Warga yang menjadi korban tewas di lokasi tambang emas secara manual di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) mencapai 11 orang.

Plt Kadis Pertambangan dan Energi Kabupaten Bombana, Cecep Trisnajayadi di Kasipute, mengatakan berbagai musibah yang menyebabkan nyawa pendulang melayang, yakni tertimbun tanah longsor sekitar penambangan, sakit dan kecelakaan lalu lintas.

Informasi adanya korban meninggal mencapai puluhan orang dan penganiayaan yang menyebabkan korban jiwa tidak benar, kata Cecep. Jumlah korban tidak terdata dengan akurat karena luas wilayah dengan medan cukup berat, sehingga menyulitkan anggota tim melakukan pengawasan.

Selain itu, rekan korban maupun keluarga korban enggan mengadukan peristiwa naas yang dialami, namun mengambil inisiatif mengantarkan korban ke rumah sakit sesuai keinginan pihak keluarga atau kelompok kerja mereka.

Tim gabungan dari Pemkab Bombana bersama TNI dan Polri berupaya sedini mungkin mencegah adanya tindakan kejahatan.

Sementara itu, Kapolres Bombana, AKBP Yan Sultra mengharapkan partisipasi masyarakat untuk ikut serta memelihara ketertiban dilokasi penambangan. "Situasi kondusif bukan hanya tanggung jawab polisi tetapi juga karena kesadaran warga melaporkan adanya indikasi kejahatan sangat diharapkan," kata Yan Sultra.

Kegiatan penambangan emas Bombana yang dibuka secara resmi oleh pemerintah setempat sejak 1 November lalu sudah menyedot sekitar 40 ribu pedulang. Tiga lokasi tujuan penambangan emas secara tradisional adalah Sungai Tahi Ite di Desa Rau-Rau (Kecamatan Rarowatu), Desa Wumbubangka dan Desa Barito (Kecamatan Rarowatu Utara).