Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jagosambaAvatar border
TS
jagosamba
Kerjasama Arab Saudi dan Israel Bantai Yaman


Arab Saudi melancarkan agresi militer di Yaman sejak 26 Maret 2015 lalu hingga kini. Pada awalnya, rezim Arab Saudi mengklaim serangan yang dilancarkan terhadap negara tetangganya itu didukung oleh 10 negara sekutunya.Tetapi klaim tersebut tidak terbukti. Sebab, negara-negara yang disebut-sebut termasuk dalam koalisi internasional anti-Yaman tidak membantu Riyadh.

Rezim Arab Saudi tidak mendapat dukungan dari Pakistan dan Turki, padahal kedua negara tersebut sangat diharapkan akan memasok tentara untuk membantu Arab Saudi dalam perang di Yaman. Dukungan delapan negara lain pun semakin pudar. Akhirnya, Arab Saudi mengulurkan tangannya meminta bantuan Israel. Media dan pejabat sejumlah negara membenarkan keterlibatan militer rezim Zionis dalam perang yang dilancarkan Arab Saudi di Yaman. Kerjasama Riyadh-Tel Aviv dalam bentuk pengiriman jet tempur dan pilot Israel serta intelejen rezim Zionis yang dikerahkan di Yaman untuk membantu Arab Saudi.

Situs Veteran Today menyoroti keterlibatan jet-jet tempur Israel dalam perang di Yaman. Situs yang mengkaji masalah militer AS ini menulis, F-16 yang hancur di Yaman beberapa waktu lalu adalah milik Israel. Pakar militer Yaman yang melakukan penyelidikan terhadap kepingan jet tempur yang hancur itu menyatakan pesawat tempur tersebut milik Israel, dan hingga kini tidak pernah diserahkan kepada satu negara Arab, bahkan kepada Arab Saudi sekalipun.

Veteran Today menjelaskan bahwa F-16 yang hancur tersebut kemungkinan termasuk 50 jet tempur yang diserahkan AS kepada Israel di era presiden Bill Clinton. Kerjasama intelejen antara Israel dan Arab Saudi juga menjadi bagian dari koalisi Tel Aviv dan Riyadh dalam perang di Yaman. Beberapa waktu lalu, putra mahkota Arab Saudi, pangeran Muhammad bin Nayef mengunjungi Israel yang menunjukkan perubahan fundamental kebijakan Arab Saudi terhadap Israel.

Pertanyaan penting yang muncul adalah mengapa Arab Saudi yang mengklaim sebagai pemimpin dunia Islam dan tuan rumah Haramain justru membantai sesama Muslim di Yaman dengan meminta bantuan Israel. Menjawab pertanyaan tersebut harus dikaji dalam kerangka “kontradiksi identitas” Arab Saudi terhadap Republik Islam Iran, dan peran Barat sebagai mediator antara Israel dan Arab Saudi.

Arab Saudi dan Iran selain memiliki kesamaan dari karakteristik agama dan budaya, juga memiliki kontradiksi identitas. Selama ini Arab Saudi termasuk pionir pendukung kebijakan AS di kawasan. Tapi sebaliknya, Iran justru menjadi penentang hegemoni Washington. Para analis menilai kontradiksi tersebut menyebabkan rezim Riyadh dirugikan dari sisi perimbangan kekuatan di kawasan yang dipandang menguntungkan Tehran.

Gerakan perlawanan Islam yang terjadi di berbagai negara kawasan merupakan salah satu faktor utama serangan Arab Saudi di Yaman, dan sebelumnya Riyadh mengirim pasukan ke Bahrain untuk membantu rezim Al-Khalifa memberangus protes damai rakyat negara Arab itu.

Berdasarkan kontradiksi identitas ini, rezim Arab Saudi selama bertahun-tahun melancarkan tudingan intervensi Iran di Bahrain dan kini di Yaman. Tudingan infaktual ini berulangkali dibantah oleh para pejabat Republik Islam Iran. Rezim Arab Saudi yang mengetahui permusuhan antara Iran dan Israel meminta bantuan Israel untuk menyerang Yaman.

Kerjasama antara Israel dan Arab Saudi meluas hingga masalah nuklir Iran. Terkait hal ini koran Jerusalem Post menulis, "Chanel 2 televisi Israel memberitakan para pejabat Arab Saudi dalam pertemuan dengan pejabat Eropa menyatakan kesiapannya berpartisipasi dalam serangan militer Israel ke instalasi nuklir Iran". Koran Zionis ini melanjutkan, “Pejabat Arab Saudi dalam pertemuan khusus dengan Eropa menyatakan akan mengizinkan jet tempur Israel terbang di zona udara Arab Saudi dan bekerjasama dengan Israel dalam serangan militer ke Iran.”

