blackinskyAvatar border
TS
blackinsky
Tak Selamanya Cinta Terukur [Cerita Bersambung]
PART I

Seorang laki-laki berdiri terpaku melihat bayinya sudah lahir ke dunia ini. Terlukis senyum bahagia di wajahnya. Segera dia mendatangi bayinya itu. Dia gendong anaknya itu. Tidak lupa dia adzani di kuping kanannya dan dia qomati kuping kirinya. Dia bangga akhirnya doanya terkabul, keinginan untuk memiliki anak pertama laki-laki dikabulkan oleh sang Pencipta. Begitupun istrinya tersenyum. Hari itu bagi mereka lebih membahagiakan dibandingkan hari pernikahan mereka. Anak pertama mereka pun dinamai Ahmad Zaid.

Tak jauh dari kegembiraan keluarga Ahmad, seorang laki-laki juga was-was menunggui kelahiran anak keduanya. Walaupun bukan pertama kali dia menunggui istrinya, tetap saja rasa was-was menghantui hatinya. Di pangkuannya tertidur putri kecilnya, ya sebentar lagi dia akan menjadi seorang kakak. Waktu terus berputar sampai akhirnya dokter keluar membawa kabar gembira kelahiran putrid keduanya. Dengan senyum mengembang dibangunkannya putrid sulungnya itu. Dengan mata sayu, sang ayah mengabarkan adiknya telah lahir ke dunia ini dengan selamat dan sehat tanpa kekurangan sedikit pun. Aisyah Humaira, nama yang disematkan pada anak perempuan cantik itu.

Tahun demi tahun berlalu semenjak peristiwa kelahiran kedua insan manusia tersebut ke dunia fana ini. Dalam proses kehidupan mereka belajar banyak hal. Membuat mereka lebih dewasa dibanding seumuran mereka. Sampai ketika remaja, Ahmad bertanya pada sang ayah tercinta, “Ayah, mengapa aku tidak boleh mencintai saat ini? Padahal temen-temenku udah punya pacar semua”. Dengan wajah lugu dan polosnya ternyata terlontar pula pertanyaan majemuk permasalahan remaja kepada sang ayah. Dengan bijak pun sang ayah menjawab,”Karena cinta sejati itu hanya ada ketika kamu menikah nak.” Jawaban bijak sang ayah sesungguhnya tak mampu memuaskan hati sang anak. Masih banyak pertanyaan yang tersimpan dalam hatinya. Entah datang darimana, bisikan halus datang kepada Ahmad agar dia diam saja dan menjalani saja hidup penuh dusta ini.

Disisi lain Aisyah sedang murung di dalam kamar. Tidak seperti biasanya semangat ceria selalu tercermin dalam dirinya. Khusus hari ini pulang sekolah dengan wajah murung dan lesu dia buka pintu rumah, tak lupa salam diucapkan menjadi kebiasaan rutin tak terlupakan. Sang ibu dengan nalurinya jelas faham ada hal yang mengganjal di hati sang buah hati tercinta. Dengan lembut ditanyalah sang anak,”Anak mama yang cantik satu ini kok merengut aja sih?” seolah tersihir kata-kata dari mamanya, Aisyah membalas dengan lirih,”Ma, mengapa aku tidak cantik seperti kakak? Kakak gonta-ganti pacar, ganteng-ganteng lagi.” Tahu pokok permasalahan adalah sang kakak, Mamanya dengan senyum magisnya pun membisikkan kata pelan ke telinga Aisyah,”Karena kamu seperti permata, yang akan mengambil hanya satu orang yang benar cocok dengan kamu.” Aisyah hanya mengerutkan dahinya tanda belum mengerti sepenuhnya perkataan bijak sang Mama tercinta. Ingin memberontak atas jawaban itu seakan sia-sia akhirnya pasrah dan dia simpan jawaban itu dalam benaknya.

Waktu pun berlalu kembali seperti biasa. Permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan mereka dengan bijak mereka lewati. Selalu teringat pesan kedua orang tua, itulah senjata andalan mereka dalam menghadapi setiap permasalahan. Mangga yang pahit bisa menjadi manis karena proses, pesan sang ayah pada Ahmad. Permata agar bisa menjadi indah tak ternilai harganya harus melewati proses panjang, pesan sang mama pada Aisyah. Dengan prinsip itu mereka yakin akan selalu ada jawaban dari setiap masalah.

Seakan waktu terus berputar tak mau berhenti. Takdir pun menjadi benang penuntun keduanya untuk bertemu pada sebuah pertemuan tak terduga. Ahmad harus mendatangi rumah sakit tempat dimana ia dilahirkan karena disitulah dia bekerja sebagai dokter yang terkenal akan kemurahan hatinya. Dia datang terburu-buru sebelum terlambat menangani seorang pasien perempuan yang kecelakaan. Dilihat secara kondisi yang parah membuat sang perempuan harus menjalani perawatan intensif. Ahmad berjuang sekuat tenaga, tak lupa doa dalam hatinya kepada Tuhan Sang Maha Penyembuh. Dua jam berlalu dengan akhir senyum sang dokter. Tuhan mengabukan doanya. Perempuan tua tadi terselamatkan. Namun satu kaki si korban harus diamputasi untuk menyelamatkan nyawanya.

Kegembiraan terpancar dari keluarga yang sedang menunggu. “Dok, kabar Aisyah anak saya gimana?” Tanya sang mama kepada Ahmad. “Alhamdulillah, anak ibu bisa diselamatkan tapi kakinya harus diamputasi untuk menolongnya.” Kabar tak menyenangkan itu langsung menyambar hati sang mama. Anak perempuan yang selalu dia jaga dari sentuhan laki-laki tak bermoral itu harus kehilangan kaki sebagai sumbernya untuk berjalan. Seribu kemungkinan jawaban langsung terlintas di benak sang mama untuk menghadapi kemungkinan pertanyaan-pertanyaan dari Aisyah. Ahmad yang mengerti kondisi psikis sang ibu jatuh segera menyemangatinya. “Anak ibu tetap cantik seperti permata tanpa cacat sedikit pun” kata dari Ahmad ini seakan menumbuhkan semangat yang seakan pergi sesaat.

Tak butuh waktu lama untuk Aisyah sadar dari tidur panjangnya. Tersadar di dalam kamar yang serba putih, dan rasa sakit sekujur tubuh membuatnya mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Sayang, ingatan yang dicari seakan terselip diantara ribuan file ingatan yang lain, semakin dia berusaha semakin sakit kepalanya dan akhirnya menyerah. Dalam kesadaran penuh berdiri di hadapannya Ahmad.

Bersambung…

sumber
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.