TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Meski tak lagi bisa melihat, Suripto (60), tetap melanjutkan hidupnya dengan berdagang kipas anyaman bambu dan besek (wadah makanan dari anyaman bambu). Setiap hari ia berkeliling di sekitar Kotagede, Yogyakarta.

Tak mudah bagi seorang tuna netra seperti Suripto menelusuri jalanan yang dipenuhi lalu lalang kendaraan. Saat menjajakkan dagangannya, tak jarang warga Minggir, Sleman ini harus menabrak mobil atau motor yang diparkir di tepi jalan. Petunjuk arah dari orang-orang pun menjadi penuntun langkahnya hendak mengarah ke mana.

"Saya juga sering menitipkan besek ke pedagang Pasar Kotagede. Kalau sore hasil jualannya berapa yang laku diberikan kepada saya," tutur Suripto saat ditemui Tribun Jogja, Selasa (17/3/2015).

Dalam seminggu, ia kerap membagi hari untuk pulang ke Sleman atau menginap di masjid sekitaran Kotagede. Ketika harus pulang ke kampung halamannya yang berjarak lebih dari 20 kilometer, Suripto menggunakan jasa angkutan umum.

Berjualan kipas dan besek bukan hal baru baginya. Di umur delapan tahun dan penglihatannya masih normal, Suripto sudah membantu orangtua untuk berdagang kerajinan tangan yang sekarang dijualnya.

Kondisi Suripto yang tak bisa melihat ternyata tak meruntuhkan niat orang berbuat jahat. Dia mengaku pernah beberapa orang saat membeli kipas hendak menipunya. "Mengakunya memberi uang Rp 50 ribu tapi ternyata Rp 10 ribu," ujarnya.

Meski begitu, Suripto percaya Tuhan menyayanginya. Dengan tak berpangku tangan, hasil berjualan kipas dan besek pun bisa menghidupi istrinya yang setia menunggu di rumah.
-----------------------------------
Inilah sang buta yang tidak buta hati....tetap semangat dan berkarya.....

Bagaimana dengan anda hari ini?.............