[ADTC] Epsiode : Pengajian Rabu Sore



Pram selalu mengingatkan di group WA untuk piket pengajian rutin Rabu sore Teras Dakwah. Yang kelihatannya sudah diabaikan bahkan dicemooh oleh teman-temannya, tapi Pram tetap rutin melakukannya. Ada yang berpendapat bahwa Pram melakukannya karena seorang akhwat. Bagi sebagian teman-teman aktivis Teras, khusnudzon lebih diutamakan walaupun mungkin hal tersebut benar adanya. Teman-teman aktivis Teras selalu mendo'akan yang terbaik bagi Pram, dan jikalau jodoh semoga disegerakan sehingga tidak ada lagi fitnah dalam aktivitas dakwah.

Dakwah adalah menyampaikan seluruh Islam kepada seluruh manusia, menegakan kalimat tauhid sehingga tidak ada fitnah didunia ini. Dan fitnah terendah dan sering dijumpai dalam aktivitas dakwah adalah cinta lokasi, cinta situasi, yang seharusnya mudah untuk diatasi sebelum melawan fitnah yang lebih besar. Untuk anak muda, maka fitnah saat ini adalah syahwat masa muda yang berkembang subur dalam kelembaban usia.

Pram tidak membela diri jika ada teman sesama aktivis teras mengatakan bahwa dia melakukannya untuk mendapatkan perhatian kepada akhwat tertentu, tapi jikalau engkau lihat kedalam matanya, kita bisa mengetahui ketidakberdayaannya adalah karena dia adalah manusia biasa yang mencoba memperbaiki dirinya sedikit demi sedikit. Mungkin disetiap do'anya dia menyelipkan dua do'a, pertama agar dijauhkan dari fitnah syahwat. Kedua jikalau berjodoh dengan Amu maka dekatkanlah, jikalau tidak maka jauhkanlah.

Ujian yang dialami oleh Pram sebenarnya juga pernah dialami oleh semua Laki-laki yang tergabung dalam dakwah ini. Ada yang marah-marah jika diingatkan, ada yang tampak tidak peduli jika dicomblangi, bahkan ada yang menerima seperti Pram. Ada yang berani tampil, langsung dilamar dan menikah secepatnya. Walaupun si laki-laki aktivis ini hanya bekerja serabutan kesana kemari dengan upah rata-rata 300.000 sebulan.

Bagi sang akhwat, menghias diri dengan amalan terbaik selalu dilakukan. Walaupun kadang senda gurau kebablasan yang akhirnya memunculkan gosip selalu bocor kemana-mana. "kamu suka dia ya?", Sama seperti Pram, kalau tidak ya dijawab tidak, kalau iya ya lebih baik diam saja.

***

Syaif, sudah datang sejak pukul setengah empat sore sehabis Ashar. Sudah selesai dia menyapu lalu mengepel lantai Teras yang nantinya digunakan untuk pengajian rutin. Seperti biasa, setelah Syaif maka rombongan akhwat-akhwat akan datang. Baru nanti mendekati pukul 17.15 rombongan laki-laki akan datang ke Teras. Rombongan akhwat akan menyiapkan bagi ruangan akhwat, dan memesan makanan juga membantu Syaif menggelar tikar. Rombongan laki-laki akan menyiapkan parkir dan menyambut jamaah laki-laki yang biasanya sudah datang pukul 5 sore.

Walaupun tampak sebagai rutinitas yang mebosankan, sebenarnya pengajian Rebonan ini cukup menyenangkan bagi aktivis Teras. Ada berkah tersendiri yang selalu dibisikan angin lalu bergema dalam hati para aktivis. Ada yang dilancarkan usahanya, ada yang orangtuanya semakin membaik kesehatannya dari sakit, bahkan jodoh.

Bagi Syaif, kedua yang pertama sudah dirasakan. Usahanya semakin besar dan lancar. Usaha yang awalnya adalah untuk membantu tetangga-tetangganya lepas dari jeratan rentenir, menjadi koperasi yang besar dan dapat membantu keuangan usaha mikro dan bantuan pembiayaan sekecamatan dan sekitarnya.

Kesehatan ayahnya semakin membaik bahkan sudah bisa beraktivitas normal. Alhamdulillah berkat do'a dari aktivis Teras dan jamaah. Hanya saja Jodoh belum bisa diberikan.

Sejak kejadian yang terjadi kepada Pram, Syaif mengurungkan niatnya untuk melamar salah satu aktivis Teras akhwat. Bahkan saking malunya, Syaif berniat menghibahkan sebagian hartanya untuk membiayai pernikahan, mahar, rumah, bahkan biaya hidup sementara untuk Pram agar bisa menikah dengan salah satu aktivis Teras yang disukai. Sayangnya Pram menolak.

Syaif memiliki banyak waktu luang, sehingga dimanfaatkannya untuk aktif di Teras Dakwah. Sampai saat ini dia mencari ide bagaimana dia bisa melamar salah satu aktivis akhwat, sambil terus berdo'a dan menambah-mendalami ilmu agama di Teras.

***