Gubernur BI: Tanpa Reformasi Struktural, Rupiah Sulit Menguat
23 JUN 2015



Rimanews - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan nilai tukar rupiah masih akan sulit menguat dalam waktu dekat apabila tidak ada upaya untuk melakukan reformasi struktural secara konsisten dan berkesinambungan.

"Untuk itu, Indonesia harus bisa konsisten melaksanakan reformasi struktural dengan baik, ada pengendalian inflasi dan upaya mengelola transaksi berjalan yang sehat," katanya di Jakarta, Senin malam (22/6/2015).

Agus mengatakan kondisi rupiah saat ini sedang tertekan oleh fenomena "super dolar" dan situasinya bisa bertambah buruk apabila tidak ada upaya dari pemerintah untuk melanjutkan reformasi terutama dalam memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan.

Keberlangsungan reformasi tersebut sangat penting, karena negara-negara yang saat ini mengalami depresiasi mata uang terhadap dolar AS adalah negara yang memiliki defisit transaksi berjalan buruk, laju inflasi tinggi dan fundamental ekonomi yang rentan.

"Tapi kalau negara itu melakukan reformasi dengan kuat dan bisa melakukan perbaikan transaksi berjalan dengan baik, contohnya seperti India dimana dia bisa membangun 'confidence', maka mata uangnya bisa terjaga dari depresiasi yang besar," jelas Agus.

Untuk itu, upaya mengelola reformasi struktural, salah satunya dengan memperbaiki defisit transaksi berjalan harus terus dilakukan, meskipun belum tentu tindakan itu bisa mengembalikan rupiah berada pada kisaran dibawah Rp13.000 per dolar AS.

"Kami sampaikan bahwa selama kita masih ada defisit transaksi berjalan memang cukup sulit kita bisa mempunyai kondisi rupiah yang menguat. Jadi memang kita harus pandai mengelola defisit itu dengan baik," ujar Agus.

Saat ini, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi seiring dengan penguatan dolar AS yang didukung "quantitative easing" Bank Sentral Eropa, dinamika perundingan fiskal Yunani serta kekhawatiran pelambatan perekonomian domestik.

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mengendalikan defisit transaksi berjalan yang diarahkan pada kisaran 2,5 persen-tiga persen terhadap PDB dalam jangka menengah dan menjaga inflasi pada sasaran empat plus minus satu persen.

Namun, Bank Indonesia mewaspadai kemungkinan tingginya impor barang modal yang dibutuhkan untuk mendorong investasi serta tingginya laju inflasi apabila "volatile food" tidak dikelola dengan baik.

Kondisi tersebut yang membuat pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rata-rata setahun pada 2016 diperkirakan pada kisaran Rp13.000-Rp13.400 atau direvisi dari asumsi sebelumnya Rp12.800-Rp13.200, meskipun ada upaya pengendalian defisit transaksi berjalan.
http://ekonomi.rimanews.com/keuangan...-Sulit-Menguat


Dolar Singapura Tembus Rp 10.000,Waspadai Harga Sembako
23 Juni 2015

Tanjungpinang – NILAI tukar rupiah tak hanya melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tapi juga ke dolar Singapura. Hari ini (kemarin) dolar Singapura (SGD) sempat tembus di atas Rp 10.000 per 1 SGD .

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Tanjungpinang, Bobby Jayanto, mengatakan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Singapura tembus Rp 10 ribu per dolar, baru pertama kalinya terjadi di Indonesia.

Tanjungpinang dan Kepri umumnya, yang berbatasan langsung dengan Singapura, sangat terkena dampak. Dampak negatifnya, harga-harga sembako akan menjadi mahal, seluruh sembako yang beredar di Tanjungpinang, mayoritas didatangkan dari luar negeri.

”Ada sembako didatangkan dari Jakarta, tapi dari Jakarta didatangkan dari luar negeri, kemudian dari Jakarta dikirim ke Tanjungpinang. Ada juga langsung dari luar negeri ke Tanjungpinang,” kata Bobby, kemarin.

Melemahnya rupiah terhadap dolar Singapura, bersamaan dengan bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri, dampaknya luar baiasa, harga sembako dipastikan melambung tinggi.

”Rupiah terhadap dolar Singapura tidak melemah harga sembako tetap tinggi di bulan Ramadan ini, apalagi bulan Ramadan ditambah dolar Singapura tebus Rp 10 ribu, maka harga sembako melangit, maka hukum pasar yang berlaku,” tegasnya.

Kemudian, dampaknya lainnya, sebagai daerah perbatasan, masyarakat yang akan berobat ke luar negeri, berfikir dua kali, karena biaya berobat pasti mahal.

”Pemerintah harus mengawasi dan mengontrol harga sembako, kalau tidak dampaknya dolar Singapura melemah pada perekonomian di Tanjungpinang berdampak buruk,” tegasnya.

Sedangkan positifnya, sangat diuntungkan sebagai masyarakat yang berbisnis ekspor. Tapi, sayang ekspor yang ada di Tanjungpinang, komoditinya tertentu saja, terbanyak adalah ikan saja. Beda dengan daerah lainnya seperti Batam ekspornya meningkat, karena
Tanjungpinang tidak memiliki kawasan industri atau galangan kapal.

”Pengusaha yang selama ini ekspor sangat diuntungkan,” bebernya.

Yang diuntungkan selain ekspor, adalah pengusaha travel, banyak turis-turis yang akan berkunjung ke Tanjungpinang atau daerah lainnya, tapi satu catatan kalau objek wisata memadai.

”Turis berbondong-bondong akan datang belanja di Tanjungpinang dan Kepri pada umumnya karena murah. Tapi, itupun kalau kita bisa menangkap peluang tersebut,” bebernya.

Ia melihat, penyebab melemahnya dolar Singapura terhadap rupiah, pertama karena situasi politik di dalam negeri jelang Pilkada di Indonesia secara serentak bergejolak, dan tingginya utang luar negeri yang dimiliki Indonesia.

”Kalau terus menerus melemah rupiah terhadap dolar Singapura maka kita yang tinggal daerah perbatasan, ekonomi kita bakal hancur,” jelasnya.
http://www.tanjungpinangpos.co.id/20...harga-sembako/



--------------------------

Lhaaa lalu kemana yang namnaya "Jokowi effect" itu? Yang katanya bisa bikin dollar AS tembus sepuluh ribu? Tepu-tepu lagi?