- Beranda
- Berita dan Politik
Kemenag Ajak Masyarakat Shalat Gerhana Bulan
...
TS
keldani2
Kemenag Ajak Masyarakat Shalat Gerhana Bulan
Quote:
Quote:
"Umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak zikir, doa, istighfar, sedekah, dan melakukan amal-amal kebajikan lainnya,"
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Negara (Kemenag) melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam mengajak umat Islam untuk melakukan shalat sunnah gerhana (shalat khusuf) secara berjamaah.
Anjuran tersebut sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW dan dianjurkan (sunnah muakkadah) untuk bertakbir terlebih dahulu.
"Selain itu, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak zikir, doa, istighfar, sedekah, dan melakukan amal-amal kebajikan lainnya," ujar Dirjem Bimas Islam, Machasin, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat (3/4).
Berdasarkan data astronomis, pada Sabtu, 4 April 2015, bertepatan dengan 14 Jumadil Akhir 1436 H mulai pukul 17.15 WIB di Indonesia akan terjadi Gerhana Bulan Total (GBT).
Puncak Gerhana Bulan Total ini akan pada pukul 19.01 WIB dan selesai pada pukul 20.44 WIB. “Hampir seluruh kawasan Indonesia dapat mengamati Gerhana Bulan Total ini,” kata dia.
Quote:
Spoiler for :
Quote:
Tata Cara Pelaksanannya
Tata cara pelaksanaan shalat gerhana telah dijelaskan secara rinci dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, sebagai berikut:
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:
خَسَفَتْ الشمْسُ فِي حَيَاةِ النبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ فَخَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَف الناسُ وَرَاءَهُ فَكَبرَ فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ثُم كَبرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ثُم قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقَامَ وَلَمْ يَسْجُدْ وَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً هِيَ أَدْنَى مِنْ الْقِرَاءَةِ الْأُولَى ثُم كَبرَ وَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ أَدْنَى مِنْ الركُوعِ الْأَولِ ثُم قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُم سَجَدَ ثُم قَالَ فِي الركْعَةِ الْآخِرَةِ مِثْلَ ذَلِكَ فَاسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي أَرْبَعِ سَجَدَاتٍ وَانْجَلَتْ الشمْسُ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ
Dalam hadits ini bisa dipahami:
Tertibnya: takbiratul ihram, membaca Al Fatihah, membaca surat yang panjang, lalu ruku yang lama, bangun lagi, membaca Al Fatihah, membaca surat yang panjangnya hampir sama dengan yang pertama, lalu ruku’ yang lamanya hampir sama dengan ruku sebelumnya, setelah itu sujud seperti shalat biasa (lengkap dengan duduk di antara dua sujudnya), lalu bangun lagi dan melakukan hal yang sama dengan rakaat pertama, hingga salam.
Tambahan:
Ada pun dalam riwayat lain, diceritakan bahwa sujudnya juga panjang. (HR. Bukhari No. 3203)
Dianjurkan imam mengucapkan Ash-Shalatu Jami’ah, boleh juga orang lain, untuk mengumpulkan manusia agar berkumpul di masjid, sebagaimana riwayat berikut:
Dari Abdullah bin Amr Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:
لَما كَسَفَتْ الشمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ نُودِيَ إِن الصلَاةَ جَامِعَةٌ
Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diserukan bahwa sesungguhnya shalat ini berjamaah (Ash Shalatu Jaami’ah). (HR. Bukhari 1045, menurut lafaz Imam Muslim No. 910, 20: nudiya bish shalati jaami’ah – diserukan dengan kalimat: Ash Shalatu Jaami’ah.)
Tata cara pelaksanaan shalat gerhana telah dijelaskan secara rinci dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, sebagai berikut:
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:
خَسَفَتْ الشمْسُ فِي حَيَاةِ النبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ فَخَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَف الناسُ وَرَاءَهُ فَكَبرَ فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ثُم كَبرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ثُم قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقَامَ وَلَمْ يَسْجُدْ وَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً هِيَ أَدْنَى مِنْ الْقِرَاءَةِ الْأُولَى ثُم كَبرَ وَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ أَدْنَى مِنْ الركُوعِ الْأَولِ ثُم قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُم سَجَدَ ثُم قَالَ فِي الركْعَةِ الْآخِرَةِ مِثْلَ ذَلِكَ فَاسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي أَرْبَعِ سَجَدَاتٍ وَانْجَلَتْ الشمْسُ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ
Terjadi gerhana matahari pada saat hidup Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Beliau keluar menuju masjid lalu dia berbaris bersama manusia di belakangnya, lalu Beliau bertakbir, lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca surat dengan panjang (lama), lalu beliau bertakbir dan ruku dengan ruku yang lama, lalu bangun dan berkata: sami’allahu liman hamidah, lalu Beliau berdiri lagi tanpa sujud, lalu Beliau membaca lagi dengan panjang yang hampir mendekati panjangnya bacaan yang pertama, lalu Beliau takbir, lalu ruku dengan ruku yang lama yang hampir mendekati lamanya ruku yang pertama, lalu mengucapkan: sami’allahu liman hamidah rabbana wa lakal hamdu, kemudian Beliau sujud. Kemudian dia berkata: pada rakaat terakhir dilakukan seperti itu juga maka sempurnalah empat kali ruku pada empat kali sujud. Lalu, matahari terbit sebelum Beliau pulang. (HR. Bukhari No. 1046, Muslim No. 901, 1, 3)
Dalam hadits ini bisa dipahami:
- Shalat gerhana dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam masjid
- Shalat gerhana dilakukan secara berjamaah
- Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat
- Rakaat pertama dua kali ruku, Rakaat kedua juga dua kali ruku, total empat kali ruku
Tertibnya: takbiratul ihram, membaca Al Fatihah, membaca surat yang panjang, lalu ruku yang lama, bangun lagi, membaca Al Fatihah, membaca surat yang panjangnya hampir sama dengan yang pertama, lalu ruku’ yang lamanya hampir sama dengan ruku sebelumnya, setelah itu sujud seperti shalat biasa (lengkap dengan duduk di antara dua sujudnya), lalu bangun lagi dan melakukan hal yang sama dengan rakaat pertama, hingga salam.
Tambahan:
Ada pun dalam riwayat lain, diceritakan bahwa sujudnya juga panjang. (HR. Bukhari No. 3203)
Dianjurkan imam mengucapkan Ash-Shalatu Jami’ah, boleh juga orang lain, untuk mengumpulkan manusia agar berkumpul di masjid, sebagaimana riwayat berikut:
Dari Abdullah bin Amr Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:
لَما كَسَفَتْ الشمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ نُودِيَ إِن الصلَاةَ جَامِعَةٌ
Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diserukan bahwa sesungguhnya shalat ini berjamaah (Ash Shalatu Jaami’ah). (HR. Bukhari 1045, menurut lafaz Imam Muslim No. 910, 20: nudiya bish shalati jaami’ah – diserukan dengan kalimat: Ash Shalatu Jaami’ah.)
[URL="www.dakwatuna.com/2014/10/08/58056/fiqih-shalat-gerhana/#ixzz3WGFUWPKY Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook"][/URL]
jangan lupa ya gan..
Diubah oleh keldani2 03-04-2015 15:58
0
1.2K
Kutip
3
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
670.6KThread•40.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru