Quote:
Pergerakan nilai tukar rupiah yang beberapa waktu lalu cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat sebagai bagian dari upaya Bank Indonesia (BI) untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (ekspor impor).
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, mengatakan rupiah memang sengaja dibuat sedikit melemah jadi membuat biaya impor menjadi lebih besar. Namun di sisi lain akan membuat eksportir manufaktur bergairah.
"BI memiliki pekerjaan besar yaitu menurunkan defisit transaksi berjalan ini atau dengan kata lain harus menurunkan impor dan meningkatkan ekspor. Oleh karena impor yang tinggi membutuhkan dolar yang banyak dan itu menggerus cadangan devisa kita," ungkapnya saat memberikan Pemaparan Ekonomi Terkini, di Kantor Bank Indonesia Kalbar, Jumat (30/1/2015).
Dia memaparkan pada 2013 lalu, defisit perdagangan Indonesia mencapai 29 miliar dolar AS atau dikategorikan di level tidak sehat. Dengan defisit yang tinggi, terang Mirza, Indonesia membutuhkan dana segar yang harus masuk. Jalan lainnya untuk mencari kebutuhan dana ini dengan melakukan utang. Tapi bila Indonesia tidak mendapat utangan, otomatis cadangan devisa lah yang harus membiayai.
"Kita punya cadangan devisa (cadev) yang posisinya ada sekitar 111 miliar dolar AS. Tapi cadev ini ibaratanya tabungan, yang namanya tabungan itu kan harus ditambah, tidak bisa dipakai untuk makan sehari-hari. Boleh dipakai sedikit-sedikit tapi bukan keterusan dipakai. Kalau impor makin besar, kebutuhan untuk ini jadi lebih besar," jelasnya.
BI menilai langkah yang dilakukan ini telah membuahkan hasil. Tercatat defisit transaksi berjalan sudah berkurang 3 miliar dolar AS atau sekarang diposisi 26 miliar dolar AS.
Pengusaha Untung rakyat tambah Buntung
Hidup Indonesia
Sumur