Faktor lain yang menyebabkan semakin mesranya hubungan Israel dan Arab Saudi selama beberapa tahun terakhir, terutama dalam perang di Yaman adalah posisi Riyadh dan Tel Aviv sebagai dua poros Barat dan sekutu utama Barat di kawasan Timur Tengah. Rezim Riyadh menjadi eksekutor perang menjalankan skenario Barat di Timur Tengah. Relasi Israel dengan negara-negara Barat, terutama AS termasuk hubungan yang paling erat. Oleh karena itu friksi jangka pendek yang terjadi di antara mereka tidak akan membuyarkan hubungan mesra tersebut.

Yakov Hadas Handelsman, mantan dirjen kementerian luar negeri rezim Zionis melaporkan hubungan hangat Israel dan negara-negara Arab di kawasan Teluk Persia. Handelsman menulis, “Negara-negara Arab di kawasan yang memahami hubungan dekat Israel dengan AS, mempercayai peran Israel dan mereka percaya Israel bisa melawan Iran.”

Ketika Arab Saudi tidak bisa menarik dukungan dari Pakistan dan Turki dalam perang di Yaman, dengan mudah Riyadh menjalin kerjasama militer dan intelejen dengan Israel. Dukungan Tel Aviv terhadap rezim Arab Saudi bisa mengisi kebutuhan pilot dalam perang di Yaman.

Pertanyaan lain yang muncul, apa motif dukungan Israel terhadap Arab Saudi dalam perang di Yaman? Setidaknya terdapat dua alasan penting yaitu legitimasi Riyadh terhadap rezim Zionis, dan upaya Israel untuk membersihkan citranya sebagai rezim pembantai anak-anak di dunia, terutama di kalangan negara-negara Arab.

Salah satu masalah penting bagi Tel Aviv adalah pengakuan terhadap legitimasi Israel dari negara-negara Islam. Meskipun demikian, Israel telah menjalin hubungan tidak resmi dengan sejumlah negara Islam. Bahkan hingga tahun 2008, Israel memiliki kantor perwakilan dagang resminya di Qatar.Tapi tidak ada negara Islam yang menempatkan duta besarnya di Israel dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan rezim Zionis. Arab Saudi mendesak pemerintah Qatar menutup kantor perwakilan dagangnya sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina. Tapi Qatar hingga tahun 2008 tidak menutup kantor perwakilan dagang Israel di Doha. Kini, Israel berupaya meraih legitimasi dari negara-negara Islam dengan mendukung Arab Saudi dalam perang di Yaman.

Motif lain dari dukungan Israel terhadap Arab Saudi dalam perang di Yaman untuk membersihkan citranya yang tercoreng sebagai pembantai anak-anak. Agresi militer yang dilancarkan rezim Zionis dalam perang di Gaza tahun lalu menyebabkan ribuan orang Palestina tewas dan cidera. Sebagian korban adalah anak-anak dan perempuan serta orang lanjut usia. Media dunia Islam menyebut Israel sebagai rezim pembantai anak-anak.

Kini, media-media Israel menyatakan bahwa rezim Zionis bukan satu-satunya yang melakukan tindakan tersebut. Sebab saat ini Arab Saudi melakukan hal serupa dengan membantai anak-anak Yaman. Media Israel menegaskan, ketika Arab Saudi sebagai negara muslim dan mengklaim sebagai pemimpin dan pusat dunia Islam menyerang Yaman yang menyebabkan tewas dan cideranya anak-anak, maka dosa Israel lebih kecil dari Saudi.

Pasca agresi militer rezim Zionis di Gaza tahun 2014, sejumlah komandan Israel mengungkapkan kerjasama rahasia negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi dengan rezim Zionis dalam perang tersebut. Tapi dengan terjadinya perang Yaman, kerjasama sembunyi-sembunyi tersebut menjadi terang-benderang bagi publik dunia. Saking jelasnya, sejumlah media memberitakan kunjungan pangeran Muhammad bin Nayef ke Tel Aviv.

Tampaknya kerjasama Israel dan Arab Saudi dalam jangka pendek dan jangka panjang lebih menguntungkan Tel Aviv dari pada Riyadh. Hingga kini dukungan Israel terhadap Arab Saudi dalam perang di Yaman tidak menjadikan rezim Arab Saudi sebagai pemenang perang. Tapi Israel telah meraih tujuannya dengan mendapat legitimasi dari Arab Saudi dan relatif bisa membersihkan noda darah di wajahnya dalam perang Gaza dan Lebanon.

Dengan mengulurkan tangan kepada Tel Aviv untuk membantai sesama muslim dan menghancurkan negara tetangganya sendiri, Arab Saudi telah melakukan “kesalahan strategis” yang fatal. Benar kiranya, tidak ada musuh dan teman abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Kiranya itu yang dianut rezim Arab Saudi. Tapi jangan lupa, darah yang tumpah di Gaza dan pembantaian yang dilakukan Israel terhadap Palestina tidak akan bisa dibersihkan dengan pengakuan Riyadh, sebab dunia Islam bukan hanya Arab Saudi. (IRIB Indonesia/PH)

Sumber
0
2.6K
0
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.