Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ivansaputraAvatar border
TS
ivansaputra
Operasi Simpatik, Bukan Tak Ditilang yang Diharapkan...
Operasi Simpatik, Bukan Tak Ditilang yang Diharapkan...
Operasi Simpatik, Bukan Tak Ditilang yang Diharapkan...

JAKARTA, KOMPAS.com — Operasi Simpatik yang dilakukan pihak Polda Metro Jaya sejak 1 April hingga 21 April 2015 belum membuahkan hasil. Malah, pengendara cenderung melanggar karena adanya "kelonggaran" yang diberikan polisi yang mengaku sedang mencari simpati masyarakat sehabis di-bully habis-habisan oleh para netizen.

Adalah Dn (27), salah seorang pengendara motor yang malah sengaja tidak membawa surat berkendara. Dia malah mengaku bahwa surat izin mengemudi (SIM)-nya telah "mati" sejak satu tahun lalu.

"Mumpung enggak ditilang, jadi berani bawa motor enggak bawa surat-surat," kata Dn (27) kepada Kompas.com, Rabu (8/4/2015).

Dn jelas melanggar. Ketika terkena razia Operasi Simpatik, dia hanya mendapat teguran. Itu sebagai bagian dari upaya polisi untuk memperbaiki citra.

"Hanya akan diperiksa. Kalau memang tidak bawa surat, kami akan tegur," ucap Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul, Selasa (7/4/2015).

Rupanya, bukan itu yang diharapkan oleh para pengendara yang aktif di media sosial. Salah seorang netizen yang mengomentari pemberitaan Kompas.com dengan nama akun Bagus W menulis, "Sebenarnya istilah "simpatik" buat polisi itu bukan karena "tidak menilang". Gw jauh lebih bersimpati pada polisi yg tegas ke luar dan ke dalam. Pelanggar rambu, pelawan arus, penyerobot jalur itu HARUS ditindak. Rakyat juga kesal dengan mereka kok. Tapi juga tegas kepada aparatnya sendiri yg busuk."

Ketua Jakarta Transportation Watch, Andi William Sinaga, pun sepakat dengan hal tersebut. Andi menilai, dengan hanya memberikan teguran, pengendara akan semakin cenderung untuk melanggar. Terlebih lagi, informasi soal polisi tidak akan menilang pelanggar sudah tersebar luas.

"Jangan justru polisi jadi lembek begini. Saya yakin percuma hanya menegur masyarakat saja. Tak akan sadar yang ditegur dan tak jadi jera juga mereka," ujar dia.

Mendebat polisi

Operasi Simpatik juga menjadi tidak simpatik ketika pelanggar malah mendebat polisi. Pengendara yang mengetahui ketika salah tidak akan ditilang memprotes ketika diberhentikan.

"Ada yang ketika ditegur malah ada berdebat dengan polisi, bilangnya, 'bukannya tidak akan ditilang, Pak'. Padahal, memang hanya ditegur," kata Martinus.

Menurut Martinus, hal itu menunjukkan informasi polisi tidak akan menilang pelanggar aturan lalu lintas sudah tersebar luas di masyarakat. Martinus justru mengapresiasi hal tersebut. Sebab, pendekatan persuasif merupakan cara yang lebih dini daripada penegakan hukum. Harapannya, ketika polisi melakukan pendekatan persuasif, pengguna jalan justru semakin taat peraturan.

Namun, menurut Kepala Subdirektorat Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hindarsono, pengendara tetap bisa ditilang saat Operasi Simpatik. Tilang itu akan ditujukan kepada pelanggar yang berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan kerawanan.

"Untuk Operasi Simpatik kami mengedepankan peringatan dan teguran tertulis, tetapi tetap ada penilangan," ujar Hindarsono.

Berdasarkan data Polda Metro Jaya, lima hari sebelum Operasi Simpatik, jumlah penilangan mencapai 24.469 dalam sehari. Begitu ada Operasi Simpatik, jumlah penilangan selama lima hari tak ada.

Hal ini berbeda dengan Operasi Simpatik pada 2014. Tahun lalu, polisi tetap menilang untuk pelanggaran-pelanggaran yang keterlaluan. Selama lima hari Operasi Simpatik, ada 5.392 pelanggar yang ditilang.

Operasi Simpatik berlangsung mulai 1 April 2015 dan berakhir pada 21 April 2015. Operasi ini menghabiskan dana Rp 3,6 miliar

sumber
http://megapolitan.kompas.com/read/2...ng.Diharapkan.

Pengendara jakarta tuh ga bakalan mempan cara begini...

Yang benar tuh, penjagaan setiap persimpangan dan putaran diperbanyak jumlah dan jam nya.. jangan cuma jam kerja aja..
Penilangan TETAP HARUS DILAKUKAN ! yg penting jangan terima suap !
Bikin aturan pengurusan STNK dipersulit, di beri denda seberat2nya.. orang jakarta harus seperti itu caranya, bukan di elus2..Ga beda sama PKL..

Perhatikan saja Jakarta kalo sudah malam, acak2an semua, itu masih mending karena jumlah kendaraannya udah menurun dibanding siang.. coba kalo banyaknya sama... makin malam makin parah..

Ini contoh titik pelanggaran yang sudah di "halal"kan oleh warga kita:
1. Dekat Halte Transjakarta Jembatan Gantung, Daan Mogot. Motor lawan arus
2. Stasiun Jakarta Kota, Mikrolet dengan jumlah yang sangat banyak, tidak diimbangi dengan jumlah penumpang yg akan naik, sehingga byk penumpukan Mikrolet. Ngetemnya juga pas di tikungan, keren banget dah nih Mikrolet.. Polisi cuma kyk ngusir2 kucing doang.. mikrolet diblakangnya tetep aja ngetem di titik yg sama. hahahaha
3. Lampu Merah Cengkareng (dr arah Sumur Bor), mobil/motor belok kanan yang seharusnya dilarang

Itu aja sih, trayek sehari2 ane yg bikin kesel tapi ga bisa ngapa2in hehehe
Masukan laen juga boleh..
0
1.4K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.