemerintahan Presiden Xi Jinping menjalankan intervensi untuk mencegah agar kejatuhan harga saham tidak menggerus kepercayaan rakyat terhadap kepemimpinannya. China saat ini memiliki lebih dari 90 juta investor individu, sebuah konstituen yang lebih besar dibandingkan anggota Partai Komunis China.

Otoritas China telah menunda proses penawaran saham perdana, membatasi spekulasi oleh pelaku short sell lewat indeks berjangka, mendorong sekuritas membeli saham dan badan usaha milik negara juga melakukan pembelian kembali saham mereka sendiri sekaligus mempertahankan kepemilikan saham yang dipegangnya. Puncaknya, regulator bursa membolehkan pembekuan perdagangan saham 1.331 perusahaan.

"Ini sungguh absurd," kata Tsutomu Yamada, analis pasar Kabu.com Securities Company di Tokyp. "Ini menunjukkan seberapa banyak kepalsuan di pasar. Mereka yang ingin menjual saham akan terus ingin menjual. Ketika perdagangan saham dibuka lagi, bayangkan berapa banyak aksi jual yang akan terjadi."

Intervensi pemerintah telah mendorong relasi harga saham historis ke tingkat yang ekstrem. Indeks berjangka CSI 300 di China, salah satu kontrak yang paling banyak ditransaksikan di dunia, anjlok ke rekor diskon harga dibandingkan dengan indeks saham pada Selasa 7 Juli. Menurut Jasper Lawler, analis CMC Markets di London, ini merupakan pertanda bahwa pialang derivatif memandang tingginya harga saham itu hanyalah artifisial belaka setelah diberlakukannya suspensi perdagangan saham secara massal dan berbagai langkah Beijing untuk menahan harga saham.

Perusahaan minyak PetroChina Company yang selama ini pergerakan sahamnya selalu sejalan dengan tren di bursa China pada umumnya, kini memimpin kenaikan harga di antara saham perusahaan minyak lain bahkan ketika Indeks Saham Gabungan Shanghai anjlok. Penyebabnya adalah pesanan beli dari dana investasi negara, mengubah PetroChina menjadi perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua setelah Apple Incorporated pada Selasa kemarin.

Distorsi ini mungkin akan menular ke bursa Hong Kong ketika investor juga mulai melepas portofolio untuk melindungi posisi investasi mereka di bursa China daratan menurut Tony Chu, manajer investasi RS Investment Management Company yang mengelola aset US$20 miliar dari wilayah otonom itu. Perbedaan harga antara saham dual-listing di bursa Shanghai dan Hong Kong, yang perdagangannya melalui kanal Shanghai-Hong Kong Stock Connect didominasi investor internasional, berada dalam posisi paling lebar sejak 2009. "Masalah utamanya adalah, intervensi pemerintah jelas menimbulkan lebih banyak keburukan dibandingkan kebaikan," kata Chu. "Benar-benar ada kepanikan di pasar."

Tentu China bukan satu-satunya pasar dengan sejarah intervensi negara. Selama krisis finansial Asia 1998, pemerintah Hong Kong membeli saham senilai US$15 miliar guna mengganjal pasar agar tidak jatuh semakin dalam. Di Amerika Serikat, Komisi Pengawas Pasar Modal juga pernah melarang aksi short sell secara termporer untuk beberapa saham ketika pecah krisis finansial global 2008. Goldman Sachs Group menyebut langkah penyelamatan bursa di China ini akan berjalan. Kinger Lau, strategist bank raksasa itu yang berkantor di Hong Kong, memprediksi Indeks CSI 300 yang berkapitalisasi besar akan mengalami reli naik 27% dalam 12 bulan ke depan ketika kepercayaan investor membaik dan langkah pelonggaran moneter mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di China.
http://www.businessweekindonesia.com...a#.VaMBsV-qqko

-----------------------------------

Ngerinya Main Saham di CHINA, 30 Menit Seorang Investor Bisa Kehilangan Rp 196-T

Kata pakar yang suka melantai di Lantai Bursa, bermain saham itu mirip main poker di meja judi dengan taruhan besar. Yang diperlukan itu 80% adalah faktor kesiapan psikologis/mental dari si pemain, baru sisanya yang 20% untuk skill dan pengetahuan. Bahkan sudah berpengalaman sekalipun seperti orang paling kaya di China saat ini , Li Hejun, yang masuk daftar majalah Forbes sebagai sepuluh orang terkaya se jagad untuk 2015, bisa kalah hingga Rp 196 triliun hhanya dalam 30 menit.

Apalagi pemain yang amatiran, atau pemula. Atau dia sekedar ibu rumah tangga atau anak-anak SMA yang mencoba mengadu peruntungan nasibnya seperti kasus di China itu, pastilah lebih banyak berurai-air mata.

Kasus anjlognya bursa Cina kali ini, cukuplah menjadi pembelajaran bagi warga Indonesia disini, yang masih awam, agar jangan coba-coba untuk bertindak nekad mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dialami ibu rumah tangga dan remaja di China itu.


Diubah oleh s4nit0re 13-07-2015 00:32
0
14.6K
59
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.9KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